Namun kenyataannya, baginya ini hanyalah perkara sepele.Aku menggenggam ponsel, ragu-ragu untuk beberapa saat. Haruskah aku menghubunginya lebih dulu untuk mengucapkan terima kasih?Setelah berpikir panjang, berdasarkan prinsip hidupku selama ini, aku memutuskan tetap harus berterima kasih.Menerima bantuan orang lain tanpa menunjukkan rasa terima kasih, bukanlah prinsipku.Apakah dia menerima atau tidak, itu urusan dia. Tapi aku sendiri harus menunjukkan sikap yang pantas.Jadi, aku mengambil kartu nama yang diberikan Mudi padaku saat meninggalkan pabrik militer hari itu, lalu meneleponnya dengan penuh hormat."Halo Bu Nora," jawab Mudi di balik telepon.Aku langsung paham, mungkin ini nomor kerja Billy.Dengan statusnya, dia tidak mungkin sembarangan membagikan nomor pribadi."Halo Pak Mudi, aku mau berterima kasih secara langsung atas bantuan Pak Billy kemarin. Bisakah aku bertemu dengannya?" tanyaku langsung mengutarakan maksudku."Tunggu sebentar, aku akan menanyakannya dulu.""B
Bagaimana mungkin ada orang sebaik itu di dunia ini?Aku sama sekali tidak berpikiran macam-macam, hanya murni merasa dia adalah orang yang luar biasa.Meskipun berasal dari keluarga terpandang dan sibuk dengan urusan besar, dia sama sekali tidak menunjukkan sikap merendahkan saat aku mengundangnya makan. Dia bahkan dengan sopan dan elegan langsung menyetujuinya.Setelah puas menikmati perasaan bahagia ini, aku mulai bingung, di mana tempat yang pantas untuk makan malam ini?Dengan status seperti Billy, sudah pasti dia terbiasa dengan standar hidup yang sangat tinggi.Restoran mewah biasa saja mungkin tidak cukup untuknya.Untungnya, Wenny berasal dari keluarga yang menjalankan bisnis kuliner kelas atas.Aku langsung mengirimnya pesan.[Wenny, aku mau undang orang yang sangat penting makan malam sebagai bentuk terima kasih, tolong rekomendasikan restoran yang suasananya mewah.]Dia langsung membalas, [Kapan?][Besok malam.][Datang saja ke Arch Alley, aku minta manajer untuk siapkan ru
Benar-benar keterlaluan! Beraninya datang ke kantorku dan membuat keributan, mana mungkin aku membiarkannya pergi begitu saja?Aku langusng meraih ponsel dan menelepon polisi.Sepertinya ayah bajinganku masih ditahan di tahanan. Bagus juga kalau mereka bisa jadi pasangan suami istri yang menemani satu sama lain di sana!Begitu mendengar aku berkata, "Halo, pak polisi ... " Sari langsung panik dan semakin menggila. Dia melewati meja kerjaku, berlari ke arahku dan mulai menghujaniku dengan pukulan menggunakan berkas-berkas yang ada."Beraninya lapor polisi?! Dasar pembawa sial! Gara-gara kamu, ayahmu masih ditahan sekarang!""Polisi bilang dia ditahan karena kasus prostitusi dan harus ditahan puluhan hari! Kamu benar-benar kejam! Lebih kejam dari ibumu seratus kali lipat! Keluarga yang tadinya baik-baik saja, kamu hancurkan sampai sebegitu berantakan! Nggak ada satu pun yang bisa hidup tenang!""Kenapa bukan kamu saja yang kena penyakit mematikan ini? Kenapa nggak mati saja dan menyusul
Mereka bilang pernikahan adalah kuburan cinta, tapi bisa dikubur dengan tenang masih lebih baik daripada membusuk di alam liar.Setelah lebih dari dua bulan menjahit dengan susah payah, akhirnya aku berhasil menyelesaikan gaun pengantinku sendiri.Di bawah cahaya, gaun itu tampak putih bersih, elegan, berkilauan dan sangat indah.Aku membayangkan diriku mengenakan gaun ini beberapa hari lagi, melangkah menuju pria yang kucintai. Bahkan dalam mimpi, aku juga tak bisa menahan senyum.Dari usia sembilan belas hingga dua puluh lima tahun, enam tahun telah berlalu, cintaku akhirnya akan dikubur dengan tenang.Namun, siapa sangka, begitu aku terbangun, seketika semua mimpi itu hancur dan berubah menjadi ilusi."Kak Nora, pagi ini Pak Steve datang ke studio dan mengambil gaun pengantinmu. Dia bawa pulang, ya?" tanya Angel, asistenku dari balik telepon dengan penuh kebingungan.Aku baru saja bangun tidur, otakku masih setengah sadar. Mendengar itu, aku bertanya balik, "Steve ambil gaun pengant
