Share

Bab 123

Author: Hazel
"Dasar bodoh! Gimana bisa perusahaan kita merekrut orang sebodoh kamu! Kamu dipecat! Bawa barang-barangmu pergi sekarang!" hardik manajer itu.

"Pak, tolong jangan pecat aku! Keluargaku butuh uang untuk pindah rumah!" pinta Pandu dengan patuh. Dia tidak berani bersikap semena-mena lagi.

"Kamu masih ingin bekerja setelah menyinggung tamu Bu Irene? Jangan harap! Angkat kakimu dari sini!" pekik manajer itu.

"Pak, setidaknya tolong bayar gajiku," mohon Pandu dengan ekspresi getir.

"Cih! Lebih baik kamu cepat pergi atau aku akan menyuruh satpam menyeretmu!" Manajer itu tidak tahan lagi sehingga menendang Pandu.

"Semua ini gara-gara kamu! Tunggu saja pembalasanku!" Karena masalah sudah seperti ini, Pandu hanya bisa memelototi Tirta dan pergi dengan enggan.

"Kalau kamu nggak meremehkanku, mana mungkin hasilnya akan seperti ini?" ejek Tirta sambil tersenyum sinis.

"Bu Irene, apa kamu puas dengan hasil seperti ini?" tanya manajer itu sambil tersenyum canggung.

"Kalau Tirta puas, berarti aku puas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
hans
***** mantul lanjut
goodnovel comment avatar
nofriandi mizlan
terlalu singkat...
goodnovel comment avatar
rizky kristan
makin pendek....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 124

    Tirta tidak tahu bahwa Pandu membuntutinya. Setelah masuk ke showroom, seorang staf wanita berambut panjang dengan postur tubuh yang indah menyambut mereka dengan ramah. "Halo, mau cari mobil apa?"Usia staf wanita ini sekitar 20-an tahun. Kulitnya putih dan mulus, tubuhnya diliputi aroma parfum yang wangi. Kesan yang diberikannya sangatlah bagus."Kak, kenapa mobil yang mau kubeli nggak ada di sini?" tanya Tirta dengan heran setelah mengamati ke sekeliling."Apa aku boleh tahu mobil apa?" tanya staf wanita bernama Cleo itu dengan sabar. Dia bisa menilai bahwa Tirta bukan orang biasa sehingga tidak berani menyinggungnya. Dengan kata lain, asalkan bersikap baik, dia mungkin akan berhasil menjual mobil mahal hari ini."Kami mau Mercedes-Benz Maybach," sahut Irene karena Tirta tidak tahu nama mobil itu.Cleo cukup terkejut mendengarnya. Dia bertanya, "Kalian serius?"Cleo tentu tahu aturan penjualan mobil. Komisi yang akan diperolehnya untuk penjualan mobil ini sangat besar. Tirta bukan h

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 125

    Tirta seketika memahami apa yang terjadi. Dia lupa menyeka bibirnya setelah menjilat kemaluan Cleo tadi. Dia segera menjilat bibirnya dan membalas, "Bukan apa-apa, tapi aku haus sekali.""Eh, maaf sekali, Pak. Aku ambilkan air untukmu, ya?" tawar Cleo yang merapikan pakaiannya dengan agak canggung."Nggak perlu lagi. Ayo, kita pergi makan." Irene tidak berpikir terlalu jauh. Dia mengambil kunci dari tangan Cleo, lalu membawa mobil itu keluar. Irene sudah membayar dan mengurus semua prosedur. Mobil ini tentu atas nama Tirta."Oke." Kebetulan, Tirta merasa lapar setelah melakukannya dengan Cleo. Jadi, dia langsung naik ke mobil.Ketika melihat keduanya akan pergi, Cleo bertanya, "Pak, Bu, kalian akan langsung pergi? Kami bisa membuat perayaan kecil untuk kalian.""Nggak perlu serepot itu. Kami masih punya urusan lain," tolak Irene langsung."Baiklah. Pak, apa aku boleh meminta nomor ponselmu? Kalau ada masalah pada mobil ini atau ada yang nggak dimengerti, kamu boleh mencariku kapan saja

