Fasahat menambahkan, "Jangan sampai omonganmu didengar pesilat kuno lain. Kalau Guru tahu, dia pasti akan menyalahkan kita. Ke depannya, jangan ungkit hal ini lagi!"Lior langsung tersenyum canggung dan mengakui kesalahannya, "Iya. Aku memang salah, Kak Fasahat. Ke depannya aku nggak akan bicara sembarangan lagi."Tirta mendengar percakapan mereka dengan jelas dan melihat mereka berjalan masuk ke rumah sakit. Tirta bergumam, "Turnamen bela diri ... mereka juga pesilat kuno dari dunia misterius. Sepertinya, turnamen bela diri yang mereka bicarakan diikuti oleh pesilat kuno dari dunia misterius.""Aku sudah berjanji kepada Genta untuk bantu dia cari 10 ribu pesilat kuno supaya bisa menyerap energi mereka. Mungkin ini kesempatan bagus. Aku harus cari cara untuk ikuti turnamen bela diri ini sekalian cari tahu keberadaan Bryan. Aku harus habisi dia," lanjut Tirta.Tirta sedang memikirkan cara untuk mendekati Fasahat dan Lior. Dia ingin mencari tahu alamat turnamen bela diri dan keberadaan B
Sebenarnya Tirta bukan pesilat kuno. Setelah mendapatkan ingatan Genta, dia sudah termasuk pemurni energi yang sebenarnya. Namun, Tirta tidak mungkin mengungkapkan hal ini.Jadi, Tirta hanya mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, terima kasih Kakek Omran."Sebelum datang, Tirta sudah meminta Bella untuk menyiapkan jarum. Dia pun mulai memeriksa luka Omran dengan teliti.Tirta menjelaskan, "Kakek Omran, lukamu cukup parah. Mungkin proses akupunkturnya akan sedikit sakit. Apalagi sekarang kamu sudah tua, aku khawatir kamu nggak tahan. Kalau nggak, aku pijat kamu dulu. Setelah kamu tidur, aku baru melakukan akupunktur padamu. Bagaimana?"Omran mengangguk, lalu menyahut, "Oke, nggak masalah. Nak, terserah kamu mau pakai cara apa untuk obati aku. Aku percaya padamu."Kemudian, Tirta mulai memijat bagian kepala Omran. Ditambah lagi, Tirta juga mengerahkan energi spiritual untuk menstimulasi otak Omran.Omran yang merasa sangat nyaman akhirnya tertidur. Bella yang antusias berkomentar, "Tirta
Qaila langsung meremehkan Tirta begitu datang dan sikapnya begitu kasar. Ayu yang biasanya tidak suka berdebat juga menegur Qaila, "Dokter, nggak ada hal yang mutlak. Masa kamu meragukan kemampuan medis Tirta cuma karena dia masih muda?"Ayu melanjutkan, "Tirta sudah menyembuhkan banyak orang di Desa Persik. Para penduduk desa bisa membuktikan kemampuan medis Tirta sangat hebat. Bahkan, aku juga bisa bersaksi. Dulu aku buta, tapi aku disembuhkan oleh terapi akupunktur Tirta."Ayu menambahkan, "Kamu biarkan Tirta obati Pak Omran saja. Lagi pula, Tirta juga nggak membuat Pak Omran nggak sadarkan diri. Tirta memijat Pak Omran hingga tertidur."Qaila tidak memercayai Ayu. Dia menegaskan, "Pokoknya nggak boleh! Kalian mau keluar, nggak? Kalau nggak, jangan salahkan aku suruh orang usir kalian!"Bella membalas dengan ketus, "Dokter Qaila ... kenapa kamu nggak memercayai Tirta? Sebelumnya Tirta yang obati aku waktu tulangku patah ...."Tirta menyela, "Bu Bella, tenang dulu. Biar aku yang bica
"Kamu ...," ucap Qaila. Dia sangat kesal melihat sikap Tirta yang tegas. Namun, Qaila memang tidak terlalu memahami ilmu pengobatan tradisional. Jadi, dia tidak berbicara lagi.Meskipun tidak memercayai Tirta, Qaila tetap tertarik dengan teknik akupunktur Tirta yang hebat. Dia merasa Tirta lebih mahir daripada dokter pengobatan tradisional terkenal yang pernah ditemuinya.Ucapan Qaila memang benar. Dengan kondisi Omran sekarang, menggunakan teknik akupunktur biasa tanpa bantuan obat-obatan tidak akan efektif.Namun, Tirta mengerahkan energi spiritual saat melakukan akupunktur untuk memulihkan luka Omran. Ditambah lagi, Tirta menggunakan ilmu medis pemurni energi dari ingatan yang diberikan Genta kepadanya. Jadi, Tirta bisa mengobati luka Omran dengan mudah tanpa bantuan obat-obatan.Belasan menit kemudian, Tirta sudah selesai melakukan akupunktur. Wajah Omran pun memerah. Detak jantungnya terdengar stabil.Tirta memeriksa luka Omran dengan mata tembus pandang. Saat ini, luka Omran suda
Qaila berusia sekitar 30 tahun. Kulitnya mulus dan tubuhnya berisi. Dia benar-benar menawan.Tirta melambaikan tangannya dan berucap, "Namaku Tirta. Itu cuma masalah sepele. Dokter Qaila, kamu nggak usah menganggapnya serius."Tirta melirik Qaila sekilas, lalu meneruskan, "Lagi pula, kita baru bisa yakin setelah melihat buktinya. Kamu nggak pernah melihatnya, jadi wajar saja kalau kamu nggak percaya. Dokter Qaila, jangan memberi hormat padaku lagi."Qaila makin merasa bersalah ketika melihat Tirta tidak peduli. Dia tetap memberi hormat kepada Tirta dan berujar, "Ucapanmu memang benar, tapi sebelumnya aku memang salah. Aku harus minta maaf padamu."Selesai bicara, Qaila baru bangkit dan meneruskan dengan ekspresi tulus, "Apa kamu tertarik untuk bergabung dengan kami di rumah sakit pusat? Sebenarnya ayahku itu direktur rumah sakit. Kalau kamu mau, aku akan minta ayahku untuk beri kamu gaji 2 miliar setahun."Qaila menambahkan, "Bukan cuma itu, aku akan membuat departemen khusus untuk pen
Melihat kejadian yang mendadak ini, Tirta menenangkan dirinya sebelum menarik Qaila dan berujar, "Dokter Qaila, sebenarnya apa yang terjadi? Kamu berdiri dulu. Ceritakan kepadaku, jangan panik."Tatapan semua orang di kamar tertuju pada Qaila. Omran juga tidak mengungkit tentang hadiah Tirta lagi setelah melihat Qaila datang. Dia tidak ingin orang lain tahu hal ini.Qaila yang sudah ditarik Tirta berlutut lagi. Dia menarik baju Tirta dan memohon, "Tirta, kalau kamu nggak mau selamatkan ayahku, aku nggak mau berdiri. Tolong ...."Tindakan Qaila membuat Bella mengernyit. Bagaimanapun, sekarang hubungan Bella dengan Tirta sangat dekat. Melihat Qaila menyentuh Tirta, Bella merasa tidak nyaman. Selain itu, Bella juga merasa Qaila seperti memaksa Tirta.Ayu yang baik hati menarik Qaila dan berkata, "Dokter Qaila, kamu berdiri dulu. Tirta mau selamatkan ayahmu, tapi kamu harus beri tahu kami apa yang terjadi. Bukannya ayahmu direktur rumah sakit? Kenapa kamu membutuhkan bantuan Tirta? Selain
Ayu yang khawatir bertanya, "Tirta, anak itu mengalami pendarahan. Tapi, nggak ada darah yang cocok. Apa kamu bisa selamatkan dia?""Seharusnya bisa. Aku juga nggak terlalu yakin. Kita lihat dulu kondisinya," sahut Tirta. Dia juga tidak pernah menghadapi kondisi seperti ini.Namun, Tirta sudah mendapatkan ingatan Genta yang di dalamnya terdapat banyak ilmu medis ajaib. Tirta berencana memeriksa kondisi anak perempuan itu dan mencoba untuk menyelamatkannya.Dari cerita Qaila, Tirta menebak seharusnya keluarga anak itu juga merupakan pesilat kuno dari dunia misterius. Kalau tidak, kemampuan mereka tidak mungkin begitu hebat.Sekarang Tirta sangat penasaran dengan pesilat dari dunia misterius. Tentu saja dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk berhubungan dengan mereka.Qaila sangat antusias sesudah melihat Tirta setuju membantunya. Dia memberi hormat pada Tirta lagi dan berucap, "Terima kasih, Tirta. Kalaupun kamu nggak berhasil menyelamatkan anak itu dan membantu ayahku, aku akan tet