Aku kira dia akan marah dan mengataiku serakah. Tapi siapa sangka, dia hanya terdiam sejenak, lalu menjawab, "Baiklah, sampai jumpa malam ini."Tiga tahun lalu, kami berdua bersama-sama mendirikan merek fashion bernama Vezzo Studio yang kini berkembang pesat.Saat itu, Steve menyediakan modal, sementara aku berperan sebagai desainer. Bagiku, ini seperti mendapatkan segalanya tanpa mengeluarkan modal apapun.Sekarang, perusahaan ini bernilai triliunan dan siap untuk go public. Masa depannya sangat cerah, tapi demi bersama Dewita, dia rela memberikannya kepadaku begitu saja.Sepertinya mereka memang cinta sejati ...Aku bangun dan melihat seluruh ruangan penuh dengan dekorasi pernikahan. Rasanya begitu menusuk mata dan ingin membakarnya hingga tak tersisa.Aku memanggil beberapa orang dan memerintahkan mereka untuk mengemasi semua barang yang berhubungan dengan pria itu dari rumah ini.Syukurlah! Untungnya aku bersikeras untuk tidak tidur bersamanya sebelum malam pernikahan. Jika tidak,
Usai bicara, aku melemparkan kontrak itu tepat ke wajahnya, lalu berdiri dan mengusir mereka, "Aku mau istirahat, kalian minggat sekarang! Oh iya, jangan lupa bawa semua sampahmu pergi juga!"Aku masih tidak percaya, pria yang sudah kusukai sejak umur enam belas tahun, delapan tahun menyukainya, enam tahun berpacaran dan baru hari ini aku benar-benar melihat siapa dia sebenarnya!Aku harus berterima kasih pada Dewita. Jika bukan karena dia, aku pasti akan menikah dengan pria menjijikkan dan munafik ini. Hidupku pasti akan sangat menyedihkan!Sarah langsung marah karena ucapanku. Dia berdiri dan berkata, "Nora, ini semua salahmu! Kamu yang terlalu emosian! Lihatlah Dewita, dia begitu lembut, patuh, berpendidikan dan beretika. Setiap kali melihatku, dia selalu bersikap sopan, nggak seperti dirimu ... "Aku menahan rasa jijik yang hampir meluap dan kebetulan melihat anjing peliharaanku lewat di ruang tamu. Aku pun berbalik dan memanggilnya, "Bagel, gigit mereka!""Guk! Guk guk!" Bagel san
Steve membeku, tidak bersuara.Sari langsung meninggikan suara, "Akhirnya kata-katamu bisa lebih manusiawi. Kita ini satu keluarga, bukankah sudah seharusnya kakak mengalah untuk adiknya? Anggap saja ini hadiah pernikahan darimu untuk adikmu."Aku tertawa dingin, menatap ibu tiri ini, lalu tiba-tiba berkata lembut, "Kalau begitu, aku harus memberikan satu hadiah lagi.""Hadiah apa?" tanya Sari.Aku menjawab, "Sebuah peti mati untuk diletakkan di tempat pernikahan.""Nora Tira!" Sari langsung naik pitam, wajahnya memuram karena marah, menatapku dengan penuh kebencian.Aku tersenyum dan menjelaskan dengan lembut, "Di zaman dulu, saat seorang wanita menikah, biasanya keluarga memasukkan peti mati dalam mas kawin. Pada hari pernikahan, peti itu dibawa bersama pengantin ke rumah suaminya. Sebagai kakak, hadiah pernikahan yang kuberikan ini sangat sesuai dengan tradisi, 'kan?"Kata-kataku masuk akal, mereka bahkan tak bisa membantah, hanya bisa menahan amarah dan menelannya.Sama seperti saa