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 126

    Irene tentu bisa mengenali Pandu. Dia tahu Pandu yang mencari masalah dengan Tirta di toko tadi."Kami mau mencari keponakan kami. Aku bibinya. Meskipun kamu berstatus tinggi, kurang pantas untuk ikut campur urusan keluarga kami, 'kan?" jelas Elvi sambil berkacak pinggang."Kamu bibi Tirta?" Irene tak kuasa mengernyit. Dia tidak merasa penampilan Elvi ini seperti ingin menemui keponakannya."Kenapa mencariku?" tanya Tirta dengan tidak acuh."Aku bibimu. Masa kamu nggak menyapa seniormu? Kami mau pindah rumah dan kurang 2 miliar. Bukan, kurang 4 miliar. Cepat pinjam kami uang. Kami akan bayar setelah punya uang," sahut Elvi dengan lantang."Nggak mau," tolak Tirta langsung."Kamu bisa membeli mobil semahal ini, tapi nggak mau pinjam kami uang?" bentak Elvi yang mulai geram. Dia tentu tahu semahal apa mobil ini. Itu sebabnya, dia merasa sangat iri sekarang. Dia ingin sekali menarik pintu mobil dan menarik Tirta keluar."Apa hubungannya aku kaya dengan kalian? Kenapa aku harus meminjamkan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 127

    Irene membawa Tirta ke restoran bintang 5. Setelah memesan makanan, Irene bertanya, "Tirta, kedua orang tadi benaran kerabatmu? Kenapa mereka lebih mirip penagih utang? Apa aku perlu mencari orang untuk memberi mereka pelajaran?""Nggak perlu. Kalau mereka cari masalah lagi, aku akan memberi mereka pelajaran sendiri," timpal Tirta sambil menggeleng."Baiklah, beri tahu saja aku kalau butuh bantuan," ujar Irene yang mengangguk. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Setelah menjawab panggilan, dia berkata kepada Tirta, "Aku sudah mengatur orang dan menyiapkan bahan untuk bangun rumah. Mereka akan ke desamu besok.""Ini nomor teleponnya. Kemudian, simpan kartu bank ini baik-baik. Isinya 100 miliar. Mobil dan biaya bangun rumah sudah kubayar semuanya," ujar Irene sambil menyerahkan sebuah kartu bank.Tirta menyimpan nomor telepon yang diberikan Irene dan menerima kartu itu, lalu bertanya dengan heran, "Kak, kenapa kamu sebaik ini padaku?"Tidak ada yang gratis di dunia ini. Sikap Irene terhadapn

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 128

    Tirta tentu ingin meniduri Irene. Begitu mendengar syarat Irene, Tirta akhirnya memahami semuanya. Dia langsung mendekapkan Irene ke pelukannya. Tubuh yang hangat membuat Tirta menjadi makin bergairah. Dia mencium aroma tubuh Irene yang wangi."Kak, bukannya permintaanmu ini kurang realistis?" ejek Tirta."Jangan bertele-tele, katakan saja kamu mau atau nggak?" balas Irene dengan wajah tersipu dan mencoba bangkit dari tubuh Tirta.Tirta hanya jual mahal. Dia terkekeh-kekeh sambil memeluk Irene dengan erat, lalu bertanya, "Kak, kamu bisa mengajariku cara menyetir sambil bercinta denganku nggak?""Hah? Memangnya bisa? Kamu ini psikopat, ya?" Ekspresi Irene seketika menjadi aneh. Dia tidak sanggup membayangkan adegan semacam itu."Tentu saja bisa. Aku duduk di bawah, kamu duduk di atas. Kita cari tempat yang nggak ada orang," sahut Tirta yang mulai dipenuhi penantian. Belakangan ini, dia jadi suka bercinta di mobil.Meskipun ruang di mobil agak sempit, suasananya sangat romantis. Apalagi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 129

    Tirta sudah bisa membayangkan adegan selanjutnya. Dia akan mengemudi dengan baik nanti. Memegang kemudi dengan erat dan menginjak pedal gas sekuat tenaga sampai mesin panas dan berdengung!"Ka ... kamu mundur sedikit. Aku nggak berani duduk di atasnya," ujar Irene sambil mundur saat melihat celana Tirta yang menggembung."Apa perlu setakut ini? Tenanglah. Ayo, cepat naik." Tirta terkekeh-kekeh melihat tingkah Irene yang malu-malu begini.Irene tetap tidak berani. Akan tetapi, Tirta yang sudah tidak sabar langsung menariknya masuk dan mendekapkannya ke pelukan."Kalau takut, jangan dilihat. Kamu hanya perlu mengajariku cara menyetir. Sisanya serahkan saja kepadaku," ucap Tirta. Kemudian, pintu mobil ditutup.Tangan Tirta melewati pinggang Irene dan memegang kemudi dengan kuat. Irene berkata, "Baiklah. Tanganmu jangan bergerak, biar kupegang. Lihat gimana aku menginjak pedal gas. Sebelum mulai, kuajari dulu cara maju dan mundur."Sekujur tubuh Irene menjadi panas karena Tirta, napasnya j

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 130

    Mobil melaju dengan liar, sampai-sampai Tirta kesulitan mengendalikan kemudi. Irene segera menghentikan, "Tirta, ini mobil baru! Jangan begitu! Nanti rusak!"Jika Tirta tidak memeluknya dengan erat, Irene mungkin sudah terhempas. Tirta menyahut, "Nggak apa-apa. Mobil ini harus terbiasa dengan kecepatan seperti ini. Ajari aku lagi. Aku rasa aku sudah hampir bisa."Tirta tidak akan berhenti sebelum merasa puas. Irene terus membujuk, "Nggak boleh! Mobil baru nggak boleh dibawa seperti ini! Ayolah, pelankan gasnya!"Irene tidak menyangka Tirta akan segila ini. Semua mobil akan rusak jika dikemudikan Tirta dengan cara seperti ini."Tenang saja, Kak. Mobilnya akan terbiasa nanti. Kamu duduk baik-baik. Aku tahu apa yang harus kulakukan," sahut Tirta.Detik berikutnya, Irene yang mabuk mobil tidak kuat untuk bersuara lagi. Tirta menginjak lagi pedal gas dengan kuat. Alhasil, mesin mobil mati."Sepertinya mobil ini kurang kuat," gumam Tirta. Dia mencoba menginjak lagi, tetapi tidak ada reaksi a

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 131

    "Apa? Harganya miliaran? Astaga, mobil apa semahal ini? Cepat menyingkir, jangan sampai mobil orang kegores. Mau jual diri pun aku nggak akan bisa ganti rugi!"Mendengar harganya, Betari langsung menyingkir sejauh mungkin."Ya, jauh-jauh dari mobil itu! Sialan, sejak kapan jadi ada banyak sekali orang kaya di sini? Agatha juga dulu mengendarai mobil Maybach. Sekarang muncul satu lagi! Mobil siapa ini? Kenapa berhenti di depan pintu rumah kita?"Agus menelan ludah dengan gugup dan bergerak mundur beberapa langkah. Dia tidak beranggapan bahwa punya kerabat yang sanggup membeli mobil semahal ini.Pada saat ini, Tirta tiba-tiba membuka pintu mobil dan berjalan turun."Pak Agus, apa Kak Nabila ada di rumah?" tanya Tirta."Astaga, bukannya ini Tirta? Mobil ini milikmu?" teriak Agus dengan kaget. Kini penampilan Tirta telah berubah. Bisa dibilang, dia benar-benar keren sekarang. Saat berdiri di samping mobil mewah, Tirta terlihat seperti pria kaya. Betari juga terkejut saat mengenali Tirta. D

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1395

    Tirta baru menyadari bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah kesalahpahaman!Awalnya, dia berniat untuk mengejar Marila dan menjelaskan semuanya atau mungkin meminta bantuan untuk mencari bahan obat atau jarum perak, lalu benar-benar memberikan perawatan pembesaran dada seperti yang diminta.Namun, saat dia melihat Marila berbalik dan masuk ke ruangan lain, lalu menutup pintu, Tirta pun tidak mengejar lagi."Hais .... Memalukan sekali. Semoga Marila bisa melupakan kejadian ini. Kalau nggak, pasti akan canggung setiap kali kami bertemu." Setelah merasakan kemanisan tadi, Tirta kembali ke kamar tempat Susanti beristirahat untuk melihatnya.Tentu saja, Tirta sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, jadi dia merasa cukup tenang.Di sisi lain, saat Marila kembali ke kamarnya dengan penuh rasa malu, dia baru menyadari bahwa celananya ternyata sudah basah."Kapan ini terjadi? Kenapa aku nggak sadar? Gawat, Pak Tirta pasti menyadarinya! Gimana aku bisa menghadapi Pak Tirta sekarang ...." Marila

