Mendengar ucapan Tirta, amarah pria paruh baya itu langsung meledak. Dia membentak, "Apa? Hei, kamu cari mati, ya?"Setelah melepaskan Qaila, pria paruh baya itu mendengus dan melancarkan tinjuan dengan kekuatan yang dahsyat ke arah Tirta. Dia berseru, "Tapak Hujan Batu!"Qaila yang ketakutan berteriak, "Tirta, hati-hati!"Sebelumnya, Qaila melihat pria paruh baya itu menggunakan jurus ini untuk mengalahkan belasan satpam. Bella berujar dengan penuh keyakinan, "Dokter Qaila, kamu nggak usah khawatir. Dia nggak mampu melawan Tirta."Ayu yang cemas mendesak, "Dokter Qaila, cepat kemari. Nanti kamu terluka."Qaila sudah pernah melihat kehebatan pria paruh baya, jadi dia tidak berani memercayai ucapan Bella. Qaila menimpali, "Tapi, orang ini sangat hebat. Tirta ...."Sementara itu, Tirta yakin pria paruh baya adalah seorang pesilat kuno setelah melihat serangannya. Namun, Tirta tidak takut sedikit pun. Dia marah-marah, "Kamu cuma memikirkan untuk membunuh orang! Apa kamu menganggap nyawa o
Chiko berdiri di samping dan tidak berbicara lagi. Pria tua itu menghampiri Tirta, lalu tersenyum dan memberi hormat. Dia berkata, "Kita berdua sama-sama pesilat, jadi kita nggak perlu bermusuhan cuma karena salah paham."Pria tua melanjutkan, "Namaku Yusril. Aku bersedia mewakili putraku, Chiko untuk meminta maaf kepadamu. Aku harap kamu bisa memakluminya. Apa aku boleh tahu siapa gurumu? Nanti aku pasti bawa putraku untuk mengunjunginya dan membawa hadiah."Tirta tahu Yusril berniat mencari tahu latar belakangnya. Sebenarnya Tirta tidak ingin memedulikan Yusril. Tiba-tiba, terdengar suara Genta. "Tirta, aku mau batu spiritual di lehernya. Cepat cari cara untuk dapatkan batu spiritual itu."Tirta baru melihat di bagian dada Yusril ada batu berbentuk oval yang berwarna putih. Batu itu diikat dengan tali merah dan memancarkan cahaya warna-warni. Itu pasti batu spiritual yang dimaksud Genta.Tirta berpikir sejenak, lalu mendengus dan berujar, "Aku nggak bisa bocorkan nama guruku. Aku jug
"Eee ... Dik, kamu yakin bisa menyelamatkan cucuku? Dokter-dokter di rumah sakit ini saja nggak bisa menyelamatkannya."Mendengar itu, Yusril dan Chiko sama-sama terkejut. Kemudian, mereka bertanya kepada Tirta dengan nada ragu. Terutama karena usia Tirta yang masih muda, jadi mereka sulit percaya."Aku juga nggak bisa menjamin. Kita hanya akan tahu setelah mencobanya. Kalau aku berhasil menyelamatkan gadis itu, aku ingin kalian menjawab satu pertanyaanku," sahut Tirta sesudah berpikir sejenak."Bukan masalah! Asalkan kamu bisa menyelamatkan putriku, jangankan menjawab pertanyaan, jadi budakmu pun aku rela." Chiko langsung mengepalkan tangannya dan berkata dengan penuh tekad kepada Tirta."Oh? Serius?" tanya Tirta.Dia memang berniat merekrut beberapa orang kuat untuk bekerja dengannya dalam mewaspadai Black Gloves. Setelah melihat Chiko, seorang ahli bela diri kuno yang juga sangat menyayangi putrinya, bukankah dia adalah orang yang tepat?"Tentu saja benar!" Chiko mengangguk dengan y
Sepertinya dia ditusuk oleh pisau tajam hingga tembus ke punggungnya. Dokter di rumah sakit sudah memberikan obat pembekuan darah agar pendarahan tidak terus berlanjut, tetapi Yasmin sudah kehilangan terlalu banyak darah saat dibawa kemari.Saat ini, wajahnya benar-benar pucat. Detak jantungnya nyaris tidak terdengar, tubuhnya mulai dingin dan kaku. Meskipun dalam kondisi sekarat, kecantikannya tetap tak tertutupi. Wajahnya mungil dan halus, sungguh gadis yang cantik.Tirta belum pernah melihat gadis seusianya yang secantik ini. Dia tampak seperti peri kecil yang lembut. Setelah dewasa nanti, pasti akan membuat banyak pria tergila-gila!Bahkan sekarang, Tirta yang sudah melihat begitu banyak wanita cantik tetap berdebar-debar melihatnya. "Gimana bisa pria seperti Chiko bisa punya anak perempuan secantik ini? Aneh sekali."Setelah ketakjubannya berlalu, Tirta segera menahan pikirannya yang kacau. Dia mulai mencari dalam ingatannya, mencoba menemukan cara untuk menyelamatkan gadis ini.S
"Tubuh Pesona Alami?" Ketika mendengar ucapan Genta, berbagai memori tentang Tubuh Pesona Alami muncul di benak Tirta.Seperti yang dikatakan Genta, wanita yang memiliki Tubuh Pesona Alami terlahir dengan daya tarik alami yang mampu menyihir para pria.Pada zaman kuno, demi menyenangkan hati seorang wanita, seorang raja menyalakan menara suar dan mempermainkan para penguasa.Melihat hal itu, si wanita merasa senang. Raja juga gembira dan berulang kali menggunakan sinyal suar untuk mengelabui para penguasa demi menyenangkan wanitanya.Pada akhirnya, para penguasa tidak lagi memercayai sang raja. Saat musuh benar-benar menyerang, sang raja kembali menyalakan menara suar, tetapi tidak ada yang menolongnya, yang menyebabkan kehancuran kerajaannya.Si wanita yang menyebabkan kehancuran negara itu, disebut dalam legenda sebagai seseorang yang memiliki Tubuh Pesona Alami.Jika tidak, dia tidak mungkin bisa membuat sang raja begitu tergila-gila padanya. Ini sama seperti keadaan Yasmin saat ini
Ketika Tirta bertarung dengan Chiko sebelumnya, dia sebenarnya masih menggunakan kekuatan spiritual yang tumbuh dari Mutiara Naga di dalam tubuhnya. Ini karena kekuatan asli Tirta masih belum cukup untuk menandingi Chiko.Tentu saja, Tirta ingin segera meningkatkan kekuatannya. Jadi, melakukan Teknik Pasangan dengan Yasmin adalah pilihan terbaik.Entah Chiko yang berada di luar ruang operasi akan marah besar setelah mengetahui pemikiran Tirta ini atau tidak."Dia sudah sadar. Meskipun kamu ingin berkultivasi dengannya, setidaknya biarkan dia sembuh dulu." Suara Genta kembali terdengar di benak Tirta.Mendengar ini, Tirta segera sadar dan memeriksa kondisi Yasmin. Wajahnya yang sebelumnya pucat kini mulai terlihat agak merona setelah Tirta memberinya darah, bahkan tanda-tanda vitalnya mulai normal."Ayah ... Kakek ... dadaku sakit sekali ...." Yasmin masih sangat lemah. Dengan susah payah, dia membuka matanya dan berbicara dengan lemas."Astaga! Dokter sudah memberinya obat pembeku dara
Sebenarnya itu hanya jarum perak biasa dan hanya lebih tebal daripada rambut manusia. Tirta berbicara seperti itu hanya untuk membuat Yasmin tersenyum dan tidak begitu mencemaskan cederanya lagi."Dokter, kamu pintar sekali bercanda .... Aku percaya kamu bisa menyelamatkanku ...." Yasmin tertawa mendengarnya. Wajah cantik itu menyunggingkan senyuman indah."Hehe, bagus kalau kamu percaya. Aku nggak membual soal ilmu medisku. Ilmu medisku memang hebat!"Kemampuan Tubuh Pesona Alami memang luar biasa. Saat melihat Yasmin tersenyum, hati Tirta langsung terasa hangat, seolah-olah berdiri di bawah sinar matahari saat musim dingin.Tirta menancapkan jarum secara akurat. Satu per satu jarum mengenai titik akupunktur di sekitar luka Yasmin. Pada saat yang sama, dia juga menyalurkan energi spiritual dalam tubuh melalui jarumnya.Energi spiritual ini bermanfaat untuk meredakan rasa sakit dan memulihkan cedera. Tentunya, selama proses ini, Tirta mau tak mau bersentuhan dengan payudara Yasmin. Sen
Saat memikirkannya, Tirta merasa sangat ingin mencoba."Kamu ini ... benaran nggak masuk akal! Ingat, kalau dalam tiga tahun kamu nggak bisa memenuhi syarat yang sudah kamu janjikan padaku, jangan salahkan aku kalau aku berubah sikap!"Suara Genta yang penuh amarah terdengar, lalu menghilang tanpa jejak. Sejak bangun, semakin Genta mengenal Tirta, semakin sulit baginya untuk menahan amarahnya. Ini sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya yang sebelumnya selalu tenang dan tak tergoyahkan.Mendengar itu, Tirta juga tidak bisa menahan kekesalannya. Dia bergumam dalam hati, 'Huh! Kamu bilang aku nggak punya tekad yang kuat, tapi kamu sendiri gampang marah. Apa itu bisa disebut bertekad kuat?''Kamu juga sama sepertiku. Memintaku memenuhi syarat yang begitu berat saja sudah keterlaluan, sekarang malah menambah batas waktu! Benar-benar keterlaluan!''Siapa yang bisa menyelesaikan semua tuntutanmu dalam waktu sesingkat itu? Ini namanya sengaja menyulitkan orang!''Tunggu saja, setelah a
Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr
Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam
Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s
"Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang
Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan
Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan
Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per
Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu