Karena keributan yang dibuat oleh Tessa, Paula untuk sementara tidak bisa kembali ke tempat tinggalnya. Setidaknya sampai masalah ini ditangani oleh tim humas Darwin. Jika tidak, Darwin khawatir akan ada orang-orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mencelakai Paula."Gimana kalau pindah ke Kompleks Duke? Dekat dengan kantor dan keamanan di sana juga bagus." Darwin mengemudi sampai di depan sebuah restoran, lalu menoleh dan mengusulkan kepada Paula.Paula tahu tentang Kompleks Duke. Lokasinya tepat di seberang Spirit Animation dan merupakan tempat tinggal Harry. Bukan hanya harganya yang sangat mahal, apartemennya juga berukuran lebih dari 150 meter persegi.Sebagai seorang karyawan baru, dari mana Paula punya uang untuk tinggal di tempat seperti itu? Jika dia benar-benar tinggal di sana, pasti akan menimbulkan banyak gosip."Selama kamu bisa selesaikan masalah dengan Tessa, aku tinggal di tempatku yang sekarang juga nggak masalah, 'kan?" Dengan kemampuan Darwin, tidak mungkin dia
Paula agak cemas melihat ibu Darwin yang hampir terjatuh karena ditarik ibu Richie. Paula sebenarnya ingin menetap untuk melihat bagaimana kelanjutan kejadiannya. Namun saat mengingat status dan anak dalam kandungannya, dia terpaksa bergegas ke ruang pribadi.Paula yakin Darwin akan bisa menyelesaikan masalah sepele ini dengan baik.Saat Darwin tiba di sisi ibunya, dia mendengar ibu Richie sedang mengumpat. "Kamu kira anakmu hebat banget ya? Menganggap bekas pacar anakku sebagai harta, bahkan merawat anak haram dalam kandungannya itu. Ini benar-benar lelucon paling besar di seluruh dunia!""Kamu! Jangan bicara sembarangan!" maki ibu Darwin sambil menunjuk ibu Richie. Langkahnya bahkan terhuyung saking marahnya.Ibu Richie membalasnya dengan kejam, "Omong kosong atau nggak, kamu tanyakan saja langsung pada anakmu itu. Demi bekas pacar orang, dia nggak memedulikan persahabatan kedua keluarga kita dan berulang kali membuat anakku menderita. Kuberi tahu saja, Devina, kalau sampai terjadi s
Darwin telah kehilangan kesabaran. Dia menjentikkan jarinya dengan ekspresi dingin. Kedua pengawal langsung maju untuk membungkam mulut Tanti dan menahannya."Ibu, kamu ke ruang privat awan dulu," ujar Darwin.Devina merasa cemas, tetapi Darwin berkata, "Aku bisa tangani masalah ini.""Baik," jawab Devina. Melihat wajah Tanti yang menyedihkan dan berlinang air mata, dia sebenarnya ingin membantu Tanti untuk memohon ampun. Namun saat mengingat bagaimana Tanti memaki Darwin tadi, Devina akhirnya mengurungkan niatnya.Setelah Devina pergi, Tanti langsung diseret ke sebuah mobil oleh para pengawal. Mereka mengikat tangan dan kakinya, lalu meletakkannya di kursi penumpang. Darwin membuka pintu kursi penumpang depan, lalu berkata dengan nada datar, "Kalau mau Richie hidup, seharusnya kamu minta maaf sama orang yang seharusnya.""Cuih! Anak sialan! Kamu kira kamu ini siapa?! Keluarga Antoro sudah berdiri bertahun-tahun di ibu kota ini, kamu kira aku bakal takut padamu?!" maki Tanti setelah ka
Tadinya Darwin ingin melanjutkan makan bersama Paula. Namun, dia tiba-tiba mendapat pesan dari kakeknya.[ Segera selesaikan masalah pemegang saham, lalu kembali ke Kota Boram. Kalau besok pagi aku nggak melihatmu, aku akan langsung suruh orang untuk jemput Paula. ]Merasa tak berdaya, Darwin terpaksa mengirimkan pesan kepada ibunya dan Paula untuk memberitahukan bahwa dia harus pergi sekarang juga. Kedua orang itu membalasnya hampir bersamaan.[ Oke, hati-hati di jalan ya. Nggak usah khawatirkan aku. ]Ibu Darwin membalas.[ Jaga diri, cepat pulang ya. ]Darwin meninggalkan semua pengawalnya untuk melindungi Paula dan ibunya, lalu pergi sendiri dengan mobil. Namun, ketika para pengawal tiba di ruang privat sesuai instruksi Darwin, mereka menemukan salah satu ruang privat itu kosong. Paula dan Devina berada di ruang privat awan.Pengawal diam-diam mengintip dan melihat kedua wanita itu sedang berbincang sambil tertawa. Mereka tidak terlihat seperti baru saja berdebat. Para pengawal pun
