Share

Bab 299

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-15 18:00:00
Ucapan Susanti membuat orang berpikir yang tidak-tidak. Tirta mengangkat alis seraya berucap, "Oke, aku bakal dari belakang ...."

Jantung Tirta bahkan sempat berdebar kencang. Dia pun berpura-pura ingin melepas celana dalam yang menempel pada tubuh Alicia yang montok dan putih. Pria itu juga sengaja mendekatkan tubuhnya ke arah Alicia, seolah-olah ingin melakukan hal tersebut.

"Bocah Darsia, apa yang mau kamu lakukan? Dasar nggak tahu malu!" maki Alicia dengan kesal. Wajahnya memerah karena malu dan marah, tetapi tubuhnya masih lumpuh dan tidak bisa bergerak.

Jika bisa bergerak, Alicia pasti sudah menyerang Tirta. Dia sangat membenci pria. Jika berada dalam situasi normal, Alicia sudah lama menembak pria yang memperlakukannya dengan cara seperti itu.

"Cuih. Dasar bajingan! Aku salah omong. Maksudku, cepat ambil peluru dari belakangnya. Bukan melakukan hal itu!" maki Susanti yang kesal dengan tindakan Tirta. Dia segera menarik pria itu menjauh dari Alicia.

"Bocah, apa yang kau mau laku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
latyif smart
episodenya terlau pendek,, menghabiskan banyak koin ,,,tidak rekomdit ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 300

    Tirta membalas, "Jangan bawel. Aku nggak butuh arahan darimu."Dengan satu gerakan, Tirta merobek baju yang diterimanya menjadi dua bagian dan mulai membalut luka Alicia.Dalam hati, pria itu membatin, 'Kedua wanita ini benar-benar bodoh. Mereka baru saja dikhianati oleh Alicia, tapi sekarang malah khawatir tentang lukanya. Bagaimanapun, aku nggak dekat sama mereka. Jadi, terserah mereka saja.'Sambil memegang sepotong kain, Tirta melewati celah di antara kaki Alicia. Hal ini membuat tangannya tak sengaja menyentuh bagian intim Alicia .... Dengan celana dalam yang tertarik, bisa dikatakan tangan Tirta sudah menyentuh bagian tersebut ...."Hmm ...." Alicia merasakan sensasi aneh yang sangat intens. Tubuhnya terasa seperti kesetrum sehingga dia tidak bisa menahan desahan. Setelah mengeluarkan suara, rasa malu dan kemarahan membuat Alicia menggigit bibirnya kuat-kuat.Setelah beberapa saat, Tirta akhirnya menyelesaikan pembalutan. Dia memberi tahu, "Oke, sudah beres."Kemudian, Tirta mero

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 301

    "Sialan! Kenapa secepat ini ketemu monster?"Mata Tirta membelalak dan hatinya mendadak diliputi perasaan gelisah. Dia melihat bayangan hitam berkelebat dan mendekat dari kejauhan.Samar-samar terlihat bahwa bayangan hitam yang bergerak dengan kecepatan tinggi itu menyerupai wujud manusia."Apa benar itu monsternya?" tanya Alicia dengan ekspresi ngeri di wajah cantiknya.Meskipun Alicia sempat mengancam akan membuat Tirta dan monster itu mati bersama, saat ini dia sendiri tidak bisa mengendalikan ketakutan di hatinya."Nona, nyawa lebih penting. Ayo kabur!"Judith dan seorang wanita Negara Martim lainnya tidak ingin mati. Mereka menggenggam Alicia erat-erat dan segera berlari."Kita balik juga!" ujar Tirta.Lorong makam ini terlalu sempit. Tidak ada hal baik yang akan terjadi jika monster itu tiba di sini. Mereka sama sekali tidak bisa melawannya.Tirta segera membuat keputusan, lalu berlari menuju tempat semula sambil menggandeng Susanti."Roarr!"Bayangan hitam di dekat mereka meraun

