Paula menatap Martin seraya bertanya, "Pak Martin, apa yang sebenarnya mau kamu lakukan?"Martin menjawab sambil tersenyum, "Aku cuma lagi bantu orang lain untuk mencari seseorang."Rhea tiba-tiba menyela, "Apa yang kalian bicarakan?"Ekspresi Martin tetap tenang. Hanya saja setiap kali dia melihat ke arah Rhea, sorot matanya terlihat lebih hidup. Pria itu menjawab, "Rhea, apa kamu tertarik dengan Nordea?"Charlie menggantikan Rhea untuk menjawab, "Dia nggak tertarik." Rhea memelototinya, tetapi tidak membantah.Tatapan Martin menunjukkan sedikit kekecewaan. Dia berujar, "Sayang sekali." Kalau saja Martin bisa membawanya pergi, itu akan lebih baik."Kenapa kamu aneh sekali hari ini?" tanya Rhea. Dia merasa bahwa tingkah Martin sangat aneh. Paula juga merasakan hal yang sama, seolah-olah Martin sedang menunggu momen yang tepat untuk melakukan sesuatu yang besar.Rekaman percakapan yang tadi diberikan padanya, seolah-olah adalah persiapan untuk sesuatu yang akan datang. Apakah dia ingin
Paula ingin bertanya kepada Martin, apa yang sebenarnya ingin dilakukannya? Namun, sebelum sempat bersuara, mobil mereka tiba-tiba ditabrak dari belakang."Awas!" Martin sontak melemparkan diri ke arah Paula untuk melindunginya. Paula pun mendengar suara benturan beberapa kali. Seharusnya terjadi tabrakan beruntun.Martin memeluk Paula dengan erat. Tubuhnya terpelanting dan kepalanya berdarah, tetapi dia tidak berniat melepaskannya.Tristan juga langsung membungkuk supaya Paula aman. Di bawah perlindungan kedua pria ini, Paula pun tidak terluka sedikit pun.Setelah semuanya tenang, Martin langsung menggendong Paula turun dan membawanya ke tempat yang aman."Rhea, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Paula yang tidak sempat mencurigai Martin lagi. Dia fokus mengamati Rhea yang turun dari mobil setelahnya. Lengan Rhea lebam karena terbentur."Aku baik-baik saja. Gimana denganmu?" sahut Rhea yang menatap perut Paula. Paula menggeleng. Kemudian, mereka sama-sama memandang ke arah TKP."Di sin
"Naiklah." Rhea akhirnya membuka pintu mobil dan menyuruh mereka masuk. Untung, dokter mereka membawa obat dan kotak P3K sehingga bisa mengobati luka mereka secara sederhana. Namun, wanita hamil itu harus segera diantar ke rumah sakit karena cederanya cukup parah.Charlie merasa ragu dengan keputusan ini. Dia khawatir orang-orang ini diatur oleh musuh. Ketika melihat Charlie tidak memberi perintah dan sopir tidak berani menjalankan mobil, Rhea mulai kesal. Jika terus menunda, nyawa wanita hamil ini bisa berada dalam bahaya."Paula, kamu juga masuk mobil," ujar Charlie.Saat ini, korban lainnya telah tiba di samping mobil. Mereka juga memohon supaya Charlie bersedia membawa mereka ke rumah sakit. Seketika, mobil menjadi dipenuhi penumpang.Charlie tidak punya pilihan. Dia terpaksa menyuruh Paula, Rhea, dan para pengawal turun. Dia akan mengawal mobil ini sendiri. Namun, sebelum mobil jalan, beberapa preman tiba-tiba mengadang mereka."Siapa suruh kalian membawa korban pergi? Kalian bera
Rumah sakit berada di jalur ini. Jika jalan diblokir, bukankah berarti para korban hanya akan mati?Setibanya di TKP, Paula dan lainnya melihat beberapa korban yang lukanya tidak terlalu parah saling memapah dan duduk di pinggir jalan. Totalnya sekitar 5 orang.Namun, ada beberapa orang yang terjepit di dalam mobil dan tak tertolong lagi. Setelah mengamati sekeliling, ternyata ada 3 korban yang mengalami hal yang sama."Kita tolong mereka dulu." Rhea merasa ada yang tidak beres dari penjelasan Charlie. Dia menyuruh sebagian pengawal menolong orang, juga menyuruh sebagian lagi mencari mobil yang masih bisa digunakan.Paula tidak bisa membantu. Dia membawa Tristan ke arah mobil yang ditumpangi Alvin. Kedua polisi itu sudah meninggal. Ada bekas darah di tempat Alvin terkapar, tetapi bekas darah itu tampak memanjang sehingga seharusnya Alvin ditolong seseorang.TKP sangat kacau tadi. Mereka tidak tahu siapa yang membawa Alvin pergi. Paula menatap Martin yang terluka, tetapi masih menolong
Begitu membahas tentang Darwin, perasaan Paula menjadi kacau. Dia menggenggam ponsel yang ada di belakang tubuhnya dengan erat. Saat ini, terlihat panggilannya dengan Darwin di layar ponsel."Kalau begitu, kenapa kamu mencariku?" tanya Paula sambil menatap Martin lekat-lekat. Dia tidak ingin melewatkan sedikit pun ekspresinya.Martin melirik Paula sekilas dan menyahut, "Aku ingin membahasnya berdua denganmu."Wajah Paula sontak memerah karena Martin mengetahui tindakannya. Namun, ketika Paula melihat ponselnya, dia mendapati panggilan sudah berakhir.Seharusnya panggilan diakhiri semenit lalu. Paula merasa agak kecewa, tetapi tidak menunjukkannya. Dia memperlihatkan layar ponselnya kepada Martin, lalu bertanya, "Sekarang sudah bisa bicara?"Martin mengangkat alis, seolah-olah mengejek ternyata perlakuan Darwin kepadamu hanya begini. Paula pun merasa kesal. Dia menunduk dan tidak memedulikan Martin lagi.Martin terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu mirip sekali dengan nenekmu.""Kamu kenal
Paula tidak pernah berniat untuk pansos. Pria tua ini memiliki prestasi besar. Sepertinya dia tidak perlu repot-repot mencari cucunya yang sudah lama hilang, 'kan?Apalagi, dengan kemampuannya itu, pria tua itu seharusnya bisa menemukan Paula sejak awal jika menginginkannya. Jadi, Paula yakin orang itu memiliki maksud lain."Guruku punya kesulitan yang nggak bisa diungkapkan. Kamu akan tahu setelah bertemu dengannya nanti," jelas Martin yang bisa memahami isi pikiran Paula.Paula menggeleng dan menyahut, "Maaf, tapi aku nggak bisa percaya padamu.""Aku memilih bertemu di rumah Keluarga Fonda supaya kamu melihat Darwin dan Sheila menikah. Dengan begini, kamu baru bisa menyerah. Guruku bilang nggak bakal memaksamu. Dia cuma ingin kamu punya penyokong," ujar Martin dengan tulus, sampai Paula merasa dia tidak berbohong."Sayangnya, mereka nggak bertunangan." Paula membela Darwin."Mereka pasti akan bertunangan," kata Martin dengan tegas. Sebelum Paula membantah, Martin melanjutkan, "Kamu t
Pada akhirnya, Martin tidak tega mendesak Paula. Dia memilih untuk mengalah dulu. Paula pun tersenyum mengejek sambil bertanya, "Memangnya aku punya hak untuk memilih?""Maaf, tapi memang nggak ada." Martin tersenyum sambil mengedikkan bahu.Paula memandang ke luar jendela dengan ekspresi gugup. Saat ini, mobil yang mengikuti di belakang mereka sudah hilang. Rhea pasti cemas karena tidak tahu Paula ada di mana.Paula mulai berpikir, apa yang sedang dilakukan Darwin? Kenapa Darwin mengakhiri panggilannya? Darwin benar-benar tidak peduli padanya?Faktanya, Darwin sedang berada di rumah sakit. Dokter baru memberitahunya bahwa situasi Jonas kritis. Adapun ketiga bersaudara itu, mereka berjongkok di luar ICU sambil menangis.Michelle juga bergegas kemari saat mengetahui Alvin terkena musibah. Seluruh Keluarga Fonda pun menjadi kacau karena kehilangan sosok pemimpin. Sementara itu, para kerabat yang entah dari mana asal-usulnya berbondong-bondong datang karena mengincar harta Jonas.Ponsel D
"Tenang saja, aku akan membantu Keluarga Fonda mengurus bisnis di Kota Nastro," jamin Darwin sambil menepuk bahu Alif.Sekarang pihak lawan memang terlihat unggul. Akan tetapi, makin besar pergerakan mereka, maka makin banyak kesalahan yang akan mereka tinggalkan. Dengan begitu, Darwin akan memiliki banyak peluang untuk melancarkan serangan balik."Aku percaya padamu, Kak." Sebelumnya Alif belum memahami situasi Keluarga Fonda sepenuhnya. Setelah masalah ini, dia akhirnya memahami semuanya. Baik itu pertemanan ataupun kepentingan bisnis, Keluarga Fonda tidak akan rugi jika bekerja sama dengan Keluarga Sasongko."Tuan, Nona Sheila sudah siuman. Dia bersikeras ingin menemuimu." Seorang pelayan yang menjaga Sheila tiba-tiba datang mencari Alif.Tatapan Alif menjadi suram. Dia masih harus menyelidiki kejadian hari ini untuk memastikan apakah Sheila terlibat atau tidak. Setelah berbagai tindakan Sheila, Alif tidak lagi merasa bersalah ataupun menyayangi adiknya ini.Itu sebabnya, ketika men