Paula melihat ponsel yang diberikan oleh Devina dengan kebingungan. Dia berusaha mencari cara untuk segera mengakhiri percakapan dengan Devina.Namun, Devina memegang tangan Paula dengan semangat dan memperkenalkan, "Putra bungsuku ini memang jago dalam segala hal, tapi dia nggak menarik bagi para gadis. Kepribadiannya sangat dingin. Anak muda seperti kalian menyebutnya pria kaku.""Kalau dia nggak mengubah sifatnya, aku benar-benar khawatir dia bakal hidup sendirian sampai tua. Ah, aku jadi kesal kalau ngomongin anak ini. Tapi nggak usah pikirkan dia, lihat saja cucu pertamaku. Dia benar-benar nggak ada kekurangannya sama sekali," puji Devina."Setiap orang punya kepribadian yang berbeda, putra bungsumu pasti punya daya tariknya sendiri yang unik." Paula sama sekali tidak setuju dengan kata-kata Devina.Darwin sebenarnya sangat menarik bagi para gadis. Bahkan sebelumnya saat Tessa membuat masalah, Paula bisa melihat binar kekaguman di mata Tessa terhadap Darwin."Kalau memang punya da
"Kamu memang orang baik, tapi nggak berjodoh sama putraku. Putraku sudah dijodohkan sama Nona Keluarga Fonda sejak kecil. Aku, ayahnya, dan kakeknya juga sangat menyetujui perjodohan ini."Paula bisa memahami bahwa ucapan Devina ini adalah peringatan untuknya. Dia ingin memperingatkan Paula untuk tidak menaruh niat apa pun terhadap Darwin. Sebab, menantu yang diakui oleh semua senior di Keluarga Sasongko hanyalah Nona Besar Keluarga Fonda seorang.Bahkan jika Paula memiliki hubungan dengan Darwin sekalipun, mereka tetap tidak akan membiarkannya menikah ke Keluarga Sasongko."Anda memang pandai bercanda. Aku dan Pak Darwin memang nggak cocok sama sekali, aku nggak akan berani berniat buruk padanya." Di bawah tatapan Devina yang penuh penantian, Paula terpaksa mengepalkan jari-jarinya dengan erat dan mengatakan ucapan yang paling ingin didengar oleh Devina.Jika Paula tidak berkata demikian, Devina pasti akan langsung menyelidiki hubungannya dengan Darwin. Tiba saatnya, baik itu hubungan
Setelah Paula meninggalkan ruang privat, rasa sakit hatinya berubah menjadi air mata yang mengalir deras. Dia memang tahu bahwa ada kesenjangan besar antara dirinya dan Darwin. Karena itu juga, sedari awal dia menolak keras keinginan Darwin untuk bertanggung jawab atas dirinya.Setelah itu, Paula memang jadi serakah karena menginginkan kelembutan dan perhatian Darwin. Dia ingin anak di dalam kandungannya mendapatkan kasih sayang seorang ayah yang utuh. Kata-kata dari Devina hari ini sontak menghapus semua angan-angannya dan hanya menyisakan kenyataan yang kejam."Bu Paula, pelan-pelan," kata Winelli sambil menarik Paula agar tidak terus berjalan tergesa-gesa. Jika terjadi sesuatu pada Paula, ini akan menjadi masalah besar baginya.Paula menoleh melihat Winelli dan langsung teringat pada Darwin. Dia kemudian menghapus air matanya dan berkata, "Jangan beri tahu Darwin tentang masalah hari ini.""Tapi ...." Winelli merasa, dengan perasaan Darwin terhadap Paula, bahkan Devina sekalipun tid
Winelli mengerutkan alis mendengar perkataan tersebut. Dia merasa ada yang aneh. Seolah-olah seperti dokter yang menyuruh pasien pulang dan makan apa saja yang mereka mau."Aku yakin kamu juga nggak sial lagi, bukan?" Paula benar-benar merasa senang untuk Tristan, jadi dia tidak memperhatikan keanehan dalam perkataannya."Ya, aku merasa, kamu ini pembawa keberuntungan bagiku. Sejak bertemu denganmu, aku nggak pernah sial lagi! Selain itu, kamu juga mirip dewi keberuntungan yang kutemui saat kecil. Aku ingin cari dia, kuharap dia baik-baik saja."Belum lama mengobrol, Tristan sudah dipanggil oleh pemilik warung untuk mengantarkan pangsit ke pelanggan.Melihat Tristan yang sibuk tetapi terlihat ceria, Paula menopang dagunya dan tersenyum, "Setelah berbenah diri, Tristan kelihatannya cukup menarik. Lihat, banyak sekali gadis di sebelah sana yang diam-diam meliriknya.""Ayah." Tristan menyambut seorang pria paruh baya yang baru saja masuk dari luar. Kemudian, dia membawanya ke meja di deka
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang