"Bibimu di dalam rumah. Ada masalah apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Melati dengan penasaran."Nanti kamu akan tahu," balas Tirta.Akhir-akhir ini, Melati jadi semakin patuh pada Tirta. Dia selalu membiarkan Tirta menyentuh bagian mana pun yang dikehendakinya. "Kak, ayo kita masuk dulu," ajaknya.Setelah masuk ke rumah, Ayu sedang berbaring di ranjang dengan mengantuk. Di meja masih tersedia beberapa lauk yang masih hangat. Jelas sekali mereka belum makan karena menunggu Tirta pulang. Begitu mendengar ada pergerakan, Ayu langsung tersadar. "Tirta sudah pulang ya?"Melihat kekhawatiran Ayu, Tirta jadi merasa tidak nyaman. Dia bersenang-senang di luar sana, tapi malah tidak ingat Ayu sedang menunggunya di rumah."Ini aku, Bibi. Kamu lapar nggak? Kita makan dulu. Kebetulan ada sesuatu yang mau kusampaikan padamu." Tirta memapah Ayu untuk duduk di meja dan menyiapkan peralatan makan."Ada apa?" tanya Ayu dengan bingung."Itu ...." Tirta tidak tahu harus bagaimana menjelaskan agar Ayu bi
Tirta tidak peduli dengan permohonan maaf Melati. Mana mungkin dia bisa berhenti di tengah jalan? Ini adalah proyek yang tidak boleh mangkrak!....Saat langit mulai terang, Melati baru bisa tertidur pulas. Tubuhnya sangat lelah, tetapi dia merasa sangat puas. Dibandingkan dengan Melati yang dulu, sekarang fisik Melati telah jauh lebih kuat dari sebelumnya. Hal ini juga membuat Tirta merasa terkejut.Tirta berbaring dengan puas di ranjang, lalu memejamkan matanya sejenak. Mobil mewah, wanita cantik, vila, semuanya akan terpenuhi sekarang! Bahkan hidup dewa saja tidak senyaman Tirta! Tirta merasa hidupnya semakin berwarna sekarang.Setelah dua jam lebih, Tirta dibangunkan oleh suara dering ponselnya. Begitu telepon itu diangkat, ternyata kontraktor yang dicarikan Irene semalam telah menunggu Tirta di alun-alun depan desa."Baik, mohon tunggu sebentar, aku segera ke sana!" Tirta menyuruh mereka untuk menunggu sebentar, lalu membangunkan Ayu dan Melati. "Bibi, Kak Melati, kita beres-beres
Namun, kenyataan ada di depan mata. Mereka tidak bisa mengelak ataupun tidak percaya. Terutama Dina yang telah mentertawakan rumah Tirta sebelumnya, kini wajahnya tampak merah padam karena malu. Melihat begitu banyak orang yang datang untuk membangun vila demi Tirta, dia benar-benar merasa sangat terpukul! Wajah Boris juga memerah dan hatinya merasa sangat tidak nyaman."Ternyata orang-orang ini dipekerjakan Tirta!"Beberapa warga desa lainnya sontak berubah penilaian saat memandang Tirta. Semua orang menebak-nebak, dari mana Tirta bisa mendapatkan uang sebanyak ini untuk membangun vila? Bahkan di pedesaan sekalipun, setidaknya butuh miliaran untuk membangun vila."Itu ... kalian nggak salah orang? Bocah ini cuma buka klinik kecil, nggak mungkin dia punya uang untuk membangun vila!" ujar Dian yang merasa iri terhadap Farida."Ya, apa kalian tertipu bocah ini? Butuh bantuan untuk telepon polisi dan menangkapnya nggak?" tanya Boris yang juga ikut maju."Masih mau lapor polisi? Sepertinya
Setiap ucapannya juga terdengar sangat menyanjung Tirta. Di saat mereka sedang mengobrol, timnya yang lain telah mulai bekerja untuk membongkar rumah. Rumah Tirta yang lama itu sama sekali tidak kokoh. Hanya belasan pekerja saja sudah sanggup menghancurkannya dengan mudah.Tirta melihat momen ini dengan tertegun. Dia tiba-tiba teringat dengan kenangan saat orang tuanya masih tinggal di rumah ini. Saat itu, hanya ada kebahagiaan dan tidak ada kekhawatiran apa pun. Sayangnya, dunia memang kejam. Semuanya telah berubah dalam sekejap mata. Di saat rumah tuanya roboh, hati Tirta terasa sangat hampa. Dia pun berbalik meninggalkan tempat itu."Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Kalau ada keperluan, Kakak telepon aku saja."Setelah kembali ke klinik, sudah ada beberapa pasien yang sedang menunggu untuk diobati Tirta. Begitu selesai memeriksa semua pasien, Tirta pun mencuci wajahnya. Pada saat itu, Agus dan Betari datang bersamaan untuk mengunjunginya.Mereka membawa berbagai hadiah seperti
"Huhu .... Tirta, kamu benar-benar baik padaku ...." Nabila menangis sejadi-jadinya untuk melampiaskan semua kekesalannya."Itu ... Nabila, Ayah dan Ibu mengaku salah. Kamu jangan nangis lagi. Kalau cuma salah paham, kamu tinggal di sini saja untuk bantu Tirta. Ayah dan Ibu pulang dulu." Berta dan Agus merasa lebih tenang setelah melihat Tirta begitu memedulikan putri mereka.Meski dimarahi Tirta, mereka tetap tidak merasa kesal ataupun marah. Setelah melontarkan ucapan tersebut, kedua orang itu berbalik dan pergi meninggalkan klinik."Jangan nangis lagi, Kak Nabila. Kalau matamu bengkak, nanti jadi jelek." Tirta segera mengeluarkan sehelai tisu untuk menyeka air mata Nabila."Ya, aku nggak nangis lagi. Tirta, aku nggak boleh jelek. Kalau nggak, nanti kamu nggak suka aku lagi," ujar Nabila sambil mengusap air matanya dengan sedih."Bicara sembarangan apa kamu? Kalaupun jadi jelek, aku tetap akan menyukaimu," hibur Tirta. Setelah itu, dia mencarikan kursi untuk Nabila dan menyuruhnya du
Suaranya terdengar agak cemas, "Tirta, apa kamu punya waktu sekarang?""Ada. Apa masalah kemaluan Hadi hancur itu sudah ketahuan?" Tirta sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Agatha. Saat mendengar suaranya, Tirta jadi agak merindukan gadis itu. Jika dihitung-hitung waktunya, sepertinya batu yang disumpalkan ke kemaluan Hadi waktu itu sepertinya sudah membusuk sekarang. Namun, Tirta sangat yakin dengan kemampuan akupunkturnya. Hadi pasti tidak akan ingat apa yang telah terjadi sebelumnya."Ya, dia dilarikan ke rumah sakit oleh Baskoro. Baskoro sedang marah besar sekarang. Aku juga di rumah sakit, aku agak takut. Tirta, apa kamu bisa datang untuk menemaniku?" Suara Agatha terdengar gemetaran. Dia keluar diam-diam untuk menelepon Tirta di toilet.Sebagai Direktur Farmasi Santika, Baskoro sangat kaya dan berkuasa. Bisa dibilang, tidak ada seorang pun yang berani melawan atau membantahnya. Namun, kini putra satu-satunya tiba-tiba menjadi impoten. Bisa dibayangkan betapa besar amarahnya
Agatha jelas sekali tidak ingat bahwa Hadi telah melupakan kejadian di desa waktu itu. Namun, Baskoro malah bisa mengetahuinya dan bahkan menginterogasi Agatha secara langsung. Jantung Agatha berdetak kencang karena mengira Baskoro telah mengetahui apa yang terjadi.Namun setelah dipikir-pikir, sepertinya tidak mungkin Baskoro mengetahuinya. Jika dia sudah tahu, pasti tidak perlu lagi menginterogasi Agatha. Mungkin Baskoro hanya mendengarnya dari orang lain. Agatha berusaha menenangkan diri agar tidak terlihat panik, lalu berkata, "Waktu itu aku sendirian ke desa. Hadi memang awalnya mau pergi bersamaku, tapi setelah menjawab sebuah telepon, dia langsung turun dari mobil. Aku juga nggak tahu apa yang terjadi.""Oh? Dia dapat telepon dari siapa? Di mana dia turun dari mobil dan jam berapa?" Baskoro memang tidak mengetahui kejadian sebenarnya. Dia hanya mendengar dari orang lain bahwa Hadi pergi ke desa bersama Agatha. Namun, ekspresi Agatha terlihat agak aneh tadi sehingga Baskoro mulai
Dokter paruh baya itu menepuk pundak Baskoro untuk menghiburnya. Baru saja dia selesai bicara, Hadi yang terbaring di ranjang pasien telah didorong keluar oleh para dokter. Mereka mau mengantarkannya ke kamar perawatan intensif untuk diobservasi lebih lanjut.Hadi yang mendengar perkataan dokter itu langsung menangis dan berteriak pada Baskoro, "Ayah, aku nggak mau jadi waria! Aku nggak mau hidup lagi, bunuh saja aku ....""Nak!" Baskoro langsung berlari menghampirinya dan memegang tangan Hadi dengan erat sambil bertanya, "Nak, beri tahu Ayah, apa kamu ingat siapa yang membuatmu sampai begini? Ayah akan balas dendam untukmu! Siapa pun yang membuatmu seperti ini, Ayah akan membuatnya menanggung akibatnya dan menghilangkannya dari muka bumi ini!"Agatha bergidik ngeri melihat ekspresi Baskoro saat berdiri di belakangnya."Ayah, aku juga sudah nggak ingat .... Aku cuma ingat pergi ke desa bersama Kakak, tapi aku nggak ingat lagi kejadian setelahnya .... Saat terbangun lagi, aku menyadari
Camila memang datang untuk pamer dan membandingkan dirinya dengan Bella. Setelah tahu bahwa Tirta hanyalah seorang pria kampung rendahan, bagaimana mungkin dia melewatkan kesempatan untuk mempermalukan Bella di depan umum?Bahkan, saat mengucapkan kata-kata itu, Camila sengaja meninggikan suaranya agar semua orang di aula bisa mendengarnya."Siapa wanita itu? Cantik, tapi mulutnya terlalu tajam!""Sepertinya dia anggota Keluarga Arshad dari Provinsi Dohe.""Dia berasal dari garis keturunan yang sama dengan ibu Bella, tapi kudengar hubungannya dengan Bella nggak baik.""Itu jelas sekali. Kalau nggak, mana mungkin dia langsung menyerang Bella dengan kata-kata seperti itu begitu masuk."Bisikan mulai terdengar di aula. Bahkan, banyak orang yang mulai mengaitkan peristiwa ini dengan spekulasi yang lebih dalam."Keluarga Arshad cuma mengirim satu anggota muda dan sikapnya seperti ini. Sepertinya, keluarga dari pihak ibu Bella juga nggak mendukung pernikahan ini.""Hehe, itu sudah jelas seka
Ayu berbalik dan melihat Bella yang memakai gaun putih. Riasan wajahnya sangat sempurna. Bella benar-benar cantik.Tubuh Bella langsing, tetapi dadanya berisi. Ayu sangat kagum melihat kecantikan Bella. Wanita biasa tidak bisa menandingi aura Bella yang menonjol.Melihat Bella yang berjalan menghampiri mereka, Tirta langsung berdiri dan berseru dengan mata berbinar-binar, "Bu Bella, akhirnya kamu datang! Hari ini ... kamu cantik sekali, seperti bidadari!"Bella memutar bola matanya, lalu memandang Tirta sembari membalas, "Benaran? Jadi, maksudmu sebelumnya aku nggak seperti bidadari?"Tirta langsung menggeleng dan menyahut, "Bukan begitu maksudku, Bu Bella. Kamu sangat cantik setiap hari. Bidadari pun kalah darimu."Bella tersenyum lebar seraya menimpali, "Dasar gombal! Jangan panggil aku 'Bu Bella' lagi. Panggil namaku saja."Ayu berkata dengan ekspresi bingung, "Ternyata kamu itu Bella. Astaga, kamu cantik sekali! Kenapa kamu bisa menyukai Tirta?"Bella tertawa, lalu duduk di samping
Sebenarnya, pebisnis properti itu sangat berharap Tirta bertunangan dengan Bella. Dengan begitu, Bella tidak bisa menikah dengan konglomerat ibu kota negara. Jadi, status Keluarga Purnomo di ibu kota provinsi tidak akan meningkat.Bahkan, Keluarga Purnomo akan menjadi bahan tertawaan para pebisnis di ibu kota provinsi. Bagi pebisnis properti yang berbicara tadi, ini adalah hal yang bagus.Pebisnis properti itu adalah Sofyan, ayah Diego. Dia adalah Kepala Keluarga Bazan. Mereka adalah keluarga terbesar kedua setelah Keluarga Purnomo di ibu kota provinsi.Tentu saja, Sofyan cukup berpengaruh. Setelah mendengar ucapannya, para pengagum Bella tidak bersuara lagi.Mereka langsung duduk dan menunggu Bella keluar untuk meminta penjelasan kepadanya. Beberapa dari mereka menatap Tirta dengan sinis. Salah satunya berujar, "Cepat kirim pesan kepada Diego dan beri tahu dia tentang pecundang ini ...."Sementara itu, Diego yang menaiki taksi untuk datang ke kediaman Keluarga Purnomo merasa gusar set
Para pengagum Bella lanjut menyindir Tirta."Orang kampungan ini nggak mungkin bisa menandingi mereka semua!""Bisa-bisanya Pak Darwan mengizinkan Bella yang begitu sempurna tunangan dengan orang seperti ini.""Sayang sekali kalau Bella tunangan dengan orang rendahan begini! Bukannya ini sama saja dengan mencelakai Bella?""Pak Darwan, sebenarnya apa kelebihan pria kampungan ini?"Jika Bella tunangan dengan konglomerat dari ibu kota negara, mereka bisa terima. Bagaimanapun, mereka tidak bisa menandingi konglomerat dari ibu kota negara.Namun, Tirta hanya seorang pecundang dari desa. Dibandingkan dengan pria kaya dari ibu kota provinsi, Tirta tidak ada apa-apanya. Atas dasar apa Tirta tunangan dengan Bella? Sangat disayangkan jika wanita sempurna seperti Bella dipasangkan dengan Tirta.Seorang pengagum Bella yang bernama Wirya maju. Dia adalah putra Keluarga Liman yang kaya raya di ibu kota provinsi. Wirya yang cemburu mengancam Tirta, "Hei, apa pun cara yang kamu gunakan untuk memperda
Setelah melontarkan sindiran, para tamu tertawa terbahak-bahak. Mereka menganggap Tirta yang berpenampilan biasa sebagai bahan lelucon. Kalau bukan Darwan yang membawa Tirta masuk, mungkin mereka sudah mengusir Tirta.Ayu berucap, "Tirta, kalau tahu banyak orang kaya menghadiri acara ini, seharusnya aku bawa kamu beli baju dulu sebelum datang. Kalau kamu berpakaian rapi, mereka pasti nggak akan mentertawakanmu."Meskipun Ayu merasa kesal dan ingin mengkritik para tamu, dia lebih khawatir Tirta bersedih. Tirta memang merasa tidak senang, tetapi dia tetap tersenyum kepada Ayu dan menanggapi, "Nggak apa-apa, Bibi. Biarkan mereka mentertawakanku. Bagaimanapun, aku dan Bu Bella tetap akan tunangan."Tirta menambahkan, "Selain itu, kita nggak melakukan kesalahan apa pun. Nggak usah pedulikan omongan mereka."Mendengar ucapan Tirta, Darwan makin mengaguminya. Kemudian, dia menyipitkan matanya dan menegur para tamu, "Ini acara penting, aku nggak mungkin menjadikan reputasi putriku sebagai baha
Bahkan, lampu di luar juga dihiasi dengan giok. Semua barang-barang ini menunjukkan kekayaan Keluarga Purnomo yang luar biasa.Kala ini, perasaan Ayu campur aduk. Awalnya, dia mendengar Tirta mengatakan Bella adalah putri konglomerat di ibu kota provinsi.Sebelumnya, Ayu tidak tahu jelas bagaimana kehidupan putri konglomerat. Dia hanya menganggap mereka mempunyai banyak uang.Setelah melihat vila Keluarga Purnomo dan Darwan yang berwibawa, Ayu baru tahu ternyata Keluarga Purnomo memiliki kekayaan yang luar biasa! Orang biasa tidak mungkin bisa mencapai posisi yang telah dicapai Keluarga Purnomo.Tirta adalah anak yatim piatu yang tidak mempunyai sokongan hebat. Dia benar-benar beruntung bisa disukai putri konglomerat seperti Bella dan bertunangan dengannya. Orang biasa tidak mungkin mendapatkan kesempatan seperti ini.Namun, Tirta malah mendapatkannya. Bahkan, Kepala Keluarga Purnomo juga bersikap sungkan kepada Tirta, bukan meremehkannya.Ayu memandangi Tirta sambil membatin, 'Tirta s
Saat Fakhri membawa Tirta dan Ayu masuk ke vila Keluarga Purnomo, seorang bawahan berlari ke aula yang paling luas dan mewah. Dia menghampiri Darwan yang sedang berbincang dengan para tokoh hebat.Bawahan itu melapor, "Pak Darwan, Pak Fakhri sudah membawa Pak Tirta dan Bu Ayu masuk. Apa kamu mau menyambut mereka?"Darwan mengangguk dan menimpali, "Mereka sudah sampai? Oke, aku ke sana sekarang."Darwan berkata kepada para tamu, "Maaf, aku harus pergi sebentar. Aku mau menyambut 2 tamu yang sangat penting. Aku akan segera kembali."Selesai bicara, Darwan merapikan pakaiannya. Dia membawa anggota Keluarga Purnomo untuk menyambut Tirta dan Ayu.Respons Darwan dan anggota Keluarga Purnomo membuat para tamu terkejut. Hal ini karena mereka tidak pernah melihat Darwan begitu menghormati seseorang. Jadi, para tamu langsung berkomentar begitu Darwan dan lainnya pergi."Apa kehebatan tunangan Bu Bella?""Bahkan, Kepala Keluarga Purnomo merendahkan dirinya untuk menyambut pria itu.""Aku nggak ta
"Bella nggak pantas rebutan denganmu," tegas Simon sambil menepuk tangan Camila. Dengan kemampuannya, Simon bisa melakukan hal ini dengan mudah."Terima kasih, Simon. Aku ini wanita yang paling bahagia di dunia karena bisa bersamamu," balas Camila dengan ekspresi gembira. Dia bersandar di bahu Simon.Camila membatin, 'Bella, sekarang Simon ini pacarku. Apa kamu bisa menandingiku? Nantinya kamu akan kupermalukan! Sudah saatnya aku membuat perhitungan atas penderitaan yang kualami selama ini.'....Setelah mobil Simon melaju pergi, Diego menghela napas dan bergumam, "Sialan! Ternyata dia itu cucu kandung Pak Yahsva, untung saja dia meremehkanku. Kalau nggak, aku bukan cuma celakai diri sendiri. Tapi, aku akan mencelakai Keluarga Bazan."Diego melanjutkan, "Ternyata wanita di samping Simon itu saudara sepupu Bella. Sepertinya dia mau membawa Simon untuk mempermalukan Bella. Kalau Simon bisa menakuti tunangan Bella, mungkin aku punya kesempatan untuk mengejar Bella. Aku harus segera pergi
Mendengar ucapan Simon, Diego sama sekali tidak takut. Dia malah menghina Simon, "Apa? Orang sepertimu mau melenyapkan Keluarga Bazan? Bahkan, Keluarga Purnomo yang paling berkuasa di ibu kota provinsi juga nggak berani bicara seperti itu!"Diego melanjutkan, "Kamu memang pandai membual! Kamu lagi mimpi, ya? Apa perlu aku bangunkan kamu?"Camila tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia langsung membeberkan identitas Simon. Camila berbicara dengan Diego dengan ekspresi sinis, "Orang kampungan, Simon itu cucu kandung sesepuh dalam dunia pemerintahan, Yahsva Unais! Dia itu penerus dan calon pemimpin Keluarga Unais!"Camila menambahkan, "Keluarga Bazan yang kamu banggakan itu nggak ada apa-apanya bagi Simon. Kalau kamu berani macam-macam lagi, Keluarga Bazan akan didepak dari ibu kota provinsi!""Apa? Dia itu cucu kandung Pak Yahsva? Nggak mungkin! Jangan kira kalian bisa takut-takuti aku!" timpal Diego.Diego menegaskan, "Aku nggak percaya dia itu Simon Unais! Pak Simon tinggal di ibu kota n