Share

Bab 299

Author: Hazel
Ucapan Susanti membuat orang berpikir yang tidak-tidak. Tirta mengangkat alis seraya berucap, "Oke, aku bakal dari belakang ...."

Jantung Tirta bahkan sempat berdebar kencang. Dia pun berpura-pura ingin melepas celana dalam yang menempel pada tubuh Alicia yang montok dan putih. Pria itu juga sengaja mendekatkan tubuhnya ke arah Alicia, seolah-olah ingin melakukan hal tersebut.

"Bocah Darsia, apa yang mau kamu lakukan? Dasar nggak tahu malu!" maki Alicia dengan kesal. Wajahnya memerah karena malu dan marah, tetapi tubuhnya masih lumpuh dan tidak bisa bergerak.

Jika bisa bergerak, Alicia pasti sudah menyerang Tirta. Dia sangat membenci pria. Jika berada dalam situasi normal, Alicia sudah lama menembak pria yang memperlakukannya dengan cara seperti itu.

"Cuih. Dasar bajingan! Aku salah omong. Maksudku, cepat ambil peluru dari belakangnya. Bukan melakukan hal itu!" maki Susanti yang kesal dengan tindakan Tirta. Dia segera menarik pria itu menjauh dari Alicia.

"Bocah, apa yang kau mau laku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
hans
***** mantap dokter muda lanjut
goodnovel comment avatar
latyif smart
episodenya terlau pendek,, menghabiskan banyak koin ,,,tidak rekomdit ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 300

    Tirta membalas, "Jangan bawel. Aku nggak butuh arahan darimu."Dengan satu gerakan, Tirta merobek baju yang diterimanya menjadi dua bagian dan mulai membalut luka Alicia.Dalam hati, pria itu membatin, 'Kedua wanita ini benar-benar bodoh. Mereka baru saja dikhianati oleh Alicia, tapi sekarang malah khawatir tentang lukanya. Bagaimanapun, aku nggak dekat sama mereka. Jadi, terserah mereka saja.'Sambil memegang sepotong kain, Tirta melewati celah di antara kaki Alicia. Hal ini membuat tangannya tak sengaja menyentuh bagian intim Alicia .... Dengan celana dalam yang tertarik, bisa dikatakan tangan Tirta sudah menyentuh bagian tersebut ...."Hmm ...." Alicia merasakan sensasi aneh yang sangat intens. Tubuhnya terasa seperti kesetrum sehingga dia tidak bisa menahan desahan. Setelah mengeluarkan suara, rasa malu dan kemarahan membuat Alicia menggigit bibirnya kuat-kuat.Setelah beberapa saat, Tirta akhirnya menyelesaikan pembalutan. Dia memberi tahu, "Oke, sudah beres."Kemudian, Tirta mero

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 301

    "Sialan! Kenapa secepat ini ketemu monster?"Mata Tirta membelalak dan hatinya mendadak diliputi perasaan gelisah. Dia melihat bayangan hitam berkelebat dan mendekat dari kejauhan.Samar-samar terlihat bahwa bayangan hitam yang bergerak dengan kecepatan tinggi itu menyerupai wujud manusia."Apa benar itu monsternya?" tanya Alicia dengan ekspresi ngeri di wajah cantiknya.Meskipun Alicia sempat mengancam akan membuat Tirta dan monster itu mati bersama, saat ini dia sendiri tidak bisa mengendalikan ketakutan di hatinya."Nona, nyawa lebih penting. Ayo kabur!"Judith dan seorang wanita Negara Martim lainnya tidak ingin mati. Mereka menggenggam Alicia erat-erat dan segera berlari."Kita balik juga!" ujar Tirta.Lorong makam ini terlalu sempit. Tidak ada hal baik yang akan terjadi jika monster itu tiba di sini. Mereka sama sekali tidak bisa melawannya.Tirta segera membuat keputusan, lalu berlari menuju tempat semula sambil menggandeng Susanti."Roarr!"Bayangan hitam di dekat mereka meraun

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 302

    Duyung ini bertubuh kokoh, tingginya mencapai dua meter lebih dan lengannya sebesar paha manusia dewasa. Di antara para duyung, dia terbilang berukuran raksasa! Siapa yang tahu seberapa kuat serangannya?Satu-satunya jalan keluar dari lapangan adalah melalui sisi gua yang telah diledakkan. Duyung itu sudah mulai mencari-cari mereka. Jika mereka terus bersembunyi di sini, cepat atau lambat Tirta dan yang lainnya akan ditemukan!"Gimana agar kita bisa kabur?" gumam Tirta yang mulai panik.....Sementara itu, di luar waduk di pintu masuk Desa Persik."Bu Susanti dan Pak Tirta sudah berada di dalam air selama dua hari. Mereka belum juga keluar ...."Waktu terus berjalan. Niko, Troy, dan Harris makin lama makin khawatir dan gelisah.Selain mereka, ada juga belasan polisi lain yang masih menunggu. Pasukan besar yang tadinya berada di sana sudah bubar.Beberapa perahu kecil bersandar di samping waduk. Sejumlah peralatan menyelam terletak di atasnya.Tidak lama setelah Susanti dan Tirta memasu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 303

