Preman itu bertanya dengan kaget, "Bom apanya? Pak Richie nggak suruh kami pasang bom?""Aku yang pasang. Kalau mau main, taruhannya harus lebih besar lagi," kata pria bertopi itu dengan tatapan kosong. Jelas sekali dia memang sudah ingin mati."Kamu gila ya? Bunuh orang bakal dipenjara!" bentak pria bertato yang mulai takut."Kalau kalian nggak berani, kalian bisa pergi sekarang." Pria bertopi memeluk kedua tangannya di depan dada. Dia tidak peduli apakah kedua preman itu akan pergi atau tidak. Namun Paula tahu bahwa pria itu sudah pasti tidak akan membiarkannya pergi. Sebab, pria itu duduk di posisi yang tepat untuk menghalangi Paula.Kedua preman lainnya sibuk mencari bom yang disembunyikan di gudang itu.Paula mematung di tempat selama beberapa menit, lalu mencari sebuah tempat yang terletak paling jauh dari mereka untuk duduk. Mereka telah memperhitungkan segalanya, tapi mungkin tidak akan menyangka bahwa Darwin adalah pewaris Grup Sasongko yang sangat sibuk setiap harinya. Mungki
Kalau orang itu adalah anggota Keluarga Sasongko lainnya, mereka mungkin masih bisa menghalanginya. Namun, yang pergi ke sana sekarang adalah Darwin. Bahkan Terry sekalipun juga belum tentu bisa menghentikannya.Saat Darwin tiba di pabrik buangan itu, Fuward kebetulan telah mengaktifkan bom waktu dan mengikatnya di tubuh Paula."Seleramu bagus juga, pacarmu bisa diandalkan. Nggak seperti ibuku, menikah sama bajingan dan akhirnya mati dipukul suami.""Ibumu juga pasti berharap kamu bisa hidup dengan baik," bujuk Paula dengan suara gemetaran."Nggak, sebelum meninggal dia bilang padaku bahwa penyesalan terbesarnya seumur hidup ini adalah melahirkanku. Saat ayahku memukulnya, dia langsung mendorongku ke depan untuk menghalanginya. Aku nggak dipukul sampai mati karena beruntung," jawab Fuward dengan tenang.Paula menghela napas dan berkata, "Kalau mereka nggak mencintaimu, kamu seharusnya lebih mencintai dirimu lagi.""Ada seseorang yang pernah mengatakan hal yang sama padaku, tapi tak lam
"Mau mati?" Melihat bekas goresan di leher Paula, tatapan Darwin langsung menjadi muram."Richie menyuruh mereka untuk menodaiku, jadi aku ...." Air mata kembali berderai di wajah Paula."Paula, apakah benar-benar nggak ada satu pun hal di dunia ini yang membuatmu ingin bertahan hidup?" tanya Darwin dengan serius tiba-tiba.Sambil menatap sorot mata Darwin yang dalam, Paula berkat tanpa sadar, "Dulu memang nggak ada.""Bagaimana dengan sekarang?" tanya Darwin sambil mendekatinya."Sekarang ...." Paula menundukkan kepala untuk menghindari tatapannya, lalu mengelus perutnya dan melanjutkan, "Ada anakku."Saat berada di ambang kematian tadi, Paula seakan-akan melihat tiga malaikat yang sedang tersenyum padanya. Kali ini, Paula benar-benar tidak bisa merelakan anaknya lagi."Baguslah," balas Darwin sambil mengelus rambutnya, lalu menggendongnya.Saat keluar dari tempat itu, Paula melihat beberapa petugas medis yang membawa Fuward ke mobil ambulans. Semoga setelah melewati kejadian kali ini
Di kafe.Baru beberapa bulan saja Paula tidak bertemu dengan Angga, tapi wajah Angga terlihat lebih tua 10 tahun dari sebelumnya. Uban-ubannya juga semakin banyak sekarang."Paula, aku melihatmu tumbuh dewasa sedari kecil. Aku tahu kamu ini anak yang baik dan aku juga nggak pernah percaya dengan ucapan Aurel. Richie yang mau membatalkan pernikahan itu. Dia memang berengsek, aku mewakilinya minta maaf padamu. Kumohon kamu berbaik hati dan maafkan dia untuk kali ini." Angga berdiri dari kursi dan menunduk kepada Paula.Paula buru-buru menghindar dan memapahnya. "Kakek Angga, jangan bilang begitu.""Keluarga Antoro hanya punya satu penerus. Meskipun dia itu memang berengsek, sebenarnya hatinya nggak seburuk itu. Dia cuma suka berbual. Semua kerabat Keluarga Antoro berharap dia gagal dan selalu menghasutnya untuk melakukan hal buruk. Kalau dia benar-benar dipenjara, aku juga sepertinya nggak bisa hidup sampai dia dibebaskan nanti. Hanya dalam waktu kurang dari setahun, Keluarga Antoro past
