Share

Bab 303

Author: Hazel
Melihat tekad di mata Nabila, Niko dan yang lainnya pun berhenti membujuknya.

"Baiklah, kami coba pikirkan cara lain untuk menemukan Bu Susanti dan Pak Tirta."

Troy, Harris, dan lainnya segera berkumpul untuk membahas ulang rencana mereka buat terjun ke dalam air.

"Nak, Tuhan pasti melindungi Tirta. Kamu nggak usah terlalu khawatir," ucap Agus. Dia dan Betari menghampiri Nabila, menghapus air mata dan menghibur sang putri.

"Terima kasih, semuanya. Aku pulang dulu untuk memasak buat kalian. Setelah Tirta ditemukan, aku akan menyuruh dia berterima kasih dengan benar pada kalian," ujar Melati pada para polisi itu.

Melati meminta Nabila menjaga Ayu. Kemudian, dia dan Arum kembali ke klinik untuk memasak.

"Jangan sedih, Bi. Tirta pasti kembali dengan selamat," hibur Nabila pada Ayu yang terus berlinang air mata.

Namun, kata-kata hiburan itu tidak memberi kelegaan sama sekali pada Ayu. Dia terus menangis sambil menyandar di bahu Nabila.

"Tirta, kamu harus pulang dengan selamat. Kalau nggak,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
hans
***** penasaran ceritanya lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 304

    "Apa pun yang terjadi, kita harus bersama!" ucap Susanti dengan mata berkaca-kaca.Susanti tentu saja mengerti maksud Tirta. Dia langsung menggeleng dan menolak dengan tegas."Jangan banyak bacot. Aku kekasihmu, jadi kamu harus menurut padaku. Wanita nggak usah banyak membantah!" ujar Tirta sambil memelototi Susanti. Dia sengaja melontarkan kata-kata kejam agar wanita itu pergi."Nggak, aku mau bersamamu. Kalaupun harus mati, aku mau mati bersamamu!" balas Susanti. Dia lalu mencengkeram tangan Tirta dengan keras kepala.Jarak duyung itu dari mereka kini tidak sampai 50 meter. Seolah-olah mencium sesuatu, dia seketika membuang sisa mayat di tangannya.Duyung itu meraung dengan suara rendah, lalu menambah kecepatan dan menerjang ke arah Tirta dan yang lainnya."Sialan! Cepat lari!" seru Tirta. Dengan jantung berdegup kencang, dia langsung menggendong Susanti dan berlari sekuat tenaga.Seruan Tirta segera menarik perhatian duyung itu. Dia kembali mengeluarkan suara raungan aneh, lalu berg

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 305

    "Berengsek!" umpat Tirta tanpa bisa ditahan.Setelah berlari sekitar 5 menit, Tirta sampai di depan tiga lorong. Dia tidak tahu detektor ditaruh di lorong yang mana. Jadi, dia terpaksa berhenti dan bertanya, "Lorong yang mana?""Aku jalan di depan, kamu ikut dari belakang. Kalian hanya bisa menemukan detektor itu dengan mengikutiku," ucap Alicia dengan nada mengejek. Dia berlari terengah-engah menuju lorong di tengah."Larimu saja lambat begitu, kamu masih menyuruh orang menunggu?" cibir Tirta, lalu bergegas menyerbu masuk ke lorong tengah.Setelah berlari cukup lama, kekuatan Alicia hampir mencapai batasnya. Tujuan Alicia menyuruh Tirta berjalan di belakang tentu saja untuk memastikan pria itu menjadi perisainya dari si duyung. Tirta mana mau?Setelah Tirta berlari belasan meter, Alicia yang masih bergeming di pintu lorong mendadak berucap dingin, "Maaf, aku salah ingat. Yang benar itu lorong yang kiri."Tanpa memedulikan reaksi Tirta, Alicia memimpin jalan dan memasuki lorong sebelah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 306

    Tirta menurunkan Susanti, lalu menggendong Alicia sambil mengumpat. Alicia pun murka hingga sekujur tubuhnya bergetar. Dia menggigit bahu Tirta sambil memaki, "Dasar bocah sialan! Jangan sentuh aku! Akan kugigit kamu sampai mati!"Tanpa diduga, ternyata bahu Tirta sangat keras. Alicia menggigit sekuat tenaga dan merasa giginya hampir hancur. Dia baru teringat bahwa peluru tidak bisa menembus tubuh Tirta. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa menggigit Tirta? Dia hanya bisa membiarkan Tirta menggendongnya."Biarkan saja, cepat lari!" Susanti menarik lengan Tirta. Keduanya mulai berlari di makam kuno. Sesudah berlari sekitar 10 menit, terlihat pertigaan jalan. Makam kuno ini seolah-olah tak berujung. Tirta sampai tidak tahu sudah berapa jauh dia berlari."Berengsek, kamu menipu kami ya?" tanya Tirta sambil memukul bokong Alicia. Dia mengira mereka kembali ke tempat sebelumnya."Nggak. Kali ini pilih jalan yang di tengah," sahut Alicia dengan lemas. Dia merasa sangat lelah setelah berlari deng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 307

