Share

Bab 3

"Kamu menghasilkan uang dari orang mati, apa kamu nggak punya malu? Kalian sekeluarga, jangan harap mendapatkan satu sen pun dari pacarku bahkan setelah mati!"

Setelah berkata begitu, Chika mengarahkan orang-orangnya untuk menghancurkan semua barang di rumah itu.

Baru saat itu aku menyadari bahwa Chika datang dengan segerombolan orang. Paling tidak, ada dua puluh sampai tiga puluh orang yang datang bersamanya. Masing-masing dari mereka memegang tongkat.

Foto almarhum yang tergantung di dinding dilempar ke lantai, membuat kaca bingkainya pecah berserakan.

Beberapa guci keramik yang baru aku beli, yang masing-masing bernilai beberapa puluh juta, jatuh satu per satu, hingga serpihan porselen melukai kakiku.

Aku ingin menghentikan mereka, tetapi ketika melihat kamera pengawas yang baru dipasang di dinding, aku menelan kembali kata-kataku.

"Chika, barang yang kamu hancurkan bernilai lebih dari miliaran. Kalau kamu sanggup membayarnya, silakan terus hancurkan."

Chika merasa aku sudah menghinanya. Tiba-tiba, dia menggila, lalu mulai menyerangku lagi.

"Kamu masih mau berlagak sombong? Uang yang kamu pakai semuanya adalah uang pacarku! Aku akan menghancurkan semuanya! Mau apa kamu?"

Chika menarik rambutku, lalu menyeretku di lantai. Gaun sutra yang aku pakai robek terkena serpihan porselen, lalu suara robekan kain yang tajam terdengar di telingaku.

Aku tanpa sadar menutupi dadaku. Namun, aku melihat tatapan mata Chika yang makin menggila.

"Gaun ini pasti mahal juga, 'kan? Apakah ini juga pacarku yang membelinya untukmu? Lepaskan sekarang juga! Kembalikan semua barang yang pacarku beli!"

Aku menyadari bahaya dari situasi ini. Aku mati-matian menahan gaunku, berharap Chika akan segera tersadar.

"Meski pacarmu selingkuh, kamu seharusnya menghadapinya untuk menyelesaikan masalah. Kenapa kamu malah menyerangku?"

Chika sudah memanggil beberapa orang untuk menahan tangan dan kakiku, lalu dengan ganas mulai merobek pakaianku seperti orang gila.

"Kalau bukan karena kamu merayu Viktor, dia nggak akan tergoda! Semua ini salahmu, dia nggak bersalah!"

Begitu dia selesai bicara, pakaian terakhir yang menutupi tubuhku pun sudah direnggut olehnya.

Dia tertawa sambil mengangkat ponselnya untuk memotret, lalu terus mengoceh, "Bukannya kamu sangat menggoda? Biarkan keluargamu dan netizen melihat seperti apa kamu sebenarnya!"

Ketika mendengar itu, wajah para penonton yang semula tampak acuh, kini berubah jahat. Beberapa di antara mereka mengeluarkan ponsel, lalu mulai merekam ke arahku.

Kepalaku mulai berputar. Perasaan yang sudah lama terkubur kembali muncul.

Beberapa tahun lalu, kejadian yang sama juga pernah terjadi. Mertuaku juga memperlakukanku seperti ini.

Tak kusangka, beberapa tahun kemudian di pemakamannya, aku mengalami penghinaan yang sama.

Ketika aku menutup mataku dengan putus asa, asistenku datang bersama dengan lima orang pengawal.

Para pengawal ini adalah orang yang sangat terlatih. Mereka menjatuhkan beberapa orang hanya dalam hitungan detik, lalu langsung melindungiku.

Ketika melihat ini, para kerabat mulai gelisah.

"Kenapa kalian ikut campur? Kami belum puas melihatnya!"

"Benar, apa hanya kalian yang boleh menonton, tapi kami nggak boleh? Alasan macam apa ini?"

Salah satu pengawal yang sudah sangat marah, langsung meninju seorang pria paruh baya yang sedang berkomentar dengan kata-kata kotor. Pria itu menjerit kesakitan sambil memegangi perutnya, lalu darah mengalir dari hidungnya.

Ketika semua orang melihat perkelahian meluas ke pihak mereka, para penonton pun segera berlari kabur sambil berteriak. Dalam sekejap, rumah kecil itu dipenuhi oleh keributan yang kacau balau.

Meski pengawal kami sangat terlatih, mereka kalah dalam hal jumlah. Para kerabat serta orang-orang yang dibawa oleh Chika mulai bergabung melawan pengawal, tidak membiarkan mereka mendekatiku.

Chika berjongkok di depanku dengan senyum penuh kemenangan.

"Wah, wanita jalang keluar rumah dengan membawa pengawal ya? Pasti uang Viktor lagi yang kamu pakai, 'kan?"

"Apa kamu pikir kamu benar-benar akan menikah dengan orang kaya? Apa kamu bermimpi sampai otakmu rusak?"

Pandangan mataku melewati Chika, mendarat pada wajah-wajah jahat yang sedang tersenyum. Akhirnya, mataku tertuju pada guci abu yang berkilauan di sana.

Aku mengangkat tanganku, lalu tersenyum mengejek kepada Chika.

"Memang kenapa kalau kamu menggila seperti ini? Viktor tetap mau menghabiskan uangnya untukku."

"Lihat guci abu itu. Harganya 16 miliar! Viktor yang membayar semuanya! Kalau berani, hancurkan saja!"

Chika melihat ke arah yang aku tunjuk dengan tatapan tak percaya. Kemudian, dia berdiri dengan penuh amarah.

"Jadi memang benar, kamu yang menghabiskan 16 miliar itu, dasar jalang!"

"Kenapa? Ini hanya pemakaman keluargamu yang nggak berguna. Kenapa pacarku harus membayarnya?"

"Orang sepertimu nggak pantas memakai barang bagus. Keluargamu nggak pantas menerima sepeser pun dari pacarku!"

Sambil memaki, Chika mengambil guci abu yang dibuat secara khusus itu dari meja.

Kemudian, dia melemparkannya dengan keras ke lantai.

"Aku akan menghancurkan ini untuk pacarku. Biar keluargamu semua nggak bisa hidup dengan baik!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status