Share

Bab 130

Author: Hazel
last update Last Updated: 2024-07-05 20:35:17
Mobil melaju dengan liar, sampai-sampai Tirta kesulitan mengendalikan kemudi. Irene segera menghentikan, "Tirta, ini mobil baru! Jangan begitu! Nanti rusak!"

Jika Tirta tidak memeluknya dengan erat, Irene mungkin sudah terhempas. Tirta menyahut, "Nggak apa-apa. Mobil ini harus terbiasa dengan kecepatan seperti ini. Ajari aku lagi. Aku rasa aku sudah hampir bisa."

Tirta tidak akan berhenti sebelum merasa puas. Irene terus membujuk, "Nggak boleh! Mobil baru nggak boleh dibawa seperti ini! Ayolah, pelankan gasnya!"

Irene tidak menyangka Tirta akan segila ini. Semua mobil akan rusak jika dikemudikan Tirta dengan cara seperti ini.

"Tenang saja, Kak. Mobilnya akan terbiasa nanti. Kamu duduk baik-baik. Aku tahu apa yang harus kulakukan," sahut Tirta.

Detik berikutnya, Irene yang mabuk mobil tidak kuat untuk bersuara lagi. Tirta menginjak lagi pedal gas dengan kuat. Alhasil, mesin mobil mati.

"Sepertinya mobil ini kurang kuat," gumam Tirta. Dia mencoba menginjak lagi, tetapi tidak ada reaksi a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
slamethariyanto290683
cerita tiap Bab terlalu sedikit JD boross
goodnovel comment avatar
brahm manurung
cerita ngawur, tak ada logikanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 131

    "Apa? Harganya miliaran? Astaga, mobil apa semahal ini? Cepat menyingkir, jangan sampai mobil orang kegores. Mau jual diri pun aku nggak akan bisa ganti rugi!"Mendengar harganya, Betari langsung menyingkir sejauh mungkin."Ya, jauh-jauh dari mobil itu! Sialan, sejak kapan jadi ada banyak sekali orang kaya di sini? Agatha juga dulu mengendarai mobil Maybach. Sekarang muncul satu lagi! Mobil siapa ini? Kenapa berhenti di depan pintu rumah kita?"Agus menelan ludah dengan gugup dan bergerak mundur beberapa langkah. Dia tidak beranggapan bahwa punya kerabat yang sanggup membeli mobil semahal ini.Pada saat ini, Tirta tiba-tiba membuka pintu mobil dan berjalan turun."Pak Agus, apa Kak Nabila ada di rumah?" tanya Tirta."Astaga, bukannya ini Tirta? Mobil ini milikmu?" teriak Agus dengan kaget. Kini penampilan Tirta telah berubah. Bisa dibilang, dia benar-benar keren sekarang. Saat berdiri di samping mobil mewah, Tirta terlihat seperti pria kaya. Betari juga terkejut saat mengenali Tirta. D

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 132

    "Tirta, kenapa kamu jadi nggak tahu malu sekarang? Aku sudah kesakitan begini, kamu masih menyuruhku menggigitmu!" tolak Nabila seraya meringkukkan badannya."Kak, aku juga menderita!" balas Tirta."Jangan macam-macam, Tirta. Nanti orang tuaku pulang ... nggak baik kalau sampai terlihat mereka!" Nabila bahkan sudah kesulitan untuk berjalan. Dia tidak punya tenaga lagi untuk mendorong Tirta."Sudahlah, Kak. Aku nggak menggodamu lagi. Setelah selesai pijat nanti, aku akan pulang.""Kamu nggak makan dulu di sini?" tanya Nabila buru-buru. Kelihatan jelas dia tidak ingin Tirta pergi. Meski Tirta suka menindasnya, Nabila tetap merasa senang dan rela disiksa oleh Tirta. Tirta juga ingin bersenang-senang dengan Nabila, tetapi masih ada Melati dan Ayu yang menunggunya di rumah.Oleh karena itu, dia hanya mengecup Nabila dan berkata, "Aku nggak makan lagi. Hari sudah malam. Kalau kamu sudah bisa jalan besok, aku akan cari kamu lagi."Nabila juga tidak memaksa Tirta lagi begitu mengingat bahwa Ay

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 133

    "Bibimu di dalam rumah. Ada masalah apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Melati dengan penasaran."Nanti kamu akan tahu," balas Tirta.Akhir-akhir ini, Melati jadi semakin patuh pada Tirta. Dia selalu membiarkan Tirta menyentuh bagian mana pun yang dikehendakinya. "Kak, ayo kita masuk dulu," ajaknya.Setelah masuk ke rumah, Ayu sedang berbaring di ranjang dengan mengantuk. Di meja masih tersedia beberapa lauk yang masih hangat. Jelas sekali mereka belum makan karena menunggu Tirta pulang. Begitu mendengar ada pergerakan, Ayu langsung tersadar. "Tirta sudah pulang ya?"Melihat kekhawatiran Ayu, Tirta jadi merasa tidak nyaman. Dia bersenang-senang di luar sana, tapi malah tidak ingat Ayu sedang menunggunya di rumah."Ini aku, Bibi. Kamu lapar nggak? Kita makan dulu. Kebetulan ada sesuatu yang mau kusampaikan padamu." Tirta memapah Ayu untuk duduk di meja dan menyiapkan peralatan makan."Ada apa?" tanya Ayu dengan bingung."Itu ...." Tirta tidak tahu harus bagaimana menjelaskan agar Ayu bi

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 134

    Tirta tidak peduli dengan permohonan maaf Melati. Mana mungkin dia bisa berhenti di tengah jalan? Ini adalah proyek yang tidak boleh mangkrak!....Saat langit mulai terang, Melati baru bisa tertidur pulas. Tubuhnya sangat lelah, tetapi dia merasa sangat puas. Dibandingkan dengan Melati yang dulu, sekarang fisik Melati telah jauh lebih kuat dari sebelumnya. Hal ini juga membuat Tirta merasa terkejut.Tirta berbaring dengan puas di ranjang, lalu memejamkan matanya sejenak. Mobil mewah, wanita cantik, vila, semuanya akan terpenuhi sekarang! Bahkan hidup dewa saja tidak senyaman Tirta! Tirta merasa hidupnya semakin berwarna sekarang.Setelah dua jam lebih, Tirta dibangunkan oleh suara dering ponselnya. Begitu telepon itu diangkat, ternyata kontraktor yang dicarikan Irene semalam telah menunggu Tirta di alun-alun depan desa."Baik, mohon tunggu sebentar, aku segera ke sana!" Tirta menyuruh mereka untuk menunggu sebentar, lalu membangunkan Ayu dan Melati. "Bibi, Kak Melati, kita beres-beres

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 135

    Namun, kenyataan ada di depan mata. Mereka tidak bisa mengelak ataupun tidak percaya. Terutama Dina yang telah mentertawakan rumah Tirta sebelumnya, kini wajahnya tampak merah padam karena malu. Melihat begitu banyak orang yang datang untuk membangun vila demi Tirta, dia benar-benar merasa sangat terpukul! Wajah Boris juga memerah dan hatinya merasa sangat tidak nyaman."Ternyata orang-orang ini dipekerjakan Tirta!"Beberapa warga desa lainnya sontak berubah penilaian saat memandang Tirta. Semua orang menebak-nebak, dari mana Tirta bisa mendapatkan uang sebanyak ini untuk membangun vila? Bahkan di pedesaan sekalipun, setidaknya butuh miliaran untuk membangun vila."Itu ... kalian nggak salah orang? Bocah ini cuma buka klinik kecil, nggak mungkin dia punya uang untuk membangun vila!" ujar Dian yang merasa iri terhadap Farida."Ya, apa kalian tertipu bocah ini? Butuh bantuan untuk telepon polisi dan menangkapnya nggak?" tanya Boris yang juga ikut maju."Masih mau lapor polisi? Sepertinya

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 136

    Setiap ucapannya juga terdengar sangat menyanjung Tirta. Di saat mereka sedang mengobrol, timnya yang lain telah mulai bekerja untuk membongkar rumah. Rumah Tirta yang lama itu sama sekali tidak kokoh. Hanya belasan pekerja saja sudah sanggup menghancurkannya dengan mudah.Tirta melihat momen ini dengan tertegun. Dia tiba-tiba teringat dengan kenangan saat orang tuanya masih tinggal di rumah ini. Saat itu, hanya ada kebahagiaan dan tidak ada kekhawatiran apa pun. Sayangnya, dunia memang kejam. Semuanya telah berubah dalam sekejap mata. Di saat rumah tuanya roboh, hati Tirta terasa sangat hampa. Dia pun berbalik meninggalkan tempat itu."Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Kalau ada keperluan, Kakak telepon aku saja."Setelah kembali ke klinik, sudah ada beberapa pasien yang sedang menunggu untuk diobati Tirta. Begitu selesai memeriksa semua pasien, Tirta pun mencuci wajahnya. Pada saat itu, Agus dan Betari datang bersamaan untuk mengunjunginya.Mereka membawa berbagai hadiah seperti

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 137

    "Huhu .... Tirta, kamu benar-benar baik padaku ...." Nabila menangis sejadi-jadinya untuk melampiaskan semua kekesalannya."Itu ... Nabila, Ayah dan Ibu mengaku salah. Kamu jangan nangis lagi. Kalau cuma salah paham, kamu tinggal di sini saja untuk bantu Tirta. Ayah dan Ibu pulang dulu." Berta dan Agus merasa lebih tenang setelah melihat Tirta begitu memedulikan putri mereka.Meski dimarahi Tirta, mereka tetap tidak merasa kesal ataupun marah. Setelah melontarkan ucapan tersebut, kedua orang itu berbalik dan pergi meninggalkan klinik."Jangan nangis lagi, Kak Nabila. Kalau matamu bengkak, nanti jadi jelek." Tirta segera mengeluarkan sehelai tisu untuk menyeka air mata Nabila."Ya, aku nggak nangis lagi. Tirta, aku nggak boleh jelek. Kalau nggak, nanti kamu nggak suka aku lagi," ujar Nabila sambil mengusap air matanya dengan sedih."Bicara sembarangan apa kamu? Kalaupun jadi jelek, aku tetap akan menyukaimu," hibur Tirta. Setelah itu, dia mencarikan kursi untuk Nabila dan menyuruhnya du

    Last Updated : 2024-07-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 138

    Suaranya terdengar agak cemas, "Tirta, apa kamu punya waktu sekarang?""Ada. Apa masalah kemaluan Hadi hancur itu sudah ketahuan?" Tirta sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Agatha. Saat mendengar suaranya, Tirta jadi agak merindukan gadis itu. Jika dihitung-hitung waktunya, sepertinya batu yang disumpalkan ke kemaluan Hadi waktu itu sepertinya sudah membusuk sekarang. Namun, Tirta sangat yakin dengan kemampuan akupunkturnya. Hadi pasti tidak akan ingat apa yang telah terjadi sebelumnya."Ya, dia dilarikan ke rumah sakit oleh Baskoro. Baskoro sedang marah besar sekarang. Aku juga di rumah sakit, aku agak takut. Tirta, apa kamu bisa datang untuk menemaniku?" Suara Agatha terdengar gemetaran. Dia keluar diam-diam untuk menelepon Tirta di toilet.Sebagai Direktur Farmasi Santika, Baskoro sangat kaya dan berkuasa. Bisa dibilang, tidak ada seorang pun yang berani melawan atau membantahnya. Namun, kini putra satu-satunya tiba-tiba menjadi impoten. Bisa dibayangkan betapa besar amarahnya