Di ruang rapat Grup Sasongko. Darwin duduk di di kursi utama dengan wajah muram. Semua petinggi yang hadir di sana hanya terdiam. Mereka takut Darwin akan marah jika mereka salah bicara. Semua orang melemparkan pandangan kepada asistennya untuk memohon bantuan. Namun, asistennya hanya melambaikan tangan menunjukkan bahwa dia juga tidak berdaya. Suasana hati Darwin memang sudah buruk sedari pagi."Maaf mengganggu. Pak Darwin, ada yang mencarimu," kata Willy yang tiba-tiba masuk setelah mengetuk pintu sambil melambaikan ponsel Darwin.Para petinggi lainnya langsung menghela napas sambil diam-diam menyeka keringat dingin."Pergi sana," perintah Darwin sambil meliriknya dengan dingin.Willy tersenyum dan berkata, "Masih nggak mau pulang? Ada yang menunggumu makan malam di rumah."Darwin langsung berdiri dan merebut ponselnya dari Willy. Setelah melihat pesan Paula, hatinya tampak mulai melunak."Proposalnya lumayan bagus, rapat dibubarkan." Seketika, suasana tegang di ruang rapat itu langs
Paula menggigit bibirnya dan tidak berani menatap Darwin. Di piringnya tiba-tiba bertambah sepotong ikan asam manis. Tiba-tiba Darwin berkata dengan nada menggodanya, "Kalau ingin tahu sesuatu, langsung tanyakan saja padaku."Paula semakin menundukkan kepalanya menatap piringnya. Tiba-tiba notifikasi ponselnya berdering lagi. Paula membuka pesan WhatsApp itu dengan hati-hati. Ternyata kali ini adalah pesan dari Darwin.Darwin mengirimkan fotonya saat berselancar di laut. Di bawah sinar matahari, Darwin tertawa dengan sangat ceria. Sejak mengenalnya sampai sekarang, Paula belum pernah melihatnya tertawa sebahagia itu. Di bawahnya, tubuh Darwin terlihat kekar tapi tidak berlebihan. Otot perutnya juga terlihat jelas. Di bawah celana renangnya ....Paula buru-buru menutup ponselnya. Entah apa yang dipikirkannya sejak tadi."Bisa berenang nggak?" tanya Darwin dengan nada sedikit bercanda. Paula meliriknya sekilas, tapi tidak sadar bahwa wajahnya kini merona merah dan kedua matanya tampak je
"Buka pintunya, biarkan aku melihatmu. Aku khawatir padamu." Darwin agak menyesal sekarang. Sedari awal Paula memang agak takut padanya, ditambah lagi setelah digoda Darwin sekarang, Paula jadi mengabaikan Darwin sepenuhnya.Setelah menunggu cukup lama di luar, Darwin tadinya ingin membuka pintu kamar dengan kunci cadangan. Namun ternyata Paula telah membukanya dari dalam duluan. Wajah Paula masih agak merona dan matanya juga masih berkaca-kaca, sepertinya dia baru saja menangis."Maafkan aku, ya?" tanya Darwin dengan satu tangannya yang menghalangi pintu. Dia takut Paula akan mengurung diri lagi di kamar. Melihat Paula hanya tertunduk dan diam, Darwin mendekatinya dan bertanya, "Ya?""Geli." Paula memegang telinganya dan berjalan mundur beberapa langkah.Darwin akhirnya berhasil masuk ke kamar itu. Saat melihat selimut yang kusut di ranjangnya, entah mengapa Darwin merasa agak senang."Ada hal penting yang mau kubicarakan padamu," ujar Paula dengan ekspresi tegas. "Kita bicara di luar
Setelah merasa pikirannya sudah mulai tenang, Darwin mengemudikan mobilnya untuk kembali ke perusahaan. Dia mencurahkan semua fokusnya dan menyibukkan diri dengan pekerjaan. Awalnya Darwin mengira dia bisa melupakan Paula dengan cara seperti ini, tapi wajah wanita itu malah terus-menerus timbul dalam benaknya."Pak, Bu Paula sudah mencabut gugatannya di kantor polisi," lapor asistennya dengan hati-hati.Emosi yang telah berusaha diredam oleh Darwin selama seharian ini, langsung meledak pada saat ini juga."Bu Paula juga menandatangani surat damai, lalu memasak beberapa hidangan untuk menjenguk Richie," lapor asistennya dengan suara yang semakin lirih. Ekspresi Darwin seketika menjadi semakin muram. Kebetulan pada saat ini, Terry meneleponnya."Aku sudah lepaskan cucu Keluarga Sasongko itu, kamu nggak usah ikut campur lagi. Waktu kamu jatuh ke kolam saat masih kecil dulu, Angga yang menolongmu. Kalau bukan karena dia, nyawamu sudah lama melayang. Kamu berutang nyawa padanya, jadi anggap
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang