Share

Bab 2

Aku menghela napas, lalu menutup ponselku.

Lagi-lagi ada seorang yang terluka dalam sebuah hubungan. Jika ada yang bisa aku bantu nanti, aku akan mencoba membantunya.

Viktor masih tidak memberi kabar ataupun menjawab teleponnya.

Ibu mertuaku sudah dikremasi, sementara aku mengirimkan pesan terakhir kepada Viktor, "Aku akan menunggu setengah hari lagi. Kalau malam ini kamu nggak datang, besok aku akan langsung menguburkannya."

Bagaimanapun juga, ini adalah rumah tua. Makin lama jenazah ditinggalkan, makin buruk dampaknya untuk lingkungan sekitar.

Kerabat Viktor sudah mulai berkumpul dalam kelompok kecil. Mereka bermain kartu, sementara kulit kacang tampak bertebaran di lantai.

Aku sengaja duduk jauh dari mereka. Mereka juga tidak menghiraukanku, seolah tidak ingin mencari masalah denganku. Jadi aku meminta pengawal yang berjaga di pintu untuk pergi makan secara bergantian.

Bau rokok yang tertinggal di ruangan itu membuat kepalaku pusing.

Aku mengernyit, ingin keluar untuk menghirup udara segar. Namun, aku mendengar suara gaduh yang makin dekat di luar pintu.

Saat membuka pintu, aku berhadapan langsung dengan Chika.

Di belakangnya ada tujuh hingga delapan orang. Satu tangan mereka memegang ponsel, sementara tangan lainnya memegang tongkat. Jelas mereka datang untuk membuat keributan.

Aku yang sedikit terkejut pun bertanya, "Chika? Kenapa kamu datang ke sini?"

Chika awalnya merasa terkejut. Kemudian, dia meletakkan tangannya di pinggang, lalu berteriak ke arah belakang, "Benar, dia simpanannya! Kalau nggak, kenapa dia bisa tahu namaku?"

Sebelum aku bisa bereaksi, Chika langsung menampar wajahku.

Karena sibuk mengurus masalah pemakaman, aku kurang tidur beberapa hari ini. Aku langsung terjatuh ke lantai dengan mata berkunang-kunang.

Ketika melihat itu, Chika menjerit dan langsung menyerangku lagi. Dia menarik kerah bajuku.

"Pacarku bahkan belum datang, tapi kamu sudah berpura-pura lemah. Dasar jalang!"

Setelah berkata demikian, Chika menamparku lagi. Kuku tajamnya menggores sudut mataku hingga berdarah.

Sebelum aku memahami apa yang terjadi, aku sudah dipukuli tanpa alasan. Emosiku pun tersulut. Aku bangkit berdiri, lalu langsung menampar Chika.

Chika memegangi wajahnya sambil menatapku dengan tatapan tak percaya.

"Kamu berani memukulku? Seorang simpanan hina berani memukul kekasih sah?"

"Pacarku adalah bos besar Grup Andalas! Kamu, orang kampung yang tinggal di desa, berani menggodanya. Apa kamu ingin menaikkan statusmu? Apa kamu sudah bosan hidup?"

Baru saat itu aku mengerti. Ternyata pacarnya adalah suami sahku, Viktor.

Awalnya aku mengira wanita ini sudah salah orang, tetapi ternyata dia memang tidak salah.

Sayangnya, dialah yang sebenarnya simpanan tak tahu malu itu.

Demi menghormati pemakaman ini, aku tidak ingin terlalu banyak berdebat dengan Chika. Aku hanya membalasnya dengan tenang.

"Di rumah ini sedang ada pemakaman, bukan hal yang baik. Pergilah dulu. Nanti setelah pemakaman selesai, baru kita bicara."

Setelah mendengar itu, Chika tertegun. Dia baru menyadari tata letak perabot di rumah ini.

Di ruang tamu, ada foto mendiang yang tergantung. Sementara itu, di atas meja ada sebuah guci abu kecil yang dihiasi berlian berkilauan.

Kerabat yang ada di rumah menghentikan permainan kartu mereka, lalu melihat ke arah kami dengan ekspresi ingin tahu.

Chika mulai menjadi gugup. Dia memegang tongkat seolah bersiap melindungi diri, lalu berkata, "Jangan mendekat! Aku hanya menghukum seorang simpanan. Ini nggak ada hubungannya dengan kalian! Kalau kalian menyentuhku, aku akan lapor polisi!"

Para kerabat tetap tidak bergerak. Wajah mereka memperlihatkan senyum sinis.

Setelah beberapa saat, Chika melihat aku masih tergeletak di lantai tanpa ada yang membantuku. Kemudian, dia tiba-tiba menyadari sesuatu, lalu tertawa keras sambil menunjuk ke arahku.

"Dasar wanita jalang. Lihat saja, keluargamu nggak ada yang membelamu. Siapa lagi yang akan membantumu? Lihat saja, hari ini aku akan menegakkan keadilan!"

Chika melihat foto mendiang, lalu melihat hadiah yang tersebar di seluruh ruangan.

Dia tertawa dingin, lalu berujar, "Orang di foto itu pasti ibumu, sementara hadiah-hadiah ini pasti dari pacarku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status