Share

Bab 117

Author: Hazel
last update Last Updated: 2024-07-05 20:35:17
"Lihat baik-baik. Jarum ini seharusnya ditancapkan di sini. Ini juga ...." Tirta melakukan akupunktur untuk Saad sambil menjelaskan kepada Aiko.

Aiko awalnya mengira Tirta hanya ingin mempermalukannya. Namun, setelah melihat keterampilan Tirta, Aiko merasa sangat takjub. "Ternyata begitu, ini ajaran mana?"

Aiko tidak pernah melihat teknik akupunktur yang digunakan Tirta. Seiring berjalannya waktu, rona wajah Saad pun membaik. Ini membuat tatapan Aiko saat menatap Tirta menjadi sangat rumit.

"Sudah. Dua hari lagi, Pak Saad harus menjalani terapi akupunktur kembali. Setelah itu, kondisinya akan makin baik," ucap Tirta kepada Naura sambil menepuk-nepuk tangan. Dia meneruskan, "Tolong suruh orang antar aku pulang. Sudah malam, aku mau istirahat."

Naura merasa jauh lebih lega sekarang. Dia tersenyum kepada Tirta sambil bertanya, "Pak, sekarang sudah malam. Gimana kalau kamu menginap di rumah kami semalam? Aku akan menjamumu."

"Nggak perlu repot-repot. Sebaiknya antar aku pulang saja," tolak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
trisno joyo
mantap bikin penasaran terus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 118

    Ketika melihat Melati begitu berinisiatif dan dipenuhi penantian, Tirta menjadi makin dipenuhi antusiasme. Dia berkata, "Sini."Tirta mulai merasa bergairah. Dia melakukan akupunktur untuk Melati. Entah mengapa, dia merasa nafsu Melati makin lama makin besar. Mungkin ini seperti prinsip bertani. Makin bagus cangkul dan makin sering disiram, maka tanah akan menjadi makin subur."Tirta, aku juga mau." Ketika Tirta keenakan melakukan akupunktur untuk Melati, Ayu yang berada di sebelah tiba-tiba bersuara."Jangan terburu-buru, Bi. Aku akan melakukannya satu per satu," sahut Tirta. Dia berharap dirinya menguasai jurus seribu bayangan supaya bisa merasakan 2 macam kenikmatan sekaligus.Selain itu, ranjang di rumah ini terlalu kecil. Tirta tiba-tiba teringat pada uang 600 miliar dari Irene. Tirta pun memutuskan untuk tidak membuka klinik besok. Dia akan pergi ke kota untuk mengambil sebagian uang itu, lalu membangun rumah besar di desa, membeli ranjang besar dan mobil keren!"Tirta, kamu laya

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 119

    Kedua wanita itu berusaha memikirkan cara untuk membuat Tirta senang. Namun, kesedihan semacam itu tidak akan pernah dilupakan oleh Tirta."Bi, Kak, terima kasih sudah memperlakukanku dengan begitu baik. Kalian istirahatlah, sudah malam. Besok aku masih harus ke kota," ujar Tirta.Kemudian, Tirta berbaring dan matanya masih berkaca-kaca. Ini pertama kalinya Melati dan Ayu melihat Tirta begitu sedih. Mereka sampai tidak berniat untuk tidur.Kedua wanita itu tidak berbicara lagi. Mereka sama-sama memeluk Tirta. Sesaat kemudian, Ayu baru menghibur, "Tirta, jangan terlalu dipikirkan. Tidurlah. Aku masih ingat dengan janjiku."Melati tentu tidak berani berbicara begitu terang-terangan. Namun, dia akan menggunakan aksinya untuk membuat Tirta senang.....Keesokan pagi, suasana hati Tirta jauh lebih baik. Dia berkata, "Aku ada urusan di kota hari ini, jadi klinik nggak buka dulu. Kalian istirahat saja di rumah."Setelah berpamitan, Tirta pun bersiap-siap ke kota. Sebelumnya, Tirta sempat meny

