Di depan pintu masuk Grup Sasongko, Wilson bersiap-siap untuk pulang kerja. Ponselnya tiba-tiba berdering.Menakutkannya, Darwin menghentikan langkah kakinya dan menatap Wilson lekat-lekat. Bosnya ini tidak melontarkan apa pun, seolah-olah menunggunya mengeluarkan ponsel untuk membaca pesan tersebut.Wilson mengeluarkan ponselnya dengan gugup. Ketika melihat pesan yang dikirim Paula, dia segera menyodorkan ponselnya kepada Darwin.Darwin tidak menerimanya, melainkan bertanya, "Dia mengirim pesan untukmu. Nggak pantas kalau aku melihatnya, 'kan?"Wilson menelan ludahnya dan membatin, 'Apa-apaan ini? Aku cuma seorang asisten. Aku nggak mau menjadi bagian dari permainan kalian!'"Mungkin saja Bu Paula salah mengirim pesan," sahut Wilson yang tersenyum canggung. Darwin pun tidak menanggapi dan hanya menatap Wilson dengan tatapan yang makin dingin. Wilson akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "Gimana, Pak? Apa aku harus menyelidikinya?""Kamu kira ucapanku cuma angin lalu? Sudah kubila
Begitu teringat dengan dirinya yang dipermalukan dan disiksa di ruang bawah tanah, serta bagaimana Richie menyiksanya tanpa ampun, Aurel sungguh ingin menghancurkan Paula hingga berkeping-keping."Itu akibat perbuatanmu sendiri, nggak ada hubungannya denganku," balas Paula. Ketika mendengar suara marah Aurel, Paula sebenarnya masih merasa takut. Hanya saja, akal sehatnya sudah mampu membiarkannya berhadapan dengan adiknya sekarang."Kenapa nggak ada hubungannya denganmu? Kalau bukan karena kamu, mana mungkin Keluarga Sasongko mengurungku di ruang bawah tanah? Mana mungkin mereka memusuhi Keluarga Ignasius, bahkan melarang Keluarga Antoro membantu kami?" seru Aurel yang histeris.Tidak ada yang tahu bagaimana Aurel bertahan selama satu hari ini. Richie memang sudah bosan dengannya sejak awal. Namun, Aurel mengesampingkan semua harga dirinya dan berusaha mati-matian untuk menyenangkannya. Dia membiarkan pria itu melecehkannya demi memenangkan hatinya kembali.Untungnya Aurel cukup mengen
"Pagi," sapa Paula dengan sopan."Sudah nggak pagi lagi, Tuan Putri. Lima menit lagi kamu bakal terlambat!" ucap Harry yang sengaja berekspresi meledek. Kemudian, asap motornya langsung diarahkan ke Paula.Paula mengentakkan kakinya dan memaki dengan kesal. "Harry, dasar bajingan!""Lalala," balas Harry dengan kekanak-kanakan.Tidak jauh dari sana, Darwin duduk di mobilnya dan memperhatikan adegan itu dengan saksama. Dia memegang semua data dan foto sejak Paula dan Richie mulai berpacaran.Ternyata Richie juga suka meledek Paula. Hampir semua foto yang diunggahnya di media sosial adalah ekspresi Paula yang kesal. Bahkan, ada beberapa foto wanita itu yang hampir menangis. Paula ternyata menyukai tipe pria yang muda, ceria, dan berenergi. Seumur hidup ini, Darwin tidak mungkin menjadi pria seperti itu."Pak, mau masuk nggak?" tanya Wilson.Darwin melemparkan semua dokumen itu ke samping, lalu menjawab, "Kita balik saja."Awalnya, Darwin ingin pergi ke perusahaan untuk melihat apakah Paul
"Hei, kamu marah? Aku cuma bercanda. Maaf, aku tebus kesalahanku, ya?" tanya Harry. Ketika melihat mata Paula yang memerah, dia langsung panik dan memberikan tisu.Paula menolak tisu Harry, lalu menjelaskan dengan serius, "Aku nggak suka candaan seperti itu. Tolong jangan lakukan lagi.""Oke." Harry mengangkat jari telunjuk dan mengetuk dahinya. Gerakannya sangat keren, tetapi tidak terasa tulus.Paula memandangnya dengan kesal, lalu pergi ke sudut yang sepi. Dia menatap layar ponselnya. Tidak ada pesan dari Darwin. Pria itu pasti sedang marah.Bagaimanapun, Paula pernah berjanji tidak akan berkencan dengan pria lain sebelum melahirkan. Setelah berpikir keras, Paula memutuskan untuk melakukan panggilan video lagi. Sayangnya, permintaannya langsung ditolak oleh Darwin.[ Jangan khawatir. Aku akan mematuhi kesepakatan kita. Aku nggak akan berkencan. ]Paula mengirim sebuah pesan, tetapi tidak ada tanggapan.Siang harinya, Harry datang dengan membawa camilan untuk meminta maaf kepadanya.
Paula tidak dikelilingi oleh orang-orang yang penasaran. Beberapa orang yang pulang lebih larut melihat ke arahnya dengan penasaran. Namun, mereka segera mengalihkan pandangan karena ditatap dingin oleh Darwin.Begitu sampai di kantor, Darwin langsung fokus dengan pekerjaannya. Dia hanya memberi tahu Paula, "Ruang istirahatnya ada di sana."Dengan mengikuti arah tunjuk Darwin, Paula mendapati sebuah pintu hitam. Hanya saja, diperlukan kata sandi untuk masuk ke dalam sana.Paula mendongak ke arahnya. Pria itu sepertinya sedang mengadakan konferensi video dan terlihat sangat serius. Sementara di luar, ada orang yang membawa berkas menuju kantornya.Paula langsung panik. Darwin memintanya masuk ke ruang istirahat mungkin karena tidak ingin terlalu banyak orang tahu tentang keberadaannya. Itu sebabnya, dia harus segera masuk. Hanya saja, apa kata sandi pintunya? Mungkin dia bisa mencoba tanggal ulang tahun Darwin.Paula pun memasukkan ulang tahun Darwin dan pintu segera terbuka. Ketika dia
Paula berdiri di depan Darwin dengan wajah memerah. Dia sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat pria itu.Hanya saja, Darwin memaksa dia untuk menjawab. Pria itu mendekatinya selangkah demi selangkah hingga mendesaknya ke sudut dinding. Kini, tidak ada tempat bagi Paula untuk mundur lagi. Dengan satu tangan menopang dinding, Darwin menahannya di sana. Pria itu menunduk dengan dingin dan mengulangi pertanyaan dengan tegas, "Hmm? Kamu menganggapku siapa?"Paula merasa seolah-olah jika dia berani menyebut nama orang lain, dia akan langsung dihabisi. Dia pun menjawab dengan suara pelan, "Tadi aku habis mimpi, jadi nggak sadar."Darwin malah mendengus dingin, lalu bertanya lagi, "Mimpi apa? Coba ceritakan."Wajah Paula makin memerah. Mungkin karena ruangan ini penuh dengan bau Darwin, dia pun bermimpi tentang sesuatu yang memalukan barusan. Pria dalam mimpinya memang tidak terlalu jelas, tetapi dia tahu bahwa itu adalah Darwin.Di dalam mimpi, mereka adalah pasangan suam
Paula mengangguk, "Aku mengerti."Sejak hari itu, keduanya seakan-akan benar-benar membatasi interaksi satu sama lain.Meskipun atas permintaan Terry, Darwin harus pulang setiap hari untuk makan malam bersama keluarga, mereka tidak lagi memiliki interaksi apa pun selain bertemu di meja makan. Bahkan saat makan malam bersama, tidak peduli seberapa kerasnya usaha Terry untuk memediasi, Darwin tidak pernah lagi mengucapkan sepatah kata pun kepada Paula.Secara perlahan, Paula juga meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak lagi memperhatikan Darwin. Hubungan yang tidak begitu dalam itu, kini telah diputuskan oleh keduanya."Nona Paula, penyelidikan menunjukkan bahwa ibu Anda memang mengidap penyakit kanker hati dan saat ini sedang dirawat di ICU." Wilson membawakan hasil laporan penyelidikan yang diperintahkan Paula sebelumnya.Suasana hati Paula sangat rumit. Dua hari belakangan ini dia menerima banyak sekali pesan dari Yuni sekeluarga. Semua orang mendesaknya untuk prig menjenguk Yuni untuk
Kamil dan Avan tampak panik, tapi kemudian langsung menenangkan diri dan menjawab, "Apanya yang mau buat pingsan? Kami nggak mengerti apa maksudmu! Kalau kamu takut kami memaksamu membayar biaya pengobatan, kamu bisa saja nggak usah datang lagi. Nggak usah fitnah kami seperti itu!""Fitnah atau bukan, aku tinggal suruh orang untuk memeriksa kandungan gelas itu saja." Paula menatap pengawal di sampingnya dan pengawal itu langsung memungut pecahan gelas di lantai. Wajah Kamil langsung tampak cemas dan terus melihat ke luar kamar.Apa yang sedang ditunggunya? Jangan-jangan, Aurel masih punya rencana lainnya? Paula merasa sangat tidak tenang, dia langsung berkata pada Kamil, "Aku akan datang lagi setelah hasil pemeriksaan keluar.""Nggak boleh, kamu nggak boleh pergi!" teriak Avan yang ingin menarik tangan Paula, tapi langsung disingkirkan oleh pengawal.Paula benar-benar frustrasi, mereka pasti telah merencanakan sesuatu sebelum memancing Paula datang ke sini."Ayo pergi." Paula membawa s