Share

Cium Pipi Istrimu

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2025-03-14 15:11:05
Ralin tersenyum namun isi hatinya gelagapan.

“Tumben Bunda nginap disini?”

“Ayah lagi ada acara perusahaan sama Luis sekitar semingguan. Luzia lagi sibuk-sibuknya launching bisnis skincare-nya. Bunda bosan di rumah sendirian. Makanya Bunda izin nginap disini.”

‘Mati aku!’ Batin Ralin.

“Sekalian nemenin Levi biar kamu ada waktu lebih buat nemenin Lewis. Biar Levi cepat punya adik juga.”

Astaga!

Tidak hanya Ibu Ralin saja yang berharap agar Ralin segera hamil. Melainkan mertuanya juga berharap demikian.

Andai Lewis mencintai Ralin, sudah barang pasti ia sangat siap mengandung anak suami yang sangat ia cintai itu. Hanya saja, kembali lagi ke awal, bahwa ini hanya pernikahan penuh sandiwara.

“Oh ya, tadi Bunda iseng beliin Levi sepeda."

Kemudian Ibunda Lewis menatap Levi.

"Ayo, Lev, ikut Bunda ke depan. Ada sepeda baru.”

Belum sempat Ralin memberitahu Lewis perihal kedatangan Ibundanya, beliau sudah mengajak Ralin dan Levi ke teras.

Alhasil Levi begitu senang ketika melihat sepeda baru ber
Juniarth

:-0

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Geget Ilang Geget Ilang
blouesse,apa alasan mereka berdua? ya yang bisa masuk akal di pikiran lilyah
goodnovel comment avatar
Juniarth
hihi besok ya kak. insyAlloh
goodnovel comment avatar
Avary
Double up thor.. bulan penuh rahmat.. :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Mana Cincin Nikahmu?

    Ralin melirik ke arah Lewis yang hanya diam dengan pandangan tertunduk. Padahal ia membutuhkan bantuan untuk menangkis kecurigaan Ibundanya agar tidak semakin melebar. Tapi Lewis justru mendadak seperti tidak bisa mengatasi keadaan. Ada apa dengan pria ini?!"Ralin? Lewis? Kenapa kalian kompak diam? Apa Ralin beneran tidur di kamar tamu?" Tanya Ibunda Lewis menuntut. Mulut mereka berdua terasa kelu untuk menjawab. Lalu Ibunda Lewis melangkah ke dalam kamar dan memperhatikan dengan seksama barang-barang Ralin. Lalu tangannya bergerak mengambil satu pakaian Ralin yang tergantung di dalam lemari. Lebih tepatnya gaun pernikahan yang Ralin kenakan beberapa waktu yang lalu saat mereka menikah. Bukti nyata yang tidak bisa mereka berdua elak. "Ini gaun nikah Ralin. Dan itu artinya ... Ralin tidur di sini. Benar kan?!"Ingin sekali Ralin segera membantah pernyataan Ibunda Lewis. Namun, ia tidak berani melangkah sebelum mendapat persetujuan dari Lewis, sang sutradara sandiwara pernikahan in

    Last Updated : 2025-03-15
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Handuk Melingkar Di Pinggang

    "Kok kamu nggak nelfon aku kalau Bunda kesini?! Seenggaknya kamu bisa kirim pesan ke nomerku. Biar aku nggak kelabakan kayak tadi! Apalgi Bunda ngasih pertanyaan bertubi-tubi yang bikin panas dingin!" Lewis berucap dengan nada kesal. "Maaf, Den Mas. Sebenarnya aku tadi mau nelfon, tapi Levi nggak bisa ditinggal.""Nggak bisa ditinggal gimana?! Levi tuh apa-apa nurut sama kamu."Lewis terus mengonfrontir Ralin. "Iya, tapi tadi Levi terlalu asyik sama sepedanya. Dia nggak mau berhenti.""Kamu bisa alasan sama Bunda sebentar aja kan?! Bilang kalau kamu mau ke toilet. Lalu cepat-cepat hubungi aku! Masak gitu aja kamu nggak bisa nyari alasan?!"Kentara sekali jika kekesalan Lewis tidak main-main pada Ralin. Itu semua karena Lewis benar-benar mati kutu karena Ibundanya terus bertanya tentang kejanggalan rumah tangga mereka."Aku baru datang kerja, lelah, lalu dibombardir Bunda sama pertanyaan yang bikin aku makin bingung gimana jawabnya."Ralin menunduk sambil mendengarkan dengan seksama