    "Sialan! Aku nggak ingin minum darahmu!" Alicia segera memalingkan wajah untuk menghindar. Menurutnya, ini adalah sebuah penghinaan besar."Kamu kira aku ingin memberimu darahku? Darahku ini berharga sekali. Kalau bukan karena situasi terdesak, mana mungkin kuberikan!" Tirta tidak peduli. Dia langsung menahan kepala Alicia dan memasukkan jarinya lagi ke mulut Alicia secara paksa."Um ... um ...." Alicia merasa malu sekaligus murka. Dia awalnya masih meronta-ronta. Namun, sesudah merasakan kesegaran dan kemanisan dari darah Tirta, sekujur tubuhnya seketika menjadi nyaman dan tidak terasa lelah lagi. Darah Tirta bahkan lebih lezat daripada minuman mahal di luar sana!Alicia mengisap dengan kuat, seolah-olah ingin menyedot semua darah Tirta. Ekspresi yang semula dipenuhi penolakan menjadi sangat menikmati. Lidahnya terus melilit jari Tirta. Dia ingin mengisap lebih banyak."Berengsek! Sudah cukup!" Tirta tidak ingin Alicia minum terlalu banyak. Jika energi wanita ini pulih total, mereka y

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 308

    Alicia memasuki pintu batu arah tenggara. Tirta berbisik kepada Susanti dengan waspada, "Kamu jalan di belakangku saja. Aku khawatir wanita ini berniat jahat."Setelah mengikuti Alicia berputar-putar, mereka tidak menemukan monster apa pun sepanjang jalan. Tirta juga bisa merasakan bahwa mereka makin naik. Samar-samar, dia bisa mendengar suara air.'Sepertinya sudah dekat, 'kan?' batin Tirta. Pada akhirnya, setelah keluar dari lorong makam terakhir, mereka melihat sebuah gua gelap yang lebarnya lebih dari 10 meter. Terdapat sungai bawah tanah yang ujungnya entah ke mana.'Sepertinya ini sungai bawah tanah yang kutemui waktu masuk,' tebak Tirta dalam hati."Di sini nggak ada jalan lagi. Kita harus lewat mana?" tanya Susanti dengan heran."Sungai ini terhubung dengan luar. Kita bisa keluar setelah lompat dari sini. Tapi, aku nggak yakin di luar sana adalah waduk atau bukan," jelas Alicia yang memegang detektor sambil menatap sungai bawah tanah."Kalau begitu, kamu lompat duluan. Kami iku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 309

    Suara ini terdengar sangat menusuk telinga. Apalagi, orang itu sepertinya merasa senang atas penderitaan mereka.Melati dan lainnya segera menoleh untuk melihat. Tampak Elvi sekeluarga menghampiri dengan senyuman gembira.Di belakang mereka, terlihat pula seorang pria tua beruban yang mengenakan mantel dan penuh wibawa. Pria itu tidak lain adalah Bima, guru Danang. Danang sengaja memanas-manasi Bima dan memfitnah Tirta agar Bima bersedia membantunya.Elvi sekeluarga awalnya membawa Bima kemari untuk memberi Tirta pelajaran. Siapa duga, mereka malah mendengar kabar bahwa Tirta jatuh ke waduk dan sudah hilang 3 hari.Itu sebabnya, mereka bergegas kemari. Mereka yakin bahwa Tirta sudah mati di dasar waduk. Itu sebabnya, bocah itu masih belum kembali sampai sekarang.Mereka pun memutuskan untuk mengambil semua uang Tirta. Sesudah mendapatkannya, mereka akan membagikan sedikit kepada Bima sehingga perjalanan Bima tidak sia-sia."Ngapain kalian kemari? Tempat ini nggak menyambut kalian! Perg

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 310

    "Ya! Cepat pergi dari sini. Kalian nggak seharusnya berada di sini!" hardik Troy dengan ekspresi masam. Mereka adalah polisi berpengalaman. Hanya dengan melihat sekilas, mereka sudah tahu orang-orang ini datang untuk merebut harta."Eee ...." Elvi dan lainnya masih ingin berbicara. Namun, Niko sudah menginstruksi beberapa polisi untuk mengusir mereka."Kita nggak boleh pergi begitu saja! Setelah polisi bubar, kita minta uang lagi dari mereka! Nggak masalah kalau harus menunggu lama!" Elvi sekeluarga, termasuk Bima, tahu mereka tidak boleh mengusik polisi. Jadi, mereka menunggu di kejauhan."Benar, uang bocah sialan itu setidaknya mencapai puluhan miliar. Kita harus mendapatkan semua uangnya!" Pandu sudah mulai membayangkan kehidupan mewah yang akan dilewatinya.Melati dan lainnya tentu tahu mereka menunggu di kejauhan. Hal ini pun membuat mereka makin marah."Menjengkelkan sekali! Setelah Tirta kembali, aku akan menyuruhnya memberi mereka pelajaran supaya mereka nggak berani membuat on

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 311

    Sama seperti sebelumnya, Alicia sontak meraih tangan Tirta dan mengisapnya dengan kuat. Makin diisap, dia merasa makin nyaman dan kecanduan.Tirta sampai curiga mulut Alicia adalah mesin penyedot debu. Isapannya benar-benar kuat. Seluruh jari Tirta sampai masuk ke mulutnya.Sementara itu, Susanti tidak bisa menerima situasi ini. Tirta adalah miliknya. Dia tentu kesal melihat wanita lain mengisap jari dan meminum darah Tirta."Sudah cukup, 'kan? Cepat ikut kami," ujar Tirta yang langsung menarik jarinya. Dia tidak memberi Alicia kesempatan untuk menolak."Sebentar, aku harus pipis." Alicia langsung memegang perutnya dan memasang ekspresi tidak tahan."Kamu ingin mencari kesempatan untuk kabur, 'kan?" ejek Tirta sambil terkekeh-kekeh."Aku benar-benar nggak tahan lagi. Kamu boleh ikut denganku kalau takut aku kabur," sahut Alicia sambil mengejapkan mata dan memasang ekspresi memelas.Setelah Tirta melepaskan mantel kulitnya, Alicia hanya memakai pakaian ketat sehingga payudaranya yang be

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status