    Melihat tekad di mata Nabila, Niko dan yang lainnya pun berhenti membujuknya."Baiklah, kami coba pikirkan cara lain untuk menemukan Bu Susanti dan Pak Tirta."Troy, Harris, dan lainnya segera berkumpul untuk membahas ulang rencana mereka buat terjun ke dalam air."Nak, Tuhan pasti melindungi Tirta. Kamu nggak usah terlalu khawatir," ucap Agus. Dia dan Betari menghampiri Nabila, menghapus air mata dan menghibur sang putri."Terima kasih, semuanya. Aku pulang dulu untuk memasak buat kalian. Setelah Tirta ditemukan, aku akan menyuruh dia berterima kasih dengan benar pada kalian," ujar Melati pada para polisi itu.Melati meminta Nabila menjaga Ayu. Kemudian, dia dan Arum kembali ke klinik untuk memasak."Jangan sedih, Bi. Tirta pasti kembali dengan selamat," hibur Nabila pada Ayu yang terus berlinang air mata.Namun, kata-kata hiburan itu tidak memberi kelegaan sama sekali pada Ayu. Dia terus menangis sambil menyandar di bahu Nabila."Tirta, kamu harus pulang dengan selamat. Kalau nggak,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 304

    "Apa pun yang terjadi, kita harus bersama!" ucap Susanti dengan mata berkaca-kaca.Susanti tentu saja mengerti maksud Tirta. Dia langsung menggeleng dan menolak dengan tegas."Jangan banyak bacot. Aku kekasihmu, jadi kamu harus menurut padaku. Wanita nggak usah banyak membantah!" ujar Tirta sambil memelototi Susanti. Dia sengaja melontarkan kata-kata kejam agar wanita itu pergi."Nggak, aku mau bersamamu. Kalaupun harus mati, aku mau mati bersamamu!" balas Susanti. Dia lalu mencengkeram tangan Tirta dengan keras kepala.Jarak duyung itu dari mereka kini tidak sampai 50 meter. Seolah-olah mencium sesuatu, dia seketika membuang sisa mayat di tangannya.Duyung itu meraung dengan suara rendah, lalu menambah kecepatan dan menerjang ke arah Tirta dan yang lainnya."Sialan! Cepat lari!" seru Tirta. Dengan jantung berdegup kencang, dia langsung menggendong Susanti dan berlari sekuat tenaga.Seruan Tirta segera menarik perhatian duyung itu. Dia kembali mengeluarkan suara raungan aneh, lalu berg

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 305

    "Berengsek!" umpat Tirta tanpa bisa ditahan.Setelah berlari sekitar 5 menit, Tirta sampai di depan tiga lorong. Dia tidak tahu detektor ditaruh di lorong yang mana. Jadi, dia terpaksa berhenti dan bertanya, "Lorong yang mana?""Aku jalan di depan, kamu ikut dari belakang. Kalian hanya bisa menemukan detektor itu dengan mengikutiku," ucap Alicia dengan nada mengejek. Dia berlari terengah-engah menuju lorong di tengah."Larimu saja lambat begitu, kamu masih menyuruh orang menunggu?" cibir Tirta, lalu bergegas menyerbu masuk ke lorong tengah.Setelah berlari cukup lama, kekuatan Alicia hampir mencapai batasnya. Tujuan Alicia menyuruh Tirta berjalan di belakang tentu saja untuk memastikan pria itu menjadi perisainya dari si duyung. Tirta mana mau?Setelah Tirta berlari belasan meter, Alicia yang masih bergeming di pintu lorong mendadak berucap dingin, "Maaf, aku salah ingat. Yang benar itu lorong yang kiri."Tanpa memedulikan reaksi Tirta, Alicia memimpin jalan dan memasuki lorong sebelah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 306

    Tirta menurunkan Susanti, lalu menggendong Alicia sambil mengumpat. Alicia pun murka hingga sekujur tubuhnya bergetar. Dia menggigit bahu Tirta sambil memaki, "Dasar bocah sialan! Jangan sentuh aku! Akan kugigit kamu sampai mati!"Tanpa diduga, ternyata bahu Tirta sangat keras. Alicia menggigit sekuat tenaga dan merasa giginya hampir hancur. Dia baru teringat bahwa peluru tidak bisa menembus tubuh Tirta. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa menggigit Tirta? Dia hanya bisa membiarkan Tirta menggendongnya."Biarkan saja, cepat lari!" Susanti menarik lengan Tirta. Keduanya mulai berlari di makam kuno. Sesudah berlari sekitar 10 menit, terlihat pertigaan jalan. Makam kuno ini seolah-olah tak berujung. Tirta sampai tidak tahu sudah berapa jauh dia berlari."Berengsek, kamu menipu kami ya?" tanya Tirta sambil memukul bokong Alicia. Dia mengira mereka kembali ke tempat sebelumnya."Nggak. Kali ini pilih jalan yang di tengah," sahut Alicia dengan lemas. Dia merasa sangat lelah setelah berlari deng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 307

    "Sialan! Aku nggak ingin minum darahmu!" Alicia segera memalingkan wajah untuk menghindar. Menurutnya, ini adalah sebuah penghinaan besar."Kamu kira aku ingin memberimu darahku? Darahku ini berharga sekali. Kalau bukan karena situasi terdesak, mana mungkin kuberikan!" Tirta tidak peduli. Dia langsung menahan kepala Alicia dan memasukkan jarinya lagi ke mulut Alicia secara paksa."Um ... um ...." Alicia merasa malu sekaligus murka. Dia awalnya masih meronta-ronta. Namun, sesudah merasakan kesegaran dan kemanisan dari darah Tirta, sekujur tubuhnya seketika menjadi nyaman dan tidak terasa lelah lagi. Darah Tirta bahkan lebih lezat daripada minuman mahal di luar sana!Alicia mengisap dengan kuat, seolah-olah ingin menyedot semua darah Tirta. Ekspresi yang semula dipenuhi penolakan menjadi sangat menikmati. Lidahnya terus melilit jari Tirta. Dia ingin mengisap lebih banyak."Berengsek! Sudah cukup!" Tirta tidak ingin Alicia minum terlalu banyak. Jika energi wanita ini pulih total, mereka y

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status