    Last Updated : 2025-03-17
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Efek Ciuman

    Reflek Ralin segera berpaling dan Lewis kembali menutup pintu kamar mandi sebagian.Hari masih pagi tapi Ralin sudah melihat Lewis bertelanjang dada. Entah pipinya sekarang semerah apa. Setelah keterdiaman keduanya beberapa menit, akhirnya Lewis membuka suara."Aku ... mau ambil kemeja kerja, Lin."Kepala Ralin mengangguk dengan tetap membelakangi Lewis. "Silahkan, Den Mas."Kemudian terdengar langkah kaki cepat Lewis beradu dengan lantai dan suara kunci lemari dibuka. Lewis pasti akan berganti pakaian. Lalu Ralin menggunakan kesempatan itu untuk ... "Den Mas, aku ... pinjam kamar mandinya ya?""Iya."Dengan berjalan menyamping, Ralin menuju kamar mandi lalu menutup pintunya dengan cepat. Ralin menekan dadanya sendiri dengan menyandarkan punggungnya di pintu kamar mandi.Bukan main! Detak jantungnya seperti atlet sehabis mengikuti kejuaraan lomba lari. "Ya Tuhan ... " Desahnya lirih.Sambil teringat akan dada bidang Lewis yang begitu indah, kuat, dan gagah. Lalu Ralin tersenyum seor

    Last Updated : 2025-03-17
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Cinta Ini Tanpa Syarat

    Ralin tersenyum canggung ketika Ibunda Lewis bertanya perihal semalam. Mungkin yang beliau maksud adalah apakah dirinya dan Lewis melakukan hubungan layaknya suami istri. Tentu saja jawabannya adalah ... "Den Mas ... baik, Bunda."Jawaban yang bermakna ambigu dan sangat netral. Ralin tidak ingin membuat jawaban yang menimbulkan pertanyaan selanjutnya. Ibunda Lewis tersenyum sambil mengusap lengan Ralin. "Pelan-pelan, Lin. Semua pasti butuh proses. Bunda yakin kamu segera bebas dari trauma pernikahan itu dan rumah tangga kalian pasti akan baik-baik aja."Amin!Ralin mengucapkan kata itu berkali-kali di dalam hati. Tapi, entah apakah itu akan menjadi kenyataan atau hanya ilusi semata. Karena, mana mungkin seorang Den Mas Lewis Hartadi sudi mencintai wanita sederhana seperti Ralin?Mana mungkin bumi bisa memeluk bulan?******Cinta dan sayang Ralin untuk Levi itu tak terbatas meski hubungan mereka hanya sebetas anak dan ibu tiri. Ralin lah yang tidak mau melewatkan perannya sebagai s

    Last Updated : 2025-03-19
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Curahan Harta Tanpa Cinta

    "Den Ayu ada di kamarnya Den Levi bersama Nyonya Besar."Lewis langsung melangkah lebar menuju kamar Levi dan membuka pintunya pelan. Nampak mereka bertiga sedang asyik mengerjakan sesuatu bersama Levi.Kemudian Lewis membuka pintu lebar-lebar dan memasang senyum seolah-olah tidak terjadi masalah. Lalu ketiganya menoleh. "Baru pulang, Lew?" Tanya Ibundanya."Iya, Bun."Lewis kemudian mencium tangan Ibundanya kemudian mencium pipi. "Aku bawa Ralin ke kamar bentar ya, Bun? Bunda nggak apa-apa kan berdua sama Levi?"Ibundanya tersenyum sembari mengangguk."Bawa aja sana."Mendengar perkataan Lewis yang ambigu, Ralin merasa malu sendiri. Dia merasa sangat tersanjung dan ... penasaran. Ada hal apa sehingga Lewis mengajaknya ke kamar?Kemudian Lewis mencium rambut putranya dan mengambil tangan Ralin. Sungguh ini terasa sangat romantis sekali dan menimbulkan letupan kebahagiaan yang tak terkira di dalam hati Ralin.Andai! Andai ini terjadi tanpa ada sandiwara di dalamnya. Dengan menahan