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 302

    Duyung ini bertubuh kokoh, tingginya mencapai dua meter lebih dan lengannya sebesar paha manusia dewasa. Di antara para duyung, dia terbilang berukuran raksasa! Siapa yang tahu seberapa kuat serangannya?Satu-satunya jalan keluar dari lapangan adalah melalui sisi gua yang telah diledakkan. Duyung itu sudah mulai mencari-cari mereka. Jika mereka terus bersembunyi di sini, cepat atau lambat Tirta dan yang lainnya akan ditemukan!"Gimana agar kita bisa kabur?" gumam Tirta yang mulai panik.....Sementara itu, di luar waduk di pintu masuk Desa Persik."Bu Susanti dan Pak Tirta sudah berada di dalam air selama dua hari. Mereka belum juga keluar ...."Waktu terus berjalan. Niko, Troy, dan Harris makin lama makin khawatir dan gelisah.Selain mereka, ada juga belasan polisi lain yang masih menunggu. Pasukan besar yang tadinya berada di sana sudah bubar.Beberapa perahu kecil bersandar di samping waduk. Sejumlah peralatan menyelam terletak di atasnya.Tidak lama setelah Susanti dan Tirta memasu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 303

    Melihat tekad di mata Nabila, Niko dan yang lainnya pun berhenti membujuknya."Baiklah, kami coba pikirkan cara lain untuk menemukan Bu Susanti dan Pak Tirta."Troy, Harris, dan lainnya segera berkumpul untuk membahas ulang rencana mereka buat terjun ke dalam air."Nak, Tuhan pasti melindungi Tirta. Kamu nggak usah terlalu khawatir," ucap Agus. Dia dan Betari menghampiri Nabila, menghapus air mata dan menghibur sang putri."Terima kasih, semuanya. Aku pulang dulu untuk memasak buat kalian. Setelah Tirta ditemukan, aku akan menyuruh dia berterima kasih dengan benar pada kalian," ujar Melati pada para polisi itu.Melati meminta Nabila menjaga Ayu. Kemudian, dia dan Arum kembali ke klinik untuk memasak."Jangan sedih, Bi. Tirta pasti kembali dengan selamat," hibur Nabila pada Ayu yang terus berlinang air mata.Namun, kata-kata hiburan itu tidak memberi kelegaan sama sekali pada Ayu. Dia terus menangis sambil menyandar di bahu Nabila."Tirta, kamu harus pulang dengan selamat. Kalau nggak,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 304

    "Apa pun yang terjadi, kita harus bersama!" ucap Susanti dengan mata berkaca-kaca.Susanti tentu saja mengerti maksud Tirta. Dia langsung menggeleng dan menolak dengan tegas."Jangan banyak bacot. Aku kekasihmu, jadi kamu harus menurut padaku. Wanita nggak usah banyak membantah!" ujar Tirta sambil memelototi Susanti. Dia sengaja melontarkan kata-kata kejam agar wanita itu pergi."Nggak, aku mau bersamamu. Kalaupun harus mati, aku mau mati bersamamu!" balas Susanti. Dia lalu mencengkeram tangan Tirta dengan keras kepala.Jarak duyung itu dari mereka kini tidak sampai 50 meter. Seolah-olah mencium sesuatu, dia seketika membuang sisa mayat di tangannya.Duyung itu meraung dengan suara rendah, lalu menambah kecepatan dan menerjang ke arah Tirta dan yang lainnya."Sialan! Cepat lari!" seru Tirta. Dengan jantung berdegup kencang, dia langsung menggendong Susanti dan berlari sekuat tenaga.Seruan Tirta segera menarik perhatian duyung itu. Dia kembali mengeluarkan suara raungan aneh, lalu berg

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 305

    "Berengsek!" umpat Tirta tanpa bisa ditahan.Setelah berlari sekitar 5 menit, Tirta sampai di depan tiga lorong. Dia tidak tahu detektor ditaruh di lorong yang mana. Jadi, dia terpaksa berhenti dan bertanya, "Lorong yang mana?""Aku jalan di depan, kamu ikut dari belakang. Kalian hanya bisa menemukan detektor itu dengan mengikutiku," ucap Alicia dengan nada mengejek. Dia berlari terengah-engah menuju lorong di tengah."Larimu saja lambat begitu, kamu masih menyuruh orang menunggu?" cibir Tirta, lalu bergegas menyerbu masuk ke lorong tengah.Setelah berlari cukup lama, kekuatan Alicia hampir mencapai batasnya. Tujuan Alicia menyuruh Tirta berjalan di belakang tentu saja untuk memastikan pria itu menjadi perisainya dari si duyung. Tirta mana mau?Setelah Tirta berlari belasan meter, Alicia yang masih bergeming di pintu lorong mendadak berucap dingin, "Maaf, aku salah ingat. Yang benar itu lorong yang kiri."Tanpa memedulikan reaksi Tirta, Alicia memimpin jalan dan memasuki lorong sebelah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 306

