Share

Bab 1071

Author: Hazel
Setelah memakai baju, Tirta mencium Bella dan memuji, "Bu Bella, kamu memang istri yang perhatian. Ke depannya aku pasti sangat bahagia kalau hidup bersamamu."

"Dasar gombal! Sudahlah, cepat gosok gigi dan cuci muka," balas Bella. Biarpun terlihat tidak peduli, sebenarnya dia sangat senang. Bella tersenyum lebar.

....

Setelah selesai mandi, Tirta dan Bella pergi ke kamar Ayu. Mereka mengajak Ayu sarapan. Bella baru tahu hari ini Darwan keluar untuk mengurus bisnis setelah melihat ponselnya. Hal ini membuat Bella lebih rileks.

Saat berjalan ke ruang makan, Bella bertanya kepada Ayu sambil tersenyum, "Bibi Ayu, apa semalam kamu bisa tidur nyenyak?"

Ayu yang merasa malu melirik Tirta sekilas dan menyahut dengan gugup, "Semalam aku bisa tidur dengan nyenyak. Bu Bella, terima kasih atas perhatianmu. Bagaimana dengan kamu dan Tirta? Dia nggak tindas kamu, 'kan?"

Selesai bicara, Ayu baru menyadari ucapannya kurang pantas. Wajah Bella memerah, tetapi dia ingin meminta bantuan Ayu untuk memberi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1072

    Melihat respons Camila, tentu saja Tirta bisa menebak apa yang terjadi. Dia melirik Simon dan bertanya, "Pak Simon, seharusnya kamu yang bantu dia tulis, 'kan?"Simon menjawab, "Tirta, memang aku yang tulis. Semalam aku lihat dia nggak kuat lagi, jadi aku bantu dia karena nggak tega. Bagaimanapun, aku juga menyinggungmu. Tentu saja aku harus bertanggung jawab. Makanya ...."Suara Simon makin kecil. Tirta tidak bermaksud menyalahkan Simon. Dia menghela napas dan berkata dengan tulus, "Pak Simon, kamu nggak usah jelaskan lagi. Aku tahu kamu suka dia."Tirta meneruskan, "Aku juga bisa memahami tindakanmu. Kalau aku jadi kamu, mungkin aku akan bertindak seperti kamu. Tapi, wanita ini benar-benar nggak cocok dijadikan istri. Aku sarankan Pak Simon pertimbangkan hubungan kalian lagi."Sebelum Simon menanggapi perkataan Tirta, Camila mendengus dan menegur, "Aku dan Simon saling mencintai. Kamu itu cuma orang luar, sebaiknya jangan ikut campur urusan kami."Kemudian, Camila menarik Simon berja

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1073

    Simon menambahkan, "Kamu boleh minta kompensasi apa pun. Aku pasti akan memenuhinya."Mendengar ucapan Simon, wajah Camila menjadi tegang. Dia langsung bersandar di pelukan Simon dan memelas, "Simon, kamu pasti bercanda, 'kan? Ini nggak lucu, jangan takut-takuti aku, ya?"Simon mendorong Camila dengan pelan dan menyahut, "Camila, aku nggak bercanda. Sampai sekarang kamu nggak tahu kesalahanmu. Kamu benar-benar menyedihkan."Simon meneruskan, "Kamu punya nomor teleponku. Setelah memikirkan kompensasi yang kamu inginkan, kamu bisa hubungi aku kapan saja. Jangan salahkan aku terlalu kejam, aku juga terpaksa. Kalau terus bersama, kita berdua harus menanggung konsekuensi yang berat."Selesai bicara, Simon tetap mengantar Camila masuk ke mobil meski merasa tidak rela. Dia berpesan kepada sopir, "Antar Camila pulang ke kediaman Keluarga Arshad. Nanti aku naik taksi ke bandara, aku mau langsung pulang ke ibu kota. Kamu nggak usah pedulikan aku.""Oke, Tuan Simon," sahut sopir. Kemudian, dia me

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1074

    Siapa sangka, Bella menyipitkan matanya sembari mengancam saat melihat ekspresi Tirta yang tidak beres, "Tirta, apa kamu mau pindah ke sini? Dengarkan baik-baik, kalau kamu berani menolak, aku hajar kamu!"Tirta merasa gugup. Dia belum menemukan alasan yang tepat untuk menolak Bella. Tirta berkata, "Aku ... tentu saja aku mau, tapi ...."Situasi sekarang cukup berbahaya bagi Tirta. Dia tidak boleh membocorkan dirinya mempunyai banyak kekasih.Bella mendekati Tirta dan mendesak, "Apa? Cepat bilang!"Tirta menyahut, "Tapi, sekarang kita belum menikah. Kalau aku langsung pindah ke kediaman Keluarga Purnomo, takutnya akan memengaruhi reputasi Bu Bella."Bella mencubit Tirta dan menegur, "Kamu nggak usah banyak alasan! Semalam kamu nggak bilang begitu! Lagi pula, kabar pertunangan kita sudah tersebar. Dengan status kita berdua, siapa berani komentar biarpun kamu pindah ke sini?"Tirta mencari alasan lain, dia menanggapi, "Aku ... Bu Bella, sebenarnya aku agak konservatif. Aku merasa seperti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1075

    Sebuah mobil Mercedes melaju di jalan tol. Camila yang duduk di kursi belakang tampak putus asa. Bahkan, dia tidak sadar ponselnya berdering.Saat ponselnya berdering ketiga kali, Camila baru menjawab panggilan telepon. Ibunya Camila bertanya, "Camila, kenapa kamu nggak jawab panggilan telepon dariku? Ibu mau tanya, bukannya kemarin Simon sudah beri tahu kakekmu untuk biarkan kamu yang memimpin Keluarga Arshad?"Ibunya Camila meneruskan, "Tapi, tadi aku baru mendapatkan kabar. Katanya Simon berubah pikiran lagi. Dia meminta Bella yang memimpin Keluarga Arshad. Apa kamu membuat Simon marah?"Ibunya Camila bernama Davina. Camila berucap sambil menangis, "Bu, aku sudah putus dengan Simon .... Dia mencampakkanku!"Davina yang terkejut menimpali, "Camila, kenapa ... Simon tiba-tiba putus denganmu? Sebenarnya apa yang terjadi? Jangan menangis, kamu ceritakan pada Ibu dulu. Biar Ibu bantu kamu pikirkan cara. Siapa tahu kamu bisa mendapatkan Simon kembali."Camila mengomel, "Bu, ini salah Kak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1076

    Setengah jam kemudian, Bella, Tirta, dan Ayu sampai di rumah sakit pusat ibu kota provinsi. Ini adalah rumah sakit terbaik di ibu kota provinsi. Setiap hari, banyak pasien yang datang berobat di rumah sakit ini.Sebelum masuk ke rumah sakit, Tirta tiba-tiba mendengar suara seorang pria yang aneh. "Kak Fasahat, menurutmu ucapan Bryan benar, nggak? Naushad itu sudah mencapai tingkat semi abadi dan termasuk master terkenal di dunia misterius. Mana mungkin dia dihabisi oleh pemuda dari dunia fana? Ini benar-benar konyol!"Tirta mengernyit dan menghentikan langkahnya. Dia diam-diam melihat ke arah pria yang berbicara tadi. Pria itu berusia sekitar 28 tahun. Tubuhnya kekar dan cara berjalannya sangat tenang.Tirta melihat dengan mata tembus pandang. Dia bisa merasakan pria itu menyimpan energi berwarna kuning di bagian perutnya.Seharusnya pria itu juga merupakan pesilat kuno yang berasal dari dunia misterius. Tirta merasakan kekuatan pria itu masih kalah dari Bryan.Pria berusia sekitar 30

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1077

    Fasahat menambahkan, "Jangan sampai omonganmu didengar pesilat kuno lain. Kalau Guru tahu, dia pasti akan menyalahkan kita. Ke depannya, jangan ungkit hal ini lagi!"Lior langsung tersenyum canggung dan mengakui kesalahannya, "Iya. Aku memang salah, Kak Fasahat. Ke depannya aku nggak akan bicara sembarangan lagi."Tirta mendengar percakapan mereka dengan jelas dan melihat mereka berjalan masuk ke rumah sakit. Tirta bergumam, "Turnamen bela diri ... mereka juga pesilat kuno dari dunia misterius. Sepertinya, turnamen bela diri yang mereka bicarakan diikuti oleh pesilat kuno dari dunia misterius.""Aku sudah berjanji kepada Genta untuk bantu dia cari 10 ribu pesilat kuno supaya bisa menyerap energi mereka. Mungkin ini kesempatan bagus. Aku harus cari cara untuk ikuti turnamen bela diri ini sekalian cari tahu keberadaan Bryan. Aku harus habisi dia," lanjut Tirta.Tirta sedang memikirkan cara untuk mendekati Fasahat dan Lior. Dia ingin mencari tahu alamat turnamen bela diri dan keberadaan B

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1078

    Sebenarnya Tirta bukan pesilat kuno. Setelah mendapatkan ingatan Genta, dia sudah termasuk pemurni energi yang sebenarnya. Namun, Tirta tidak mungkin mengungkapkan hal ini.Jadi, Tirta hanya mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, terima kasih Kakek Omran."Sebelum datang, Tirta sudah meminta Bella untuk menyiapkan jarum. Dia pun mulai memeriksa luka Omran dengan teliti.Tirta menjelaskan, "Kakek Omran, lukamu cukup parah. Mungkin proses akupunkturnya akan sedikit sakit. Apalagi sekarang kamu sudah tua, aku khawatir kamu nggak tahan. Kalau nggak, aku pijat kamu dulu. Setelah kamu tidur, aku baru melakukan akupunktur padamu. Bagaimana?"Omran mengangguk, lalu menyahut, "Oke, nggak masalah. Nak, terserah kamu mau pakai cara apa untuk obati aku. Aku percaya padamu."Kemudian, Tirta mulai memijat bagian kepala Omran. Ditambah lagi, Tirta juga mengerahkan energi spiritual untuk menstimulasi otak Omran.Omran yang merasa sangat nyaman akhirnya tertidur. Bella yang antusias berkomentar, "Tirta

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1079

    Qaila langsung meremehkan Tirta begitu datang dan sikapnya begitu kasar. Ayu yang biasanya tidak suka berdebat juga menegur Qaila, "Dokter, nggak ada hal yang mutlak. Masa kamu meragukan kemampuan medis Tirta cuma karena dia masih muda?"Ayu melanjutkan, "Tirta sudah menyembuhkan banyak orang di Desa Persik. Para penduduk desa bisa membuktikan kemampuan medis Tirta sangat hebat. Bahkan, aku juga bisa bersaksi. Dulu aku buta, tapi aku disembuhkan oleh terapi akupunktur Tirta."Ayu menambahkan, "Kamu biarkan Tirta obati Pak Omran saja. Lagi pula, Tirta juga nggak membuat Pak Omran nggak sadarkan diri. Tirta memijat Pak Omran hingga tertidur."Qaila tidak memercayai Ayu. Dia menegaskan, "Pokoknya nggak boleh! Kalian mau keluar, nggak? Kalau nggak, jangan salahkan aku suruh orang usir kalian!"Bella membalas dengan ketus, "Dokter Qaila ... kenapa kamu nggak memercayai Tirta? Sebelumnya Tirta yang obati aku waktu tulangku patah ...."Tirta menyela, "Bu Bella, tenang dulu. Biar aku yang bica

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1386

    Duar!Mendengar itu, Hafiz langsung merasa jantungnya seperti ditusuk, seakan-akan petir menyambar di siang bolong, menggema dalam benaknya. Bahkan, napasnya pun tertahan sejenak!'Petinggi ibu kota .... Aku bersusah payah selama seluruh hidupku, tapi hanya bisa menjadi bawahan kelas menengah di Provinsi Naru!''Apa aku punya kemampuan untuk menarik dukungan dari orang sehebat itu di ibu kota? Jangan-jangan bocah ini keturunan dari salah satu bos besar di sana?'Begitu pikiran itu muncul, wajah Hafiz menjadi semakin pucat, seolah-olah dadanya ditimpa sesuatu. Ketakutan dalam hatinya bahkan lebih dahsyat daripada rasa sakit dari jarinya yang remuk."Pak Tirta, Bu Susanti baik-baik saja, 'kan?" Saat itu, Marila bergegas menghampiri Tirta. Melihat Tirta tidak mengalami cedera, dia pun merasa lebih lega. Namun, begitu melihat ekspresi Susanti yang kacau, wajahnya menegang."Susanti nggak mengalami luka serius, tapi dia sangat syok. Tolong bantu aku carikan tempat yang tenang dan tak tergan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1385

    Ternyata Marila dan Idris membawa anggota kemari. Orang yang ikut Idris turun memegang senapan. Sebelum helikopter mendarat, orang itu sudah membidik Hafiz. Jadi, Hafiz tidak bisa kabur lagi.Hafiz terpaksa maju dan menyambut Idris sambil tersenyum, "Pak Idris ... kenapa kamu naik helikopter datang ke sini?"Hafiz tahu identitas dan latar belakang Idris. Bahkan, bisa dibilang alasan utama Hafiz ingin kabur belakangan ini adalah tindakan Idris untuk membasmi kejahatan sangat mengerikan.Sekarang Hafiz langsung menghadapi Idris. Dia hanya bisa berbohong untuk melewati pemeriksaan Idris.Idris merasa geram saat melihat Hafiz yang sangat jahat. Ekspresinya sangat muram. Dia mencibir, lalu menyahut, "Hafiz, menurutmu apa alasannya? Tentu saja aku datang karena kamu, orang jahat yang tersisa di Provinsi Naru!"Tentu saja Hafiz tidak ingin mengakui perbuatannya. Dia malah berlutut di tanah dan berpura-pura menangis sambil bicara, "Pak Idris, jangan bilang begitu. Itu cuma rumor, aku nggak per

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1384

    Melihat Hafiz kabur, para bawahan yang panik ingin membuang senjata mereka dan mengejar Hafiz. Mereka berkomentar."Bos ... kabur! Sialan!""Sialan! Biarkan saja. Setelah mendapatkan uang, kita juga bisa bersenang-senang di luar negeri!"Kemudian, seorang pria paruh baya yang cukup berpengaruh maju. Tampak bekas goresan pisau di wajahnya dan dia hanya mempunyai satu mata.Pria itu berteriak, "Teman-teman, nggak ada gunanya kalau cuma beberapa orang yang menembak! Kita tembak dia sama-sama! Nggak masalah kalau mati! Kalau masih hidup, kita lanjut minta uang!"Begitu pria tersebut bersuara, semua orang pun setuju. Mereka membidik Tirta. Terdengar suara tembakan beruntun bak suara petasan."Mantra Perisai Cahaya Emas!" seru Tirta. Dia sedikit gugup saat menghadapi situasi seperti ini.Tirta bukan takut pada peluru, tetapi dia takut Susanti terluka. Tirta segera membentuk segel tangan, lalu lapisan cahaya yang tak terlihat secara kasatmata melindungi Tirta dan Susanti. Semua peluru diadang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1383

    "Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status