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 120

    Tirta segera menyingkirkan pikiran kotor itu. Mereka baru bertemu 2 kali. Tanpa mata tembus pandangnya, mana mungkin Irene bersikap sebaik ini padanya?Tirta mungkin terlalu terobsesi pada wanita sehingga berpikiran seperti itu. Dia pun berusaha memperingatkan diri sendiri untuk tidak langsung berniat meniduri seorang wanita hanya karena wanita itu cantik.Setelah memikirkan semua ini, Tirta membuka pintu mobil dan masuk. Sementara itu, Irene merasa heran melihatnya.Tirta jelas-jelas menatapnya dengan penuh nafsu barusan, jadi kenapa tiba-tiba terlihat seperti pria baik-baik sekarang? Jangan-jangan, Tirta tidak tertarik padanya?Irene tidak bisa memercayai hal ini. Dia memiliki paras dan bodi yang luar biasa. Tidak ada pria yang tidak terpesona padanya. Bahkan ketika becermin, Irene tak kuasa takjub dengan penampilannya sendiri.Itu sebabnya, Irene menyimpulkan bahwa Tirta merasa malu. Pria ini bernafsu, tetapi tidak bernyali. Sepertinya, dia harus lebih berinisiatif."Omong-omong, ak

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 121

    "Aku bukan mencarimu, tapi mau beli baju," sahut Tirta. Ketika melihat seragam Pandu, dia tahu bahwa Pandu adalah karyawan toko ini. Sepertinya, kehidupannya tidak termasuk baik."Kamu nggak bakal sanggup membeli baju-baju di toko ini meski jual diri. Jangan mimpi!" Ekspresi Pandu jelas dipenuhi penghinaan. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga mengernyit sambil bertanya, "Jujur saja, kamu ingin pinjam uang, ya?""Jangan harap deh. Keluargaku baru-baru ini pindah rumah, kami saja masih kurang uang. Sebaiknya kamu pulang.""Jangan sembarangan. Aku benar-benar datang untuk membeli baju. Aku nggak butuh pinjaman apa pun." Tirta terkekeh-kekeh, lalu menunjuk sebuah jas seharga 260 juta dan berkata kepada staf lain, "Aku mau coba ini.""Baik, Pak." Staf wanita itu berusia 20-an tahun dan berparas cantik. Dia segera menghampiri saat mendengar Tirta ingin mencoba pakaian."Sebentar, kamu mundur dulu. Dia adik sepupuku. Dia nggak sanggup beli barang mahal seperti ini. Dia cuma membuat o

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 122

    Sebenarnya tanpa perlu dipanggil, teriakan Pandu sudah cukup untuk menarik si manajer keluar. Manajer toko ini adalah seorang pria paruh baya berusia 40-an tahun. Dengan satu lambaian tangannya, seluruh karyawan toko bergegas menghampirinya."Siapa bocah itu? Berani sekali membuat keributan di toko kita!" tanya manajer itu dengan murka.Begitu melihatnya, Pandu seolah-olah menemukan penyelamat. Dia mengancam, "Lepaskan aku! Kalau nggak, kamu akan menanggung akibat yang sangat fatal hari ini!"Tirta tidak menghiraukan Pandu. Dia menatap manajer itu dan berkata, "Bukan aku yang membuat keributan, tapi karyawanmu yang kurang ajar.""Serius?" tanya manajer itu sambil menatap Pandu dengan alis berkerut."Jangan percaya padanya! Dia cuma bicara omong kosong! Dia jelas-jelas nggak sanggup membeli baju-baju di sini, tapi masih mau mencobanya! Makanya, aku mengusirnya!" jelas Pandu."Dik, bagaimanapun, kamu yang menggunakan kekerasan duluan. Aku nggak peduli kamu datang untuk membeli baju atau

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 123

    "Dasar bodoh! Gimana bisa perusahaan kita merekrut orang sebodoh kamu! Kamu dipecat! Bawa barang-barangmu pergi sekarang!" hardik manajer itu."Pak, tolong jangan pecat aku! Keluargaku butuh uang untuk pindah rumah!" pinta Pandu dengan patuh. Dia tidak berani bersikap semena-mena lagi."Kamu masih ingin bekerja setelah menyinggung tamu Bu Irene? Jangan harap! Angkat kakimu dari sini!" pekik manajer itu."Pak, setidaknya tolong bayar gajiku," mohon Pandu dengan ekspresi getir."Cih! Lebih baik kamu cepat pergi atau aku akan menyuruh satpam menyeretmu!" Manajer itu tidak tahan lagi sehingga menendang Pandu."Semua ini gara-gara kamu! Tunggu saja pembalasanku!" Karena masalah sudah seperti ini, Pandu hanya bisa memelototi Tirta dan pergi dengan enggan."Kalau kamu nggak meremehkanku, mana mungkin hasilnya akan seperti ini?" ejek Tirta sambil tersenyum sinis."Bu Irene, apa kamu puas dengan hasil seperti ini?" tanya manajer itu sambil tersenyum canggung."Kalau Tirta puas, berarti aku puas

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 124

    Tirta tidak tahu bahwa Pandu membuntutinya. Setelah masuk ke showroom, seorang staf wanita berambut panjang dengan postur tubuh yang indah menyambut mereka dengan ramah. "Halo, mau cari mobil apa?"Usia staf wanita ini sekitar 20-an tahun. Kulitnya putih dan mulus, tubuhnya diliputi aroma parfum yang wangi. Kesan yang diberikannya sangatlah bagus."Kak, kenapa mobil yang mau kubeli nggak ada di sini?" tanya Tirta dengan heran setelah mengamati ke sekeliling."Apa aku boleh tahu mobil apa?" tanya staf wanita bernama Cleo itu dengan sabar. Dia bisa menilai bahwa Tirta bukan orang biasa sehingga tidak berani menyinggungnya. Dengan kata lain, asalkan bersikap baik, dia mungkin akan berhasil menjual mobil mahal hari ini."Kami mau Mercedes-Benz Maybach," sahut Irene karena Tirta tidak tahu nama mobil itu.Cleo cukup terkejut mendengarnya. Dia bertanya, "Kalian serius?"Cleo tentu tahu aturan penjualan mobil. Komisi yang akan diperolehnya untuk penjualan mobil ini sangat besar. Tirta bukan h

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 125

    Tirta seketika memahami apa yang terjadi. Dia lupa menyeka bibirnya setelah menjilat kemaluan Cleo tadi. Dia segera menjilat bibirnya dan membalas, "Bukan apa-apa, tapi aku haus sekali.""Eh, maaf sekali, Pak. Aku ambilkan air untukmu, ya?" tawar Cleo yang merapikan pakaiannya dengan agak canggung."Nggak perlu lagi. Ayo, kita pergi makan." Irene tidak berpikir terlalu jauh. Dia mengambil kunci dari tangan Cleo, lalu membawa mobil itu keluar. Irene sudah membayar dan mengurus semua prosedur. Mobil ini tentu atas nama Tirta."Oke." Kebetulan, Tirta merasa lapar setelah melakukannya dengan Cleo. Jadi, dia langsung naik ke mobil.Ketika melihat keduanya akan pergi, Cleo bertanya, "Pak, Bu, kalian akan langsung pergi? Kami bisa membuat perayaan kecil untuk kalian.""Nggak perlu serepot itu. Kami masih punya urusan lain," tolak Irene langsung."Baiklah. Pak, apa aku boleh meminta nomor ponselmu? Kalau ada masalah pada mobil ini atau ada yang nggak dimengerti, kamu boleh mencariku kapan saja