    Tirta menurunkan Susanti, lalu menggendong Alicia sambil mengumpat. Alicia pun murka hingga sekujur tubuhnya bergetar. Dia menggigit bahu Tirta sambil memaki, "Dasar bocah sialan! Jangan sentuh aku! Akan kugigit kamu sampai mati!"Tanpa diduga, ternyata bahu Tirta sangat keras. Alicia menggigit sekuat tenaga dan merasa giginya hampir hancur. Dia baru teringat bahwa peluru tidak bisa menembus tubuh Tirta. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa menggigit Tirta? Dia hanya bisa membiarkan Tirta menggendongnya."Biarkan saja, cepat lari!" Susanti menarik lengan Tirta. Keduanya mulai berlari di makam kuno. Sesudah berlari sekitar 10 menit, terlihat pertigaan jalan. Makam kuno ini seolah-olah tak berujung. Tirta sampai tidak tahu sudah berapa jauh dia berlari."Berengsek, kamu menipu kami ya?" tanya Tirta sambil memukul bokong Alicia. Dia mengira mereka kembali ke tempat sebelumnya."Nggak. Kali ini pilih jalan yang di tengah," sahut Alicia dengan lemas. Dia merasa sangat lelah setelah berlari deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 307

    "Sialan! Aku nggak ingin minum darahmu!" Alicia segera memalingkan wajah untuk menghindar. Menurutnya, ini adalah sebuah penghinaan besar."Kamu kira aku ingin memberimu darahku? Darahku ini berharga sekali. Kalau bukan karena situasi terdesak, mana mungkin kuberikan!" Tirta tidak peduli. Dia langsung menahan kepala Alicia dan memasukkan jarinya lagi ke mulut Alicia secara paksa."Um ... um ...." Alicia merasa malu sekaligus murka. Dia awalnya masih meronta-ronta. Namun, sesudah merasakan kesegaran dan kemanisan dari darah Tirta, sekujur tubuhnya seketika menjadi nyaman dan tidak terasa lelah lagi. Darah Tirta bahkan lebih lezat daripada minuman mahal di luar sana!Alicia mengisap dengan kuat, seolah-olah ingin menyedot semua darah Tirta. Ekspresi yang semula dipenuhi penolakan menjadi sangat menikmati. Lidahnya terus melilit jari Tirta. Dia ingin mengisap lebih banyak."Berengsek! Sudah cukup!" Tirta tidak ingin Alicia minum terlalu banyak. Jika energi wanita ini pulih total, mereka y

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 953

    Melihat respons Lutfi, Shinta tertawa dan mengomentari, "Kak Lutfi, apa Kak Tirta lebih hebat darimu?"Lutfi menyahut, "Bukan cuma lebih hebat dariku. Bahkan, guruku juga nggak berhasil melatih Tinju Harimau Ganas seperti Tirta."Lutfi yang penasaran bertanya, "Tirta, katakan dengan jujur, apa sebelumnya kamu sudah pernah berlatih Tinju Harimau Ganas? Aku baru saja memberimu buku-buku itu."Tirta yang merasa antusias menjawab, "Kak Lutfi, kamu salah paham. Sebelum kamu memberiku buku-buku itu, aku nggak pernah berlatih ilmu bela diri. Kemarin aku cuma melihatnya sekilas, aku juga nggak menyangka bisa menguasainya. Apa aku benar-benar lebih hebat dari gurumu?"Lutfi menanggapi dengan ekspresi kaget, "Kamu cuma melihatnya sekilas? Tirta, sepertinya kamu itu memang genius langka dalam dunia bela diri. Tinju Harimau Ganas ini memang terdengar biasa saja. Tapi, dibandingkan teknik lain dari buku-buku yang kuberikan padamu, Tinju Harimau Ganas paling sulit dilatih."Lutfi meneruskan, "Guruku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 952