    Last Updated : 2024-07-05

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 937

    Kemudian, Ayu kembali sibuk di dapur. Agatha keluar dari klinik, lalu bertanya kepada Tirta, "Tirta, Bibi Ayu bilang apa denganmu? Kenapa kalian kelihatan misterius?"Tirta menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa. Bibi Ayu tanya kenapa Kak Nia tiba-tiba tinggal di klinik.""Oh. Kamu cepat lihat dulu, nanti malam Kak Nia tidur di mana?" timpal Agatha. Dia menarik Tirta masuk ke klinik, lalu melanjutkan dengan ekspresi khawatir, "Selain itu, kita bertiga ... kita tidur di mana? Nggak ada tempat lagi."Nia yang berdiri di depan pintu klinik berujar dengan canggung, "Tirta, apa aku merepotkan kalian? Kalau nggak, aku tinggal di hotel saja."Tirta menepuk dadanya sambil menjamin, "Nggak usah, Kak Nia. Aku sudah atur semuanya. Klinik ini cukup untuk ditempati kita semua.""Kalau begitu, kamu lakukan akupunktur pada Kak Nia. Aku lihat Bibi Ayu butuh bantuan atau nggak," ucap Agatha. Selesai bicara, dia masuk ke dapur.Tirta menutup pintu klinik, lalu mengambil jarum dan berkata kepada Nia, "Ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 936

    Tirta memang kuat. Kalau tidak, dia juga tidak bisa mengancam Agatha. Melihat Agatha sudah setuju, Tirta langsung mengangguk dan berujar, "Kak Agatha, kamu tenang saja. Aku pasti akan membereskan Susanti dan nggak akan membuatmu merasa nggak nyaman."Agatha mendengus, lalu membalas sembari memelototi Tirta, "Cuma kali ini, ya. Ke depannya aku nggak mau melakukannya bersama Susanti."Agatha melepaskan dirinya dari pelukan Tirta, lalu berjalan ke mobil terlebih dahulu. Tirta yang merasa puas segera mengikuti Agatha kembali ke mobil.Nia bertanya, "Agatha, apa perutmu masih sakit?"Agatha berusaha tenang saat menjawab, "Nggak, Kak Nia. Setelah kita kembali, suruh Tirta lakukan akupunktur padamu untuk menyembuhkan sesak napasmu."Nia menyahut seraya mengangguk, "Oke."....Setengah jam kemudian, mereka kembali ke klinik. Kala ini, Ayu, Melati, dan Arum sedang sibuk di dapur. Ayu penasaran ketika melihat Nia juga turun dari mobil dan membawa banyak keperluan sehari-hari.Ayu menarik Tirta k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 935

    Tirta langsung berbicara terus terang. Sebelum dia melanjutkan perkataannya, Agatha mencebik dan berujar, "Tirta, kamu memang berengsek! Kamu nggak pernah tiduri aku di klinik. Kamu lebih suka tiduri Susanti atau aku?"Tirta menyahut, "Tentu saja aku lebih suka tiduri kamu. Dadamu lebih besar, bokongmu lebih montok, kakimu ramping, kulitmu mulus, sifatmu juga baik ...."Dalam situasi seperti ini, tentu saja Tirta tahu siapa yang lebih baik. Dia terus memuji Agatha.Agatha memutar bola matanya, tetapi dia tidak terlalu marah lagi. Agatha menyela, "Cukup, kamu itu munafik. Jelas-jelas punya Susanti hampir sama denganku, kamu terlalu berlebihan."Agatha bertanya, "Jadi, apa semua ini ada hubungannya dengan keinginanmu?"Tirta mengusap tangannya seraya menjawab, "Tentu saja ada. Bukannya malam ini Kak Agatha mau tinggal di klinik? Susanti juga pulang ke klinik, kalian ....""Tunggu!" sergah Agatha. Dia merasa ada yang tidak beres. Agatha menegaskan, "Malam ini aku nggak mau tinggal di klin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 934

    Tirta menegaskan, "Bu, sudah kubilang kamu nggak usah sungkan. Kebetulan aku ada di sini, jadi aku bisa menyelamatkan anakmu. Untuk urusan bisnis, semuanya tetap harus diperhitungkan dengan jelas. Kalau aku kurang bayar 1 miliar, takutnya kamu nggak dapat keuntungan. Kalau kamu nggak mau terima, aku nggak beli lagi."Bos toko bersikeras berkata, "Jangan begitu. Aku juga nggak marah biarpun kamu nggak beli. Aku cuma punya 1 anak, dia lebih berharga dari nyawaku. Kamu menyelamatkan anakku dan memesan begitu banyak bibit pohon buah dariku. Aku sangat berterima kasih padamu, mana mungkin aku membiarkan kamu menghabiskan begitu banyak uang?"Bos toko menambahkan, "Lagi pula, setelah kamu bayar 3 miliar, aku sudah bisa dapatkan keuntungan 1 miliar lebih. Aku nggak rugi."Tirta terpaksa menanyakan pendapat Agatha dan Nia, "Kak Agatha, Kak Nia, bagaimana menurut kalian?"Agatha bertatapan dengan Nia, lalu menyahut sembari tersenyum, "Tirta, bos mau berterima kasih padamu dan kita memang kekura

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 933

    Tirta berpikir sejenak, lalu tersenyum licik dan berucap, "Kalau kamu benar-benar merasa bersalah, kamu kabulkan satu keinginanku saja. Anggap sebagai kompensasi."Agatha segera mengangguk seraya menyahut, "Apa keinginanmu? Kamu bilang saja. Asalkan aku bisa melakukannya, aku pasti kabulkan keinginanmu."Tirta mengedipkan matanya, lalu menimpali, "Nanti kita baru bicarakan di mobil. Sekarang kita bicarakan masalah bibit pohon buah dengan bos toko dulu.""Oh. Kalau begitu, nanti kita baru bicarakan di mobil," balas Agatha. Dia merasa Tirta berniat jahat, tetapi dia tidak keberatan.Anak bos toko sudah tertidur setelah minum susu. Bos toko keluar dari kamar. Dia membawa sepiring buah yang sudah dicuci.Bos toko berujar, "Kalian sudah menunggu lama. Istirahat dulu dan makan buah.""Terima kasih, Bu," sahut Tirta. Dia tidak sungkan lagi dan langsung duduk di bangku. Tirta mengambil buah pir dan memakannya.Agatha dan Nia juga mengambil buah, lalu duduk di samping Tirta sambil memakan buahn

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 932

    "Aduh, maaf ... aku ...," ucap bos toko. Dia baru tersadar. Bos toko segera merapikan pakaiannya dengan ekspresi malu.Bos toko berniat mengambil tisu untuk menyeka punggung Tirta, tetapi dia mengkhawatirkan keselamatan anaknya. Dia merasa bersalah dan juga ragu. Bos toko berputar-putar di tempat.Agatha segera mengambil tisu di mobil, lalu berujar, "Tirta, biar aku yang menyeka punggungmu."Agatha merasa bersalah karena tadi dia salah paham kepada Tirta. Dia menyeka punggung Tirta.Tirta sedang sibuk menyelamatkan anak itu sehingga tidak menanggapi ucapan Agatha. Setelah ditepuk-tepuk Tirta beberapa saat, anak itu memuntahkan potongan buah. Kemudian, kondisinya perlahan menjadi normal kembali.Tirta baru mengembuskan napas lega. Dia menyerahkan anak itu kepada bos dan berpesan, "Bu, sekarang anakmu baik-baik saja. Dia masih terlalu kecil, nggak bisa konsumsi makanan yang terlalu keras. Ingat, ke depannya jangan beri dia makanan yang keras lagi supaya kejadian begini nggak terulang."B

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 931

    Dada wanita itu pun terlihat. Masalahnya, anak itu tetap menangis meski telah diberi susu. Sepertinya tidak tampak tanda-tanda tangisannya akan mereda.Tirta melihat anak itu. Dia baru menyadari ada yang tidak beres. Ternyata, ada potongan buah yang tersangkut di tenggorokan anak itu.Alhasil, anak itu kesulitan bernapas. Itulah sebabnya dia tidak berhenti menangis. Jika tidak segera ditangani, nyawa anak itu akan terancam.Saat Tirta hendak meminta bos toko untuk menyerahkan anaknya, tiba-tiba Agatha mencubit pinggangnya dan menegur, "Tirta, apa yang kamu lihat? Bos itu lagi menyusui anaknya! Cepat kembali ke mobil!"Agatha berbicara sambil mendorong Tirta ke mobil. Dia merasa Tirta makin keterlaluan. Bisa-bisanya dia diam-diam melihat wanita yang sedang menyusui anaknya!Tirta yang hendak keluar dari mobil buru-buru menjelaskan, "Bukan ... Kak Agatha, kamu salah paham. Aku nggak diam-diam melihat bos itu. Aku lagi lihat anaknya. Dia bukan lapar, tapi ada makanan yang tersangkut di te

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 930

    Tirta yang berdiri di luar kamar pas bergumam setelah mendengar percakapan Agatha dan Nia, "Aneh, apa setiap wanita yang dadanya kecil berharap dadanya membesar?"Tirta berpikir ukuran dada wanita sama pentingnya dengan ukuran alat kelamin pria. Tentu saja pria tidak ingin mempunyai alat kelamin yang kecil. Bahkan, Agus meminta resep kepada Tirta untuk memperbesar alat kelaminnya.Tirta membatin, 'Nanti waktu melakukan akupunktur pada Kak Nia, aku sekalian bantu Kak Nia perbesar ukuran dadanya.'Tak lama kemudian, Agatha dan Nia keluar dari kamar pas. Agatha menunjukkan pakaian dalam renda yang seksi kepada Tirta, lalu berujar sembari mengerjap, "Tirta, aku sudah selesai pilih. Ukurannya sudah pas, kamu langsung bayar. Malam ini aku nggak pulang lagi."Nia paham maksud Agatha. Dia langsung bergeser ke samping. Sementara itu, Tirta berdeham dan menyahut, "Oke. Aku bayar sekarang."Namun, Tirta merasa khawatir. Malam ini Susanti kembali ke klinik. Pasti akan terjadi keributan lagi. Nanti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 929

    Susanti melihat Harto dan lainnya dengan ekspresi dingin. Niko menyahut, "Oke, Bu Susanti!"Kemudian, Niko memerintah bawahan untuk menangkap Harto dan lainnya. Susanti menghampiri Agatha dan Nia, lalu bertanya, "Bu Agatha, Bu Nia, apa kalian disakiti?""Nggak. Tapi, kalau nggak ada Tirta, kami pasti celaka," sahut Agatha yang masih merasa takut.Susanti mengeluarkan pena dan catatan, lalu mencari tahu seluk-beluk kejadiannya. Dia berkata, "Yang penting kalian baik-baik saja. Aku butuh pengakuan kalian. Waktu mengurus kasus, aku butuh ...."Setelah selesai bertanya kepada Agatha dan Nia, Susanti berpamitan dengan Tirta dan buru-buru pergi. Sudah jelas Susanti makin sibuk sejak Mauri dipindahkan. Yang mengejutkan Tirta adalah kali ini Susanti dan Agatha tidak berdebat.Agatha melihat Susanti turun ke lantai bawah, lalu menghampiri Tirta dan merangkul lengannya sembari bertanya, "Tirta, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Tirta merangkul pinggang Agatha dan menjawab, "Lanjut beli paka

DMCA.com Protection Status