    Last Updated : 2024-07-05

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 937

    Kemudian, Ayu kembali sibuk di dapur. Agatha keluar dari klinik, lalu bertanya kepada Tirta, "Tirta, Bibi Ayu bilang apa denganmu? Kenapa kalian kelihatan misterius?"Tirta menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa. Bibi Ayu tanya kenapa Kak Nia tiba-tiba tinggal di klinik.""Oh. Kamu cepat lihat dulu, nanti malam Kak Nia tidur di mana?" timpal Agatha. Dia menarik Tirta masuk ke klinik, lalu melanjutkan dengan ekspresi khawatir, "Selain itu, kita bertiga ... kita tidur di mana? Nggak ada tempat lagi."Nia yang berdiri di depan pintu klinik berujar dengan canggung, "Tirta, apa aku merepotkan kalian? Kalau nggak, aku tinggal di hotel saja."Tirta menepuk dadanya sambil menjamin, "Nggak usah, Kak Nia. Aku sudah atur semuanya. Klinik ini cukup untuk ditempati kita semua.""Kalau begitu, kamu lakukan akupunktur pada Kak Nia. Aku lihat Bibi Ayu butuh bantuan atau nggak," ucap Agatha. Selesai bicara, dia masuk ke dapur.Tirta menutup pintu klinik, lalu mengambil jarum dan berkata kepada Nia, "Ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 936

    Tirta memang kuat. Kalau tidak, dia juga tidak bisa mengancam Agatha. Melihat Agatha sudah setuju, Tirta langsung mengangguk dan berujar, "Kak Agatha, kamu tenang saja. Aku pasti akan membereskan Susanti dan nggak akan membuatmu merasa nggak nyaman."Agatha mendengus, lalu membalas sembari memelototi Tirta, "Cuma kali ini, ya. Ke depannya aku nggak mau melakukannya bersama Susanti."Agatha melepaskan dirinya dari pelukan Tirta, lalu berjalan ke mobil terlebih dahulu. Tirta yang merasa puas segera mengikuti Agatha kembali ke mobil.Nia bertanya, "Agatha, apa perutmu masih sakit?"Agatha berusaha tenang saat menjawab, "Nggak, Kak Nia. Setelah kita kembali, suruh Tirta lakukan akupunktur padamu untuk menyembuhkan sesak napasmu."Nia menyahut seraya mengangguk, "Oke."....Setengah jam kemudian, mereka kembali ke klinik. Kala ini, Ayu, Melati, dan Arum sedang sibuk di dapur. Ayu penasaran ketika melihat Nia juga turun dari mobil dan membawa banyak keperluan sehari-hari.Ayu menarik Tirta k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 935

    Tirta langsung berbicara terus terang. Sebelum dia melanjutkan perkataannya, Agatha mencebik dan berujar, "Tirta, kamu memang berengsek! Kamu nggak pernah tiduri aku di klinik. Kamu lebih suka tiduri Susanti atau aku?"Tirta menyahut, "Tentu saja aku lebih suka tiduri kamu. Dadamu lebih besar, bokongmu lebih montok, kakimu ramping, kulitmu mulus, sifatmu juga baik ...."Dalam situasi seperti ini, tentu saja Tirta tahu siapa yang lebih baik. Dia terus memuji Agatha.Agatha memutar bola matanya, tetapi dia tidak terlalu marah lagi. Agatha menyela, "Cukup, kamu itu munafik. Jelas-jelas punya Susanti hampir sama denganku, kamu terlalu berlebihan."Agatha bertanya, "Jadi, apa semua ini ada hubungannya dengan keinginanmu?"Tirta mengusap tangannya seraya menjawab, "Tentu saja ada. Bukannya malam ini Kak Agatha mau tinggal di klinik? Susanti juga pulang ke klinik, kalian ....""Tunggu!" sergah Agatha. Dia merasa ada yang tidak beres. Agatha menegaskan, "Malam ini aku nggak mau tinggal di klin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 934

    Tirta menegaskan, "Bu, sudah kubilang kamu nggak usah sungkan. Kebetulan aku ada di sini, jadi aku bisa menyelamatkan anakmu. Untuk urusan bisnis, semuanya tetap harus diperhitungkan dengan jelas. Kalau aku kurang bayar 1 miliar, takutnya kamu nggak dapat keuntungan. Kalau kamu nggak mau terima, aku nggak beli lagi."Bos toko bersikeras berkata, "Jangan begitu. Aku juga nggak marah biarpun kamu nggak beli. Aku cuma punya 1 anak, dia lebih berharga dari nyawaku. Kamu menyelamatkan anakku dan memesan begitu banyak bibit pohon buah dariku. Aku sangat berterima kasih padamu, mana mungkin aku membiarkan kamu menghabiskan begitu banyak uang?"Bos toko menambahkan, "Lagi pula, setelah kamu bayar 3 miliar, aku sudah bisa dapatkan keuntungan 1 miliar lebih. Aku nggak rugi."Tirta terpaksa menanyakan pendapat Agatha dan Nia, "Kak Agatha, Kak Nia, bagaimana menurut kalian?"Agatha bertatapan dengan Nia, lalu menyahut sembari tersenyum, "Tirta, bos mau berterima kasih padamu dan kita memang kekura

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 933

    Tirta berpikir sejenak, lalu tersenyum licik dan berucap, "Kalau kamu benar-benar merasa bersalah, kamu kabulkan satu keinginanku saja. Anggap sebagai kompensasi."Agatha segera mengangguk seraya menyahut, "Apa keinginanmu? Kamu bilang saja. Asalkan aku bisa melakukannya, aku pasti kabulkan keinginanmu."Tirta mengedipkan matanya, lalu menimpali, "Nanti kita baru bicarakan di mobil. Sekarang kita bicarakan masalah bibit pohon buah dengan bos toko dulu.""Oh. Kalau begitu, nanti kita baru bicarakan di mobil," balas Agatha. Dia merasa Tirta berniat jahat, tetapi dia tidak keberatan.Anak bos toko sudah tertidur setelah minum susu. Bos toko keluar dari kamar. Dia membawa sepiring buah yang sudah dicuci.Bos toko berujar, "Kalian sudah menunggu lama. Istirahat dulu dan makan buah.""Terima kasih, Bu," sahut Tirta. Dia tidak sungkan lagi dan langsung duduk di bangku. Tirta mengambil buah pir dan memakannya.Agatha dan Nia juga mengambil buah, lalu duduk di samping Tirta sambil memakan buahn

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 932

    "Aduh, maaf ... aku ...," ucap bos toko. Dia baru tersadar. Bos toko segera merapikan pakaiannya dengan ekspresi malu.Bos toko berniat mengambil tisu untuk menyeka punggung Tirta, tetapi dia mengkhawatirkan keselamatan anaknya. Dia merasa bersalah dan juga ragu. Bos toko berputar-putar di tempat.Agatha segera mengambil tisu di mobil, lalu berujar, "Tirta, biar aku yang menyeka punggungmu."Agatha merasa bersalah karena tadi dia salah paham kepada Tirta. Dia menyeka punggung Tirta.Tirta sedang sibuk menyelamatkan anak itu sehingga tidak menanggapi ucapan Agatha. Setelah ditepuk-tepuk Tirta beberapa saat, anak itu memuntahkan potongan buah. Kemudian, kondisinya perlahan menjadi normal kembali.Tirta baru mengembuskan napas lega. Dia menyerahkan anak itu kepada bos dan berpesan, "Bu, sekarang anakmu baik-baik saja. Dia masih terlalu kecil, nggak bisa konsumsi makanan yang terlalu keras. Ingat, ke depannya jangan beri dia makanan yang keras lagi supaya kejadian begini nggak terulang."B

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 931

    Dada wanita itu pun terlihat. Masalahnya, anak itu tetap menangis meski telah diberi susu. Sepertinya tidak tampak tanda-tanda tangisannya akan mereda.Tirta melihat anak itu. Dia baru menyadari ada yang tidak beres. Ternyata, ada potongan buah yang tersangkut di tenggorokan anak itu.Alhasil, anak itu kesulitan bernapas. Itulah sebabnya dia tidak berhenti menangis. Jika tidak segera ditangani, nyawa anak itu akan terancam.Saat Tirta hendak meminta bos toko untuk menyerahkan anaknya, tiba-tiba Agatha mencubit pinggangnya dan menegur, "Tirta, apa yang kamu lihat? Bos itu lagi menyusui anaknya! Cepat kembali ke mobil!"Agatha berbicara sambil mendorong Tirta ke mobil. Dia merasa Tirta makin keterlaluan. Bisa-bisanya dia diam-diam melihat wanita yang sedang menyusui anaknya!Tirta yang hendak keluar dari mobil buru-buru menjelaskan, "Bukan ... Kak Agatha, kamu salah paham. Aku nggak diam-diam melihat bos itu. Aku lagi lihat anaknya. Dia bukan lapar, tapi ada makanan yang tersangkut di te

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 930

    Tirta yang berdiri di luar kamar pas bergumam setelah mendengar percakapan Agatha dan Nia, "Aneh, apa setiap wanita yang dadanya kecil berharap dadanya membesar?"Tirta berpikir ukuran dada wanita sama pentingnya dengan ukuran alat kelamin pria. Tentu saja pria tidak ingin mempunyai alat kelamin yang kecil. Bahkan, Agus meminta resep kepada Tirta untuk memperbesar alat kelaminnya.Tirta membatin, 'Nanti waktu melakukan akupunktur pada Kak Nia, aku sekalian bantu Kak Nia perbesar ukuran dadanya.'Tak lama kemudian, Agatha dan Nia keluar dari kamar pas. Agatha menunjukkan pakaian dalam renda yang seksi kepada Tirta, lalu berujar sembari mengerjap, "Tirta, aku sudah selesai pilih. Ukurannya sudah pas, kamu langsung bayar. Malam ini aku nggak pulang lagi."Nia paham maksud Agatha. Dia langsung bergeser ke samping. Sementara itu, Tirta berdeham dan menyahut, "Oke. Aku bayar sekarang."Namun, Tirta merasa khawatir. Malam ini Susanti kembali ke klinik. Pasti akan terjadi keributan lagi. Nanti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 929

    Susanti melihat Harto dan lainnya dengan ekspresi dingin. Niko menyahut, "Oke, Bu Susanti!"Kemudian, Niko memerintah bawahan untuk menangkap Harto dan lainnya. Susanti menghampiri Agatha dan Nia, lalu bertanya, "Bu Agatha, Bu Nia, apa kalian disakiti?""Nggak. Tapi, kalau nggak ada Tirta, kami pasti celaka," sahut Agatha yang masih merasa takut.Susanti mengeluarkan pena dan catatan, lalu mencari tahu seluk-beluk kejadiannya. Dia berkata, "Yang penting kalian baik-baik saja. Aku butuh pengakuan kalian. Waktu mengurus kasus, aku butuh ...."Setelah selesai bertanya kepada Agatha dan Nia, Susanti berpamitan dengan Tirta dan buru-buru pergi. Sudah jelas Susanti makin sibuk sejak Mauri dipindahkan. Yang mengejutkan Tirta adalah kali ini Susanti dan Agatha tidak berdebat.Agatha melihat Susanti turun ke lantai bawah, lalu menghampiri Tirta dan merangkul lengannya sembari bertanya, "Tirta, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Tirta merangkul pinggang Agatha dan menjawab, "Lanjut beli paka

DMCA.com Protection Status