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1394

    Saat itu, hati Tirta dipenuhi kebingungan dan detak jantungnya juga tak terkendali. Meskipun dada Marila datar, dia tetaplah seorang wanita!Perut putih mulusnya datar, kulitnya sehalus giok, ekspresinya yang malu-malu tampak menggoda. Semuanya membuat hati Tirta bergetar tanpa bisa dikendalikan!"Pak Tirta, tentu saja maksudku ... maksudku ...." Melihat Tirta hanya bengong tanpa melakukan apa-apa, bahkan menatapnya dengan heran, wajah Marila semakin merah. Namun, dia benar-benar malu untuk mengatakan permintaannya secara langsung.Jadi, dia hanya melirik pelan ke arah dadanya, berharap Tirta bisa mengerti maksudnya."Bu Marila, kamu ingin aku bantu ... bantu ... apa ya?" Tirta salah paham dan cukup kaget. Pikirannya mulai liar. Bukannya Marila itu tipe yang kalem? Masa iya wanita ini memintanya memijat dadanya? Mungkin dia merasa kurang nyaman jika melakukannya sendiri?"Benar, Pak Tirta. Aku memang ingin kamu bantu aku .... Tolong segera dimulai ya ...." Melihat Tirta tampak ragu, Ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1393

    "Ada apa sih, Kak? Kok suaramu kayak lagi ngumpet-ngumpet gitu? Jangan-jangan Paman nggak dengarin nasihat Kakek lagi ya?" Suara ceria Shinta terdengar dari seberang telepon, dengan nada penuh rasa penasaran."Bukan soal Paman ...." Marila menahan rasa gugup dan malu dalam dirinya, lalu berbisik pelan, "Aku cuma mau tanya, waktu itu gimana caranya kamu buat Pak Tirta bantuin kamu besarin payudara?""Apa? Kakak bicara apa sih? Suaramu kecil banget, aku nggak dengar jelas ...." Shinta terdengar makin bingung.Wajah Marila pun langsung merah padam. Dia terpaksa mengulangi ucapannya dengan suara lebih keras, meskipun merasa malu. "Aku bilang, aku mau tanya, gimana caranya kamu bisa buat Pak Tirta bantu kamu besarin payudara ....""Hahaha! Wah, kamu ini ya! Aku benar-benar nggak nyangka! Waktu itu kamu marahin aku habis-habisan, sekarang kamu malah mau besarin juga!""Yah ... sebenarnya sih aku bisa saja kasih tahu, tapi kamu harus minta maaf dulu sama aku. Kalau suasana hatiku baik, aku bi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1392

    Ternyata setelah Shinta kembali ke ibu kota, Marila mulai menyadari ada yang aneh dengan perubahan di tubuh adiknya itu, khususnya di area payudara.Meskipun biasanya tertutupi pakaian dan tidak mudah terlihat oleh orang luar, Marila dan Shinta adalah kakak beradik. Tentu saja mereka kerap bersentuhan secara fisik.Suatu kali, Marila tanpa sengaja menyentuh tubuh Shinta dan terkejut mendapati payudara adiknya yang dulu rata telah berubah menjadi seperti buah pir besar!Karena itu, Marila curiga bahwa Shinta diam-diam melakukan operasi pembesaran payudara. Dia langsung memarahi sang adik habis-habisan.Shinta yang masih berjiwa muda dan sensitif, tentu tidak terima dituduh macam-macam tanpa alasan. Akhirnya, mereka bertengkar. Dalam perdebatan itu, Shinta keceplosan.Dari situ, Marila baru tahu bahwa Tirta memiliki kemampuan medis yang begitu ajaib! Melihat adiknya kini justru lebih "berisi" dibanding dirinya, Marila langsung merasa tertekan dan minder.Dia pun bertekad, kalau suatu har

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status