"Untung semua cuma luka luar. Dia pingsan karena kehilangan banyak darah." Dokter itu adalah kenalan lama Terry. Ketika melihat Rhea menangis, dia buru-buru menenangkannya.Rhea menghela napas lega. Dia tidak melihat dokter itu mengobati Charlie lagi, melainkan berbalik untuk keluar. Dia bertanya, "Di mana Kakek Buyut?""Tuan Terry tidur setelah makan obat," jawab kepala pelayan sambil menuntun jalan untuk Rhea. Setelah melihat Terry tidur dengan tenang, dia baru merasa lega. Kemudian, Rhea pergi ke ruang bawah tanah untuk menginterogasi para pengkhianat itu.Ketika Rhea melihat metode yang digunakan pengawal Darwin untuk pertama kalinya, Paula sudah tiba di apartemennya. Para reporter yang berkumpul di tempat ini seharusnya sudah pergi ke rumah lama Keluarga Sasongko karena tidak ada siapa pun lagi.Paula teringat pada Darwin yang menyuruhnya untuk menunggu. Sesudah itu, dia turun ke lantai bawah untuk membeli berbagai macam obat untuk luka luar.Paula tahu Keluarga Sasongko memiliki
Hati Darwin sontak luluh. Dia termangu dan tidak menolak, lalu mengikuti Paula masuk ke kamar yang wangi itu."Duduklah." Paula menyuruhnya duduk di pinggir ranjang. Darwin mengernyit sesaat melihat seprai berwarna merah muda, lalu berkata, "Berikan saja obatnya kepadaku.""Lepaskan celanamu dulu," ujar Paula yang merasa cemas. Kalau Darwin takut seprainya kotor, dia hanya perlu melepaskan celananya. Lagi pula, bagaimana cara mengobati luka di kaki kalau pria itu masih memakai celana?Terdengar tawa di belakang. Paula yang sedang menyiapkan obat pun bertemu pandang dengan tatapan nakal Darwin. Seketika, wajahnya memerah. Dia menegur, "Jangan pikir macam-macam. Aku cuma membantumu mengoleskan obat. Bukannya pria dan wanita sama saja di mata dokter?""Itu cuma berlaku untuk wanita lain," gumam Darwin sambil berjalan ke kursi di balkon. Paula yang wajahnya memerah tidak bisa mendengar dengan jelas sehingga mengira dirinya berhalusinasi."Kamu mau membantuku mengoleskan obat, 'kan?" Darwin
Paula malu hingga terduduk di lantai. Sandal yang dipakainya sampai terlepas satu. Darwin pun terkekeh-kekeh melihatnya. Dia memungut sandal itu, lalu membantu Paula memakainya."Tidur lebih awal malam ini," ujar Darwin sambil mengelus kepala Paula. Kemudian, dia bangkit dan pergi."Lukamu ...," ucap Paula yang tersadar kembali. Darwin melambaikan tangannya sambil membalas, "Kalau kamu yang mengobatiku, mungkin lukaku nggak akan pernah sembuh."Darwin pun keluar dan menutup pintu kamar Paula. Paula memegang wajahnya, menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, dia pergi ke dapur untuk memasak mie kuah. Setelah matang, dia mengetuk pintu kamar Darwin dengan gugup.Pintu terbuka dengan cepat. Terlihat Darwin yang mengenakan handuk di pinggangnya dan tercium aroma sabun. Pria ini seharusnya baru selesai mandi."Kamu mandi?" tanya Paula sambil memelotot. Itu artinya, obat yang dioleskannya tadi sia-sia?Darwin menyahut tanpa merasa bersalah sedikit pun, "Ya, kamu harus membantuku mengoleskan
Ketika melihat hasil perbannya yang jelek, Paula mengangguk dengan puas. Dia kembali ke kamar sendiri, lalu menyalakan komputer untuk membuat gambar lagi. Dia ingin melukiskan aksi heroik Darwin malam ini.Di sisi lain, Darwin tidak bersantai begitu saja. Dengan tubuh yang penuh luka, dia mengadakan pertemuan dengan beberapa orang kepercayaannya hingga dini hari."Bos, identitas orang yang menyediakan obat untuk Aurel sudah terungkap. Dia putra haram dari keluarga cabang Sudarmo."Darwin mengangkat alisnya sedikit. Keluarga Sudarmo? Hal ini di luar dugaannya. Kepala Keluarga Sudarmo tidak bodoh. Jadi, semua ini disebabkan oleh anak haram itu?"Sebelum dewasa, Harry pernah berseteru dengan orang tuanya sampai masuk berita. Pada masa remaja, dia sering memberontak dan nggak pernah serius belajar.""Ayahnya, yaitu Kepala Keluarga Sudarmo yang sekarang, nggak sengaja mendapati anak haram itu sangat cerdas sehingga ingin membinanya. Tapi, dia akhirnya membatalkan niatnya. Hanya saja, Keluar
Sorot mata Darwin seketika menjadi dingin. Gadis itu terpaksa berhenti berbicara, lalu berdiri dengan sopan sambil menatapnya dengan takut.Bawahan yang sebelumnya pun mencoba membelanya, "Bos, Azura cuma mengkhawatirkanmu. Dia nggak punya maksud lain kok ....""Dia bukan orang yang pantas kalian gosipi," ujar Darwin sambil melirik mereka dengan dingin, lalu mengakhiri panggilan video.Azura dan Sofyan pun bertatapan. Kemudian, Azura mencebik sambil berkata, "Entah sihir apa yang diberikan wanita itu kepada Bos. Kamu pernah melihat Bos bertindak dengan perasaan? Kita sudah menyusun semuanya dengan baik, tapi wanita itu bersikeras membawa Bos keluar semalam. Kalau nggak ada dia, Bos nggak bakal berada dalam bahaya! Bos hampir mati dibuatnya!""Tapi, kalau Bos nggak keluar, Nona Rhea yang akan mati," ujar Sofyan untuk memperingatkan.Azura mengepalkan tangan dengan erat dan membalas dengan enggan, "Pokoknya dia cuma bisa mencelakai Bos. Nona Rhea saja nggak separah itu.""Kamu sudah lupa
Wilson sudah ingin melakukan ini sejak awal. Dia sudah cukup bersabar sejak awal. Darwin jelas-jelas ditakuti saat di luar negeri, tetapi sekarang malah harus berwaspada karena orang-orang ini.Jika Terry tidak mengatakan para keluarga kaya ini sudah berteman lama sehingga tidak perlu dilenyapkan, Darwin tidak mungkin menjadi sasaran pembunuhan seperti ini.Darwin tidak mengatakan apa pun. Dia hanya melirik sekilas, tetapi Kepala Keluarga Kurniawan sudah ketakutan. Namun, Kepala Keluarga Kurniawan masih merasa enggan menerima kekalahan ini. Dia masih ingin mencoba menyerang Darwin.Bukankah Darwin dikatakan tewas karena ledakan di bar? Kenapa dia masih hidup? Namun, dua jam kemudian, Kepala Keluarga Kurniawan terpaksa menarik mundur semua bawahannya.Ini karena mereka mendapat kabar bahwa generasi muda Keluarga Mukhti dihajar habis-habisan, bahkan seluruh sumber daya mereka terputus. Semua klien sampai datang untuk meminta ganti rugi.Kepala Keluarga Mukhti hampir terkena stroke, tetap
Paula membuka pintu kamar dengan wajah murung. Terlihat Darwin yang berdiri di luar sambil menggoyangkan ponselnya dan berkata, "Terima kasih."Wajah Paula pun memerah. Dia membalas, "Aku cuma merasa orang-orang yang diam-diam bekerja keras harus mendapat pengakuan."Entah apa yang menjadi pertimbangan para polisi, tidak ada laporan resmi tentang peristiwa malam itu. Mereka hanya melaporkan terjadi perkelahian sengit dan kebakaran yang menyebabkan 5 orang tewas dan 20 orang terluka parah.Para netizen mengira Darwin membawa orang-orang untuk berkelahi di bar hingga memunculkan korban. Itu sebabnya, dia menjadi sasaran kritik publik. Apalagi, ada hoaks yang mengatakan Darwin memukul satresnarkoba hingga terluka parah."Sayangnya, usahaku nggak ada gunanya," ujar Paula dengan sedih.Darwin membalas dengan sungguh-sungguh, "Kata siapa? Berguna kok."Paula mencebik, tahu Darwin hanya menghiburnya. Ketika melihat Paula murung, Darwin berucap, "Paula, kamu sudah bisa keluar dari sini besok."
Di tengah ruangan yang gelap gulita, Aurel mengakhiri panggilan. Di seberangnya, duduk seorang pria yang memegang gelas sampanye dengan culas.Aurel menatapnya dengan takut. Dia tidak menyangka pria setampan ini memiliki hati yang begitu kejam. Pria itu membujuk Aurel untuk memperkenalkannya kepada Richie, lalu membeli seluruh saham perusahaan hiburan Richie dan memfitnah Darwin atas nama perusahaan itu.Bukan hanya itu, Aurel sudah melihat bagaimana pria ini mempermainkan Richie dengan licik. Itu sebabnya, Aurel merasa takut padanya."Aku sudah menuruti perintahmu. Apa aku boleh membawanya pergi sekarang?" tanya Aurel yang menelan ludah dengan hati-hati. Tidak jauh dari sana, terlihat Richie yang bersimbah darah dan dua pria kekar yang seperti siap menghabisi Richie kapan saja."Tenang saja. Asalkan Darwin tertangkap, kalian akan selamat," balas pria itu. Dia melirik Aurel dan menyesap sampanye dengan nakal.Jantung Aurel seperti akan copot. Dia seperti akan dimangsa oleh harimau gana