Mendengar ucapan Tirta, amarah pria paruh baya itu langsung meledak. Dia membentak, "Apa? Hei, kamu cari mati, ya?"Setelah melepaskan Qaila, pria paruh baya itu mendengus dan melancarkan tinjuan dengan kekuatan yang dahsyat ke arah Tirta. Dia berseru, "Tapak Hujan Batu!"Qaila yang ketakutan berteriak, "Tirta, hati-hati!"Sebelumnya, Qaila melihat pria paruh baya itu menggunakan jurus ini untuk mengalahkan belasan satpam. Bella berujar dengan penuh keyakinan, "Dokter Qaila, kamu nggak usah khawatir. Dia nggak mampu melawan Tirta."Ayu yang cemas mendesak, "Dokter Qaila, cepat kemari. Nanti kamu terluka."Qaila sudah pernah melihat kehebatan pria paruh baya, jadi dia tidak berani memercayai ucapan Bella. Qaila menimpali, "Tapi, orang ini sangat hebat. Tirta ...."Sementara itu, Tirta yakin pria paruh baya adalah seorang pesilat kuno setelah melihat serangannya. Namun, Tirta tidak takut sedikit pun. Dia marah-marah, "Kamu cuma memikirkan untuk membunuh orang! Apa kamu menganggap nyawa o
Tirta menyeringai, lalu segera mengambil sepotong abalone yang sudah dikupas dan memberikannya kepada Ayu.Saat Ayu masih ragu-ragu apakah dia harus meniru cara Tirta menyedot jus abalone, Tirta sudah mengambil potongan lain dan memberikannya kepada Bella."Bella, kamu juga coba. Abalone ini bisa menyeimbangkan energi tubuh, mempercantik kulit, dan sangat baik untuk kesehatan. Makan yang banyak ya!""A ... aku coba sedikit dulu ...." Bella menatap abalone yang gemuk dan berair itu, wajahnya sontak memerah. Setelah mengumpulkan keberanian, dia meniru cara Tirta dan mendekatkan bibirnya ke celah tengah abalone dan mulai menyedot."Ya, begitu caranya, Bella! Sedot yang kuat. Kalau nggak, jusnya nggak akan habis! Aduh, jusnya terlalu banyak! Cepat, Bella, sedot lagi, jangan sampai terbuang sia-sia!" Tirta memberi arahan dengan penuh semangat. Entah kenapa, melihat Bella menyedot abalone dengan begitu serius, darahnya langsung bergejolak dan tenggorokannya terasa kering."Hmm ... rasanya be
"Jadi, ini yang disebut abalone? Kenapa orang-orang di dunia fana ini makan sesuatu yang aneh seperti ini? Aku nggak bisa memakannya. Lebih baik kita cari tempat lain saja."Elisa hanya melirik sebentar, lalu menampilkan ekspresi aneh dan menggeleng untuk menolak. Ini adalah pertama kalinya dia melihat makanan seperti abalone. Entah kenapa ... sama sekali tidak membangkitkan selera makannya."Meskipun terlihat aneh, abalone ini sebenarnya sangat lezat! Dagingnya lembut, kenyal, dan sangat berair. Kalau nggak percaya, coba satu! Aku nggak bohong!"Tirta sebenarnya sudah cukup lama merindukan rasa abalone, terutama yang pernah dimasak oleh Farida. Rasanya sangat lezat dan penuh dengan jus segar.Selain itu, dia ingin melihat ekspresi Bella, Ayu, dan Elisa saat makan abalone. Pasti sangat menarik!"Kalau Tirta ingin kamu mencobanya, kenapa nggak mencoba sedikit? Kalau kamu nggak suka, kita masih bisa pesan makanan lain." Melihat mulut Tirta yang hampir meneteskan air liur, Ayu pun ikut me