    Last Updated : 2025-03-19
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Hanya Berbekal Selimut Tipis

    Ralin mengusap air matanya setelah keluar dari kamar Lewis. Sembari menetralkan emosi yang mendadak sangat bergejolak.Niat dan usaha terbaiknya selama menjaga serta merawat Levi tak memiliki nilai di mata Lewis. Hanya karena ia membela Levi terlalu heroik. Bukan! Bukan terlalu heroik. Melainkan terlalu geram. "Lho, Lin. Kok balik ke kamar Levi lagi?" Tanya Ibunda Lewis.Ralin kembali ke kamar Levi sesuai perintah sang tuan rumah. Lalu ia menggeleng sembari tersenyum. "Masih jam tujuh, Bun. Mana bisa tidur jam segini?""Ya nggak apa-apa. Siapa tahu Lewis pengen tidur cepat?" ucap Ibunda dengan menahan senyum. Ralin paham sekali apa maksud beliau yang sebenarnya. Tapi pada kenyataannya, ia kembali ke kamar Levi atas perintah putranya, bukan karena keinginan Ralin sendiri. Dan Ralin tunjukkan senyum bahagia palsu dihadapan beliau agar sandiwara pernikahan mereka tak terbongkar. Meski hatinya dilukai Lewis, tapi Ralin masih menjaga reputasi dan harga diri pria itu. Kurang apakah Ral

    Last Updated : 2025-03-21
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Kembali Ke Kamarku

    Ralin gelagapan ketika Ibunda Lewis menemukannya tidur di kamar Levi. Ia sama sekali tidak menyangka beliau datang sepagi ini."Kamu ada masalah sama Lewis, Lin?"Kepala Ralin menggeleng cepat."Nggak kok, Bun. Kita ... eh ... "Ibunda Lewis menatap Levi yang masih terlelap lalu menarik tangan Ralin. Membawanya keluar dari kamar Levi."Kalau kalian sebenarnya nggak ada masalah, kenapa kok tidur terpisah?! Heh?!" Tanya Ibunda Lewis dengan nada sedikit geram.Tangan Ralin masih digenggam erat sambil mengimbangi langkah beliau."Bunda nggak tenang kalau belum tanya Lewis juga."'Aduh! Matilah aku!' Batin Ralin.Ia hanya bisa berdoa agar Lewis bisa mengatasi kekacauan yang diperbuat pagi ini. Astaga, Ralin tidak bisa menggambarkan bagaimana wajah geram Lewis."Bunda? Ada apa?" Itu suara Luzia yang baru keluar dari kamarnya.Ibunda Lewis menghentikan langkahnya lalu menoleh."Ralin semalam tidur di kamar Levi. Bunda nggak habis pikir, mereka baru menikah tapi kenapa udah pisah ranjang?!"Lu

    Last Updated : 2025-03-22
  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Jangan Keluar Kamar

    "Bisa bicara bentar, Lin?" Tanya Lewis. Dia menunggu Ralin dengan menyandarkan punggungnya di tembok luar kamar Levi. Ralin yang baru menidurkan Levi pun mengangguk lalu menutup pintu kamar. Sebenarnya, dia sedikit canggung berhadapan dengan Lewis pasca dengan nyenyaknya dia tidur dalam dekapan pria itu. Ralin takut Lewis menganggapnya mengambil kesempatan dalam kesempitan. Atau yang lebih parah perasaannya pada Lewis terbongkar. Tidak! Tidak! Ralin tidak mau itu terjadi. Ralin berjalan dengan mengikuti langkah Lewis menuju ruang kerja. "Duduk, Lin." Lewis terlihat tenang dan santai pasca kejadian itu. Tapi tidak dengan Ralin yang takut ketahuan mencintai sang pewaris itu secara diam-diam. Kemudian Ralin duduk di salah satu single sofa empuk ruang kerja Lewis. Sedang sang tuan rumah duduk di seberangnya. "Bunda udah pulang," ucap Lewis mengawali pembicaraan. Ralin menatap Lewis sekilas lalu mengangguk. "Iya, Den Mas." "Jadi ... kamu bisa balik ke kamar

