MasukSaat ini, Linda yang ditangkap sudah tersadar dari kesedihannya. Mendengar perkataan Wadley, Linda merasa tubuhnya sangat dingin.Dinilai dari perkataan Wadley, Pulau Wanita Suci pasti tidak seindah namanya. Seharusnya tempat itu adalah neraka bagi wanita. Pulau Wanita Suci adalah tempat Wadley melakukan transaksi kotor untuk mendapatkan dukungan tokoh penting dari berbagai negara.Linda berteriak dengan suara serak, "Jangan bawa aku ke Pulau Wanita Suci .... Aku nggak mau dipermainkan para pria! Cepat lepaskan aku!"Linda berusaha memberontak, bahkan dia ingin menabrakkan dirinya ke dinding agar bisa bebas. Namun, orang yang menangkap Linda sama sekali tidak memberi Linda kesempatan untuk kabur.Setelah Peter memberi perintah, Linda yang terus menangis dibawa keluar dari bandara. Dia langsung dimasukkan ke dalam mobil. Wuss! Mobil itu melaju dengan cepat dan menghilang dari depan pintu bandara.Melihat mobil itu menghilang, Peter yang menyayangkannya menelan ludah. Kemudian, dia meman
Nama pria itu adalah Wadley Randolph. Selain itu, ratusan tentara yang membawa senapan berdiri di samping Peter dan Wadley. Jadi, pintu bandara tidak bisa dilewati. Sekarang Linda tidak mungkin bisa kabur lagi.Melihat Linda yang tampak panik dan terkejut, Peter tertawa sinis dan berkata, "Yang Mulia, maafkan aku yang harus mengoreksi kesalahanmu. Pak Wadley bukan pengkhianat, dia itu pahlawan dan tokoh revolusi mulia yang berani mengungkap kejahatan presiden sebelumnya.""Justru karena Pak Wadley dan keluarganya, rahasia penting Negara Raigorou nggak dicuri negara lain. Demi keamanan Negara Raigorou, Pak Wadley bahkan rela mengorbankan keponakan sendiri untuk menjadi presiden. Padahal jabatan presiden sangat berbahaya," lanjut Peter.Peter mengingatkan, "Ke depannya kamu harus hati-hati waktu bicara dengan Pak Wadley. Kalau nggak, aku juga akan memberimu pelajaran biarpun Pak Wadley nggak marah."Peter bicara sambil menyanjung Wadley."Paman Peter, kamu ... menipuku?" tanya Linda. Air
"Oke, kita nggak bertindak dulu. Kamu lanjut istirahat saja," sahut Luvia sembari mengangguk. Dia memeluk kepala Tirta agar menempel di dadanya lebih erat.Tirta yang merasa puas mendesah dan berkomentar, "Kak Luvia, kamu wangi sekali."Tirta juga merangkul pinggang Luvia yang ramping. Alhasil, tubuh Luvia gemetaran. Dia terlihat sangat tegang. Luvia hanya bisa memandang ke luar jendela untuk menutupi kegugupan dan kegembiraannya saat ini.Sementara itu, salah satu pria paruh baya sudah diam-diam mengirimkan pesan kepada organisasi. Setelah selesai, dia mematikan ponselnya dengan tenang.Sebenarnya kedua pria paruh baya itu sedang diam-diam mengamati Tirta. Sepertinya mereka takut Tirta tahu.Namun, keduanya melihat Tirta sama sekali tidak mengangkat kepalanya. Dia hanya berbaring di pelukan Luvia.Kedua pria paruh baya pun merasa tenang. Salah satu dari mereka tertawa dan berbisik, "Belum tentu kali ini kita bisa menangkap Tirta. Tapi, asalkan kita berhasil mengirim pesan, kita sudah
Tirta membuka matanya dan bertanya dengan ekspresi bingung, "Apa?"Luvia menyahut, "Maksudku, Bibi Shazana baru tahu kamu ada di dalam gua karena aku. Selain itu, aku juga membuat kamu dimarahi. Bahkan semua kekasihmu juga marah padamu."Tirta menggeleng seraya tersenyum getir dan menanggapi, "Nggak apa-apa. Kak Luvia, kamu mengekspos keberadaanku demi menyelamatkan Linda. Aku sudah menebaknya."Luvia tidak pandai berkomunikasi. Melihat Tirta berinisiatif membicarakan hal itu, Luvia malah bingung bagaimana menanggapi ucapan Tirta. Dia mengatupkan bibirnya dan menggenggam tangan Tirta lebih erat.Tirta menggenggam tangan Luvia yang lembut dengan erat sembari meneruskan, "Kak Luvia, aku paham maksudmu. Kamu nggak usah menghiburku lagi, aku baik-baik saja."Kemudian, Tirta bersandar di pelukan Luvia dan menambahkan, "Biarkan aku berbaring di pelukanmu. Kondisiku akan jauh lebih baik setelah beristirahat sebentar."Banyak penumpang di pesawat terbang melihat kemesraan mereka.Wajah Luvia m
"Ha?" sahut Lilian yang tidak bisa menerima kenyataan ini. Ternyata Shazana dan lainnya tidak membenci Lilian.Seharusnya mereka tidak bersikap seperti ini kepada Lilian yang merupakan orang luar. Sebenarnya Tirta memakai cara apa untuk menaklukkan mereka semua?Selain itu, Lilian juga merasa malu. Dia menolak secara halus, "Kak Agatha, terima kasih atas niat baik kalian. Sebaiknya aku mandi di rumahku saja. Aku malu kalau merepotkan kalian."Agatha langsung menarik Lilian ke luar sembari membalas, "Aduh, kamu nggak usah merasa malu. Lagi pula, ini bukan salahmu. Kamu ikut kami saja. Nggak usah khawatir, kami nggak akan menyakitimu. Kalau nggak, Tirta pasti akan membuat perhitungan dengan kami setelah pulang.""Um ... oke," kata Lilian. Dia tidak bisa menolak ajakan mereka lagi, jadi dia terpaksa mengikuti mereka pergi. Lilian berpikir entah kapan Tirta bisa pulang untuk menyelesaikan tanggung jawab berat yang tertunda.Para kekasih Tirta yang lain mengikuti di belakang seraya berkomen
Wajah Shazana merah padam saking emosinya, bahkan dia mengumpat. Melihat Tirta masih belum menyingkirkan formasi atau berjalan keluar, Shazana langsung berucap kepada Luvia, "Luvia, di antara kami semua, cuma kamu yang bisa menerobos formasi. Tolong bantu kami."Luvia tidak langsung menolak permintaan Shazana, melainkan menyetujui sambil mengangguk. Kemudian, dia maju.Luvia berpura-pura menyeka keringat di dahinya yang seakan-akan keluar karena dia mengerahkan energinya.Luvia berujar, "Bibi Shazana, formasi ini sangat istimewa. Jadi, aku nggak bisa menerobosnya. Sekarang situasinya mendesak, sebaiknya kita jangan membuat perhitungan dengan Tirta dulu. Setelah menyelamatkan gadis itu, kita baru membuat perhitungan dengan Tirta."Shazana yang baru tersadar membalas, "Benar! Bisa-bisanya aku melupakan masalah itu!"Walaupun marah, sekarang Shazana juga menahan amarahnya dan berkata kepada Tirta, "Anak sialan, aku nggak pukul kamu lagi. Cepat keluar dan selamatkan orang bersama Luvia!"T