Bella belum menjawab pertanyaan Tirta. Namun, Elisa sudah lebih dulu menatapnya dengan heran dan mengungkapkan kebingungannya. Bella tersenyum lembut sambil menggandeng lengan Tirta, lalu menyahut, "Karena aku menyukainya. Dia telah menyelamatkan hidupku dan memberiku kesempatan kedua untuk hidup.""Kalau bukan karena Tirta, aku mungkin nggak bisa berdiri di sini dan berbicara dengan kalian. Selain itu, aku bisa merasakan Tirta tulus mencintaiku.""Selama kami saling mencintai, aku nggak peduli berapa banyak wanita yang pernah ada dalam hidupnya. Yang penting, sekarang dia hanya milikku.""Hehe, Bella, kamu benar-benar baik." Tirta tertawa canggung, merasa agak tidak enak hati.Namun, tiba-tiba Elisa melontarkan pertanyaan yang membuat Tirta sontak terdiam dan membeku di tempat, "Kalau begitu, apa kamu keberatan kalau dia masih punya banyak wanita sekarang?"Bahkan, Ayu yang berada di sampingnya langsung panik. Jantungnya berdebar kencang, seolah-olah sudah mau copot!'Gawat! Aku lupa
"Nggak kok! Saat kalian mandi, aku di kamarku. Mana mungkin aku melakukan hal yang lebih buruk dari binatang itu!"Jantung Tirta sontak berdetak kencang. Dia tidak berani menunjukkan ekspresi mencurigakan dan segera memasang wajah polos seolah-olah tidak bersalah.Padahal, kenyataannya dia telah diam-diam mengintip mereka mandi selama hampir satu jam. Dia bahkan bisa mengingat dengan jelas bagaimana bentuk tubuh Ayu dan Elisa!"Oh ya?" Ayu tampak tidak begitu percaya. Namun, dia ingat bahwa saat membuka pintu waktu itu, dia memang tidak melihat Tirta di dalam kamar."Bocah! Kalau kamu nggak mengintip kami mandi atau ganti baju, gimana kamu tahu aku memakai pakaian dalam kakakku?" Elisa bahkan lebih curiga, wajahnya langsung memerah karena malu dan marah. Begitu terpikir bahwa Tirta mungkin telah melihat seluruh tubuhnya tanpa sehelai benang, dia merasa ingin mati saja!"Tirta, sebenarnya apa yang terjadi? Jangan-jangan kamu benaran ...." Bella mengernyit, jelas sangat ingin mendengar j
Apa yang membuat Bella begitu memihak dan melindungi Tirta?"Permintaan kalian memang sederhana, tapi itu tergantung pada siapa orangnya. Tirta adalah tunanganku. Kalian nggak berhak menyuruhnya meminta maaf, ngerti?""Membuat kalian bangkrut itu hanya pelajaran kecil. Kalau kalian berdua masih terus mengganggu, aku nggak akan ragu untuk membuat kalian lenyap dari dunia ini!" Mendengar ini, wajah Bella tampak dingin dan matanya menyiratkan ancaman yang menusuk tulang."Apa?""Di ... dia tunangan Bu Bella? Dia yang membuat Gubernur dan para keluarga besar mengeluarkan 100 triliun, juga yang membuat tokoh besar minta maaf? Tirta?"Begitu mengetahui identitas Tirta dari mulut Bella, semua orang di tempat itu langsung terkejut. Mereka secara naluriah mundur beberapa langkah untuk menciptakan jarak. Itu adalah bentuk ketakutan dan kehormatan yang mereka tunjukkan kepada Tirta!"Ayah, kita harus segera pergi! Dia tunangan Nona Bella, kita nggak bisa menang melawannya ...." Doddy biasanya han
Salman datang ke mal untuk melakukan inspeksi seperti biasa. Tak disangka, begitu tiba, dia langsung mendengar kabar bahwa putranya telah dipukuli. Dia bergegas kemari untuk melihat apa yang terjadi.Di perjalanan, kebetulan dia bertemu dengan Bella yang sedang mencari Tirta. Seluruh bangunan mal ini adalah properti milik Keluarga Purnomo. Jadi, begitu ada masalah, Bella pun ikut datang untuk memeriksa keadaan.Begitu tiba di depan toko perhiasan emas, wajah Salman langsung memerah karena marah melihat keadaan mengenaskan Doddy! Jadi, meskipun melihat Bella cukup akrab dengan Tirta, dia tetap tidak peduli dan ingin menuntut pertanggungjawaban Tirta!"Pertanggungjawaban? Pertanggungjawaban seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Bella yang disela. Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi dingin. Dia menatap Salman dengan senyuman tipis penuh ejekan.Jika Tirta tidak menjelaskan apa yang terjadi, Bella pasti sudah murka sejak tadi. Dia dan Tirta memilih untuk tidak mempermasalahkan tindakan
"Bibi Elisa, biar aku saja yang menghajar sampah ini. Kamu nggak perlu turun tangan. Nanti tanganmu kotor kalau sampai menyentuhnya." Saat Elisa hendak maju untuk menghajar Doddy lagi, Tirta langsung melangkah lebih dulu. Dia berdiri tepat di depan Doddy."Ka ... kamu ... mau apa? Pergi! Aaahhhh!" Di bawah tatapan ketakutan Doddy, Tirta mengangkat kakinya dan menendang langsung ke selangkangan Doddy dengan marah.Terdengar suara retakan yang mengerikan. Bukan lagi suara sesuatu yang pecah, tetapi suara tulang yang remuk. Tulang panggul Doddy hancur dan terdorong masuk hampir 10 sentimeter!Kini, dia benar-benar bukan pria lagi. Namun, jika mau menjadi wanita, mungkin akan lebih mudah."Sepertinya tendangan Bibi Elisa tadi belum cukup untuk memberimu pelajaran. Dengan wajahmu itu, anjing pun nggak mau dekat-dekat sama kamu!""Masih berani menargetkan kedua bibiku? Rumahmu nggak punya cermin ya? Becermin dulu lain kali! Memangnya kamu pantas?"Sebelum Doddy bisa menjerit kesakitan, Tirta
"Gila .... Wanita ini kelihatannya cantik, tapi kejam banget!""Aku bahkan bisa mendengar suara sesuatu pecah tadi. Untung tadi aku nggak coba mendekatinya!""Cuma kejam nggak cukup. Yang dia pukul itu Doddy.""Ayahnya punya saham di semua toko emas lantai ini. Dia kaya dan punya pengaruh besar!""Aku ingat, sebulan yang lalu ada gadis cantik datang ke sini untuk beli emas. Dia menolak Doddy, lalu menamparnya sekali. Tapi, akhirnya Doddy tetap menodainya.""Sekarang wanita ini malah menyerang Doddy. Aku rasa mereka bertiga nggak bakal bisa keluar dari mal ini dengan selamat!"Jeritan Doddy segera menarik perhatian banyak orang untuk melihat keributan. Banyak dari mereka mengenali Doddy sehingga mulai merasa kasihan pada Ayu dan Elisa."Benar-benar sampah. Bibi Elisa, kamu melakukan hal yang benar!" Mendengar perbincangan itu, Tirta tetap tenang. Dia menatap Doddy dengan senyuman penuh ejekan."Yang menodai kehormatan wanita pantas mati!" Begitu mendengar tentang apa yang telah dilakuka
Saat berjalan melewati toko perhiasan emas, mata Elisa tertuju pada etalase yang dipenuhi dengan berbagai perhiasan emas yang berkilauan, dengan desain yang beragam dan memikat.Tanpa perlu isyarat dari Ayu, Tirta langsung maju dan berkata dengan santai, "Bibi, suka perhiasan yang mana? Pilih saja sesukamu, aku akan membelikannya untukmu.""Nggak perlu, perhiasan emas itu mahal ...." Elisa refleks menolak. "Aku cuma ingin lihat-lihat. Kalaupun mau, aku bisa membelinya sendiri."Di dunia misterius, perhiasan emas biasanya dianggap sebagai simbol cinta. Itu sebabnya, Elisa enggan menerima emas dari Tirta."Mana bisa begitu? Tirta saja yang belikan. Lagian, emas bukan barang mahal untuknya. Asalkan kamu suka, aku bisa suruh Tirta membeli seluruh lantai ini untukmu!"Ayu tentu tidak memahami hal itu. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa bertemu dengan adik kandungnya. Dia tentu ingin memberikan hadiah yang disukai adiknya."Benar, apa yang dikatakan Bi Ayu itu benar. Kalau kamu suka, aku