    Last Updated : 2025-03-23

Latest chapter

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Lagu Untuk Seorang Spesial

    Tangan David berada di pinggang Ralin dan baru melepasnya ketika mencapai pintu salon. Kemudian dia berjalan di sisi Ralin dengan begitu sopan layaknya bodyguard pada sang nyonya dan membuka pintu mobil Lewis. Aroma wangi dan sejuk keluar dari dalam kabin mobil mewahnya. Lewis sedang duduk dengan memangku Levi. Pria itu dan Levi memakai batik dengan corak dan warna senada. Rambut keduanya disisir sangat rapi. Dan itu cukup mencuri pandangan Ralin sekian detik namun ia segera mengalihkannya. Ia tidak akan membiarkan Lewis mengira dirinya masih menaruh cinta.Tidak! Kemudian David mempersilahkan Ralin menaiki mobil. Seakan-akan Ralin adalah nyonya dari tuannya. Lalu menutup pintu mobil dan ia berjalan memutar lalu menaiki kursi penumpang sebelah sopir. Ketika mobil mulai berjalan, Ralin hanya duduk dengan mata memandang keluar jendela. Dia tidak tertarik mengucapkan salam pada Levi atau Lewis. Dia benar-benar ingin menjaga jarak dengan keduanya. Namun, keadaan berubah ketika Lew

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   I Love You, My Heart

    Lewis berjalan lebih dulu kemudian diikuti Ralin. Sedang David berjalan di sisinya dan berbisik. "Semuanya akan baik-baik aja. Ingat, aku selalu ada di belakangmu, Lin."Ralin tersenyum dan mengangguk. "Thanks, Vid."Kemudian David kembali berbisik, "I love you."Blush!Ralin tersenyum dan salah tingkah dengan perbuatan David yang selalu manis dan di luar ekspektasinya. Lelaki itu nampak tegas, menakutkan, dan kurang bersahabat ketika mendampingi Lewis.Namun berubah tiga ratus enam puluh derajat jika bersama Ralin. David membukakan pintu untuk Ralin kemudian keduanya masuk ke dalam rumah. "Aku males ngadepin drama ini, Vid.""Aku nggak akan pulang sampai nganter kamu ke tempat yang baru."Kemudian Ralin menoleh, "Kamu yang cariin tempat itu?"Kepala David mengangguk, "Memangnya siapa lagi?""Kenapa kamu nggak bilang ke aku sebelumnya?""Karena aku tahu gimana kesalnya kamu kalau disuruh kembali kemari.""Lalu gimana caranya Den Mas tahu kalau aku pulang ke rumah orang tua?""Beliau

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Ketahuan!

    "Lewis bilang kalau dia kelepasan bicara karena emosi. Makanya dia nyusul kamu kemari karena mau minta maaf. Ya sudah, kalian bicara dulu aja. Masalah rumah tangga harus diselesaikan. Jangan berlarut-larut."Setelah Ayahnya pergi, di ruang tamu hanya menyisakan Ralin, Lewis, dan David. David duduk di sebelah Lewis dan terus memandang Ralin dengan sorot datar. Mulutnya diam tak berbicara sepatah kata pun. Namun tatapan matanya penuh makna menatap Ralin.Dia tahu jika saat ini Lewis lah yang paling berkuasa pada Ralin. "Vid, tolong tinggalkan kami." Perintah Lewis.Dengan patuh, David pun mengangguk. Meski hati dan kakinya seperti enggan meninggalkan keduanya. Ia hanya bisa menunggu di teras tanpa tahu apa yang akan Lewis katakan.Lalu Ralin menatap Lewis tanpa rasa takut karena tidak merasa bersalah. "Aku pikir kedatanganmu kemari ingin menyelesaikan kesepakatan pernikahan kita, Den Mas."Lewis hanya menatap Ralin lekat tanpa berbicara sepatah kata pun."Apa kita akan diam terus kaya

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Siap Dan Akan Menerimanya

    Lewis tidak berani menatap Ralin karena rahasia pernikahannya dengan Zaylin telah terbongkar. Padahal ia ingin menyembunyikan rahasia pernikahan itu sampai semuanya tepat untuk diutarakan. Namun Zaylin menyalahi kesepakatan. "Sekarang kamu udah tahu kan siapa aku?! Aku adalah Nyonya Lewis! Nyonya di rumah ini!" ucap Zaylin dengan bersedekap sombong. "Jadi, kamu jangan mbantah atau ngelawan ucapanku! Posisimu di rumah ini cuma baby sitter! Pengasuhnya Levi! Inget itu baik-baik!"Ralin kemudian mengangguk dengan hati terpatah-patah."Yang! Kita udah sepakat mau jaga rahasia ini, kan!?" Lewis mengingatkan. Padahal Lewis tidak mau Ralin terus dikonfrontasi tentang status pernikahan Lewis dan Zaylin."Kamu ngerasa nggak sih, Mas? Ralin tuh baby sitter yang nggak patuh sama majikannya. Sama kamu aja dia berani ngelawan kayak tadi. Gimana sama aku?""Kalau dia nggak dikasih tahu kita udah nikah, dia pasti jauh lebih berani! Udah bener aku kan kalau dia mending dipecat aja? Kamu malah ngga

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Sudah Menikah

    Begitu bel pintu apartemen berbunyi, Ralin langsung melepas celemek dan membukanya. "Hai, Vid.""Hai." David balas menyapa dengan wajah bingung.Setelah David masuk, Ralin segera menutup pintu lalu menuju dapur kembali. Waktunya menuangkan air panas ke dalam cappucino yang sedang ia buat. David memperhatikan meja makan mini yang sudah tersaji tiga jenis menu makanan yang menggugah selera beserta minumannya. Juga memperhatikan mimik wajah Ralin yang tidak terlihat sendu. Melainkan ada seulas senyum yang tersungging di bibirnya."Selesai. Kamu mau makan sekarang, Vid?"David justru menarik kursi dan menatap Ralin. Ia masih mengenakan kemeja kerja."Tumben kamu belum pulang, Lin? Ini hampir jam tujuh malam.""Kamu nggak suka aku di apartemenmu lebih lama?""Kalau bisa kamu di apartemenku aja setiap hari. Nggak usah pulang ke rumah Pak Lewis."Ralin tertawa lirih mendengar pengakuan David yang mirip sebuah rayuan gombal. "Oke, aku akan pulang sekarang."Ketika Ralin akan menuju sofa, D

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Lebih Baik Melepaskan

    "Masuk, Lin."Ralin datang dengan membawa beberapa camilan dan minuman ringan. Meletakkan kantong plastik itu di meja depan televisi. "Soft drink. Mau?"Kepala David mengangguk dengan terus menatap Ralin. Kemudian tangannya menangkap kaleng soft drink itu. "Tumben nggak berangkat kursus mendekati jam masuk, Lin?" Tanya David lalu meneguk minuman itu. "Di rumah sepi, Vid. Aku nggak punya teman ngobrol. Den Mas pergi liburan sama Zaylin dan Levi."Kepala David mengangguk membenarkan. "Sekarang, aku merasa kesepian gara-gara Levi nggak boleh sering-sering ketemu aku. Mending aku main ke apartemenmu aja."Ralin kemudian meneguk soft drink miliknya. "Apa kamu juga pengen liburan?"Kemudian Ralin menatap David. "Liburan kemana?""Dieng barangkali. Disana bagus."Belum pernah Ralin pergi ke tempat itu kemudian David menunjukkan pemandangan bagus Dieng melalui ponselnya. Seketika membuat Ralin berbinar namun senyumnya kembali pupus. "Aku kan ada jadwal kursus, Vid. Mana bisa?"Kemudian

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Satu Kamar Bersama

    "Masuk!"Kemudian Ralin menutup pintu ruang kerja dan berjalan mendekat. Lewis, pria itu sedang bersandar di meja kerja dan menatap Ralin tanpa keraguan. Begitu juga dengan Ralin, dia balas menatap Lewis seakan-akan tidak takut. "Kenapa kamu keluar dari kesepakatan?""Kesepakatan yang mana?"Lewis mendengus geli lalu berdiri di depan Ralin dengan wajah serius. Dan Ralin pun membalas tatapan mata tajam Lewis tanpa mundur satu langkah pun. "Jangan jadi kacang yang lupa sama kulitnya, Lin. Aku nyelametin hidupmu setelah diusir dan diperlakukan Emran dengan cara yang nggak baik. Aku kasih kamu tumpangan di rumah ini dan gaji yang lebih dari cukup setiap bulannya karena merawat dan mendidik Levi.""Terima kasih, Den Mas.""Tapi kenapa kamu lalai sama tugasmu? Kenapa kamu biarin Levi berubah nggak terkontrol?! Kenapa kamu biarin Zaylin kelimpungan sendiri ngurus Levi, heh?!"Jadi, Zaylin masih membiarkan Lewis tenggelam dalam kesalahpahamannya. Atau justru dia makin membuat Lewis salah pa

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Beliau Menunggu Di Ruang Kerja

    Levi menangis dan memporak-porandakan makanannya di atas meja makan. Dan Zaylin berada di sampingnya berusaha menenangkan namun Levi menolak sentuhan dari ibu kandungnya itu. Ketika Ralin tiba di ruang makan, sorot mata Lewis begitu tajam menatapnya. Pria itu tetap duduk di kursi makan yang biasa ia tempati tanpa berusaha membantu Zaylin menenangkan Levi. "Apa kamu mau tetap diam disitu dan jadi penonton setia?!"Mendengar sindiran Lewis, kemudian Ralin melangkah lebar menghampiri Levi.Bocah itu menangis dengan air mata meleleh di pipi dengan kedua tangan terulur. Ia ingin dipeluk dan didekap Ralin. Tanpa mengucapkan permisi pada Zaylin, tangan Ralin langsung menggapai Levi. Mengangkatnya untuk digendong lalu mengusap rambutnya. "Cup, sayang."Ceceran nasi dan lauk yang ada di atas piring Levi ada di atas meja dan lantai. Bahkan sebagian lagi ada yang mengotori seragam sekolah Levi yang berwarna putih.Entah apa yang terjadi sampai membuat Levi menangis. Lalu mata Ralin menatap me

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Kamu Butuh Aku

    Ralin beruntung menempati kamar baby sitter yang berada di belakang. Setidaknya, dia tidak bisa mendengar tangis Levi atau melihat gaya mendidik Zaylin yang menurutnya kurang sesuai. "Hah ... dia itu ibunya. Dia paling tahu apa yang terbaik buat Levi. Kenapa aku berani-beraninya menjudge Zaylin nggak becus?!"Untuk mengusir pikiran buruknya pada Zaylin, kemudian Ralin menuju dapur. Tiga asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan sarapan kemudian mengangguk hormat. "Selamat pagi, Den Ayu Ralin."Ralin langsung meletakkan telunjuk di depan mulut lalu mendekati mereka. "Jangan panggil aku Den Ayu. Panggil aja Ralin."Ketiganya saling tatap karena merasa sangat tidak sopan jika memanggil Ralin dengan nama saja. Sedangkan sudah jelas jika dialah Nyonya di rumah ini. "Apa ada yang bisa aku bantu?"Salah satu asisten yang sedang menata lauk kemudian menatap Ralin. "Den Ayu, kami masih memiliki sopan santun untuk tidak memanggil anda dengan begitu tidak sopan.""Panggil saja Bu Ralin. Ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status