    Sebelum Niko sempat bicara, Lutfi menunjuk Karsa sambil marah-marah, "Sepertinya kamu masih nggak menyesali perbuatanmu! Awalnya kamu cuma dijatuhi hukuman tembak mati! Kalau kamu nggak takut mati, aku rasa lebih baik kamu dipenjara seumur hidup seperti dia!"Tindakan Lutfi sudah melanggar perintah Saba, tetapi seharusnya Saba tidak akan menyalahkan Lutfi. Sementara itu, Pinot sudah gila. Dia baru berusia 40-an tahun, tetapi harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara.Ekspresi Ladim menjadi masam setelah mendengar ucapan Lutfi. Dia berseru, "Apa? Aku nggak mau dihukum seperti dia! Aku mohon, bunuh aku!"Jika tahu dirinya akan berakhir tragis, tadi Ladim pasti tidak akan berbicara. Sayangnya, semua sudah terlambat.Akhirnya, Ladim dan lainnya pun dipenjara. Niko baru tertawa terbahak-bahak, lalu pergi ke kantor Susanti.Setelah mendengar laporan Niko, Susanti tersenyum dan menanggapi, "Mereka memang pantas dihukum! Kalau mereka itu pemimpin yang memedulikan rakyat, mereka nggak akan be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 951

    Biasanya Saba memang terlihat ramah, tetapi dia tidak akan memaafkan orang-orang seperti Ladim dan lainnya yang melakukan perbuatan keji.Begitu Saba melontarkan ucapannya, Ladim dan lainnya sangat terpukul. Biarpun mereka terus memohon kepada Saba, Lutfi juga tidak peduli. Dia memimpin anggotanya untuk membawa Ladim dan lainnya keluar dari klinik."Mereka memang pantas dihukum!" celetuk Tirta. Dia yang merasa puas memandang Saba sembari bertanya, "Kak Saba, sebenarnya ada yang mau kutanyakan."Saba kembali tersenyum. Dia menyahut, "Tirta, kamu langsung bilang saja. Nggak usah sungkan."Tirta mengungkapkan kebingungannya, "Bukannya kemarin kamu bilang sudah pensiun dan nggak punya jabatan apa pun lagi? Kenapa sekarang aku merasa kamu tetap berkuasa? Kamu nggak kelihatan seperti kehilangan jabatan."Saba tertawa, lalu menjelaskan, "Tirta, ini semua berkat kamu. Sebenarnya aku nggak berniat memberitahumu. Tapi, aku akan bicara jujur karena kamu sudah bertanya."Saba meneruskan, "Awalnya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 950

    Ladim sungguh emosional sekarang. Dia menerjang ke arah Karsa dan menghajarnya. Dia ingin sekali menembak mati Karsa sekarang juga!"Karsa, akan kuhabisi kamu! Matilah kamu! Beraninya kamu menipuku untuk melawan teman Pak Saba! Kamu harus mati!"Pinot yang murka dan takut juga menyerbu ke arah Karsa dan menghajarnya habis-habisan."Ah ... ah .... Tolong berhenti! Aku nggak tahu dia teman Pak Saba!" teriak Karsa dengan kesakitan. Bagaimanapun, dia masih belum pulih dari cedera sebelumnya. Dia hampir tewas dibuat Ladim dan Pinot."Bagus, bagus sekali." Tirta menonton dengan seru, bahkan bertepuk tangan."Sialan! Kalau nggak ada Pak Saba, kamu bukan siapa-siapa!" Karsa memelototi Tirta dengan tatapan penuh kebencian dan keengganan."Kamu benar, kamu hebat. Tapi, asal kamu tahu, kalau bukan karena ada hukum di negara ini, kamu pasti sudah kubunuh kemarin. Kamu kira aku takut padamu?" sahut Tirta dengan suara rendah sambil maju. Tatapannya terlihat dingin.Seketika, jantung Karsa seperti be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 949

    "Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 948

    "Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 947

    Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 946

    "Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 945

    Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan

DMCA.com Protection Status