Aku tertawa sinis, mengalihkan pandangan ke jalan yang ramai. Setelah menenangkan diri beberapa saat, aku menoleh kembali dan menyindirnya, "Steve, aku bukan tempat daur ulang sampah. Nggak peduli seberapa besar aku mencintaimu dulu atau seberapa banyak aku berkorban untukmu, sejak hari kamu memilih untuk mengkhianatiku, kamu sudah nggak pantas menerima cintaku lagi."Aku berbalik hendak pergi, tetapi tak bisa menahan diri untuk menoleh lagi dan menambahkan, "Sekalipun semua pria di dunia ini lenyap, aku tetap nggak akan sudi melihatmu lagi, sungguh menjijikkan."Mungkin sikapku yang begitu tegas sedikit melukai hati Steve. Tiba-tiba, dia melangkah maju, meraih tanganku dan mulai memohon, "Nora, aku mencintaimu. Aku sangat menghargai enam tahun kebersamaan kita. Tapi, Dewita sudah mau meninggal, dia begitu menyedihkan dan malang. Permintaan terakhirnya sebelum meninggal hanyalah ... " "Lepaskan aku!""Nora, aku bersumpah, setelah Dewita ... "Aku tak membiarkannya menyelesaikan omong
Benar-benar keterlaluan! Beraninya datang ke kantorku dan membuat keributan, mana mungkin aku membiarkannya pergi begitu saja?Aku langusng meraih ponsel dan menelepon polisi.Sepertinya ayah bajinganku masih ditahan di tahanan. Bagus juga kalau mereka bisa jadi pasangan suami istri yang menemani satu sama lain di sana!Begitu mendengar aku berkata, "Halo, pak polisi ... " Sari langsung panik dan semakin menggila. Dia melewati meja kerjaku, berlari ke arahku dan mulai menghujaniku dengan pukulan menggunakan berkas-berkas yang ada."Beraninya lapor polisi?! Dasar pembawa sial! Gara-gara kamu, ayahmu masih ditahan sekarang!""Polisi bilang dia ditahan karena kasus prostitusi dan harus ditahan puluhan hari! Kamu benar-benar kejam! Lebih kejam dari ibumu seratus kali lipat! Keluarga yang tadinya baik-baik saja, kamu hancurkan sampai sebegitu berantakan! Nggak ada satu pun yang bisa hidup tenang!""Kenapa bukan kamu saja yang kena penyakit mematikan ini? Kenapa nggak mati saja dan menyusul
Bagaimana mungkin ada orang sebaik itu di dunia ini?Aku sama sekali tidak berpikiran macam-macam, hanya murni merasa dia adalah orang yang luar biasa.Meskipun berasal dari keluarga terpandang dan sibuk dengan urusan besar, dia sama sekali tidak menunjukkan sikap merendahkan saat aku mengundangnya makan. Dia bahkan dengan sopan dan elegan langsung menyetujuinya.Setelah puas menikmati perasaan bahagia ini, aku mulai bingung, di mana tempat yang pantas untuk makan malam ini?Dengan status seperti Billy, sudah pasti dia terbiasa dengan standar hidup yang sangat tinggi.Restoran mewah biasa saja mungkin tidak cukup untuknya.Untungnya, Wenny berasal dari keluarga yang menjalankan bisnis kuliner kelas atas.Aku langsung mengirimnya pesan.[Wenny, aku mau undang orang yang sangat penting makan malam sebagai bentuk terima kasih, tolong rekomendasikan restoran yang suasananya mewah.]Dia langsung membalas, [Kapan?][Besok malam.][Datang saja ke Arch Alley, aku minta manajer untuk siapkan ru
Namun kenyataannya, baginya ini hanyalah perkara sepele.Aku menggenggam ponsel, ragu-ragu untuk beberapa saat. Haruskah aku menghubunginya lebih dulu untuk mengucapkan terima kasih?Setelah berpikir panjang, berdasarkan prinsip hidupku selama ini, aku memutuskan tetap harus berterima kasih.Menerima bantuan orang lain tanpa menunjukkan rasa terima kasih, bukanlah prinsipku.Apakah dia menerima atau tidak, itu urusan dia. Tapi aku sendiri harus menunjukkan sikap yang pantas.Jadi, aku mengambil kartu nama yang diberikan Mudi padaku saat meninggalkan pabrik militer hari itu, lalu meneleponnya dengan penuh hormat."Halo Bu Nora," jawab Mudi di balik telepon.Aku langsung paham, mungkin ini nomor kerja Billy.Dengan statusnya, dia tidak mungkin sembarangan membagikan nomor pribadi."Halo Pak Mudi, aku mau berterima kasih secara langsung atas bantuan Pak Billy kemarin. Bisakah aku bertemu dengannya?" tanyaku langsung mengutarakan maksudku."Tunggu sebentar, aku akan menanyakannya dulu.""B
Steve menatapku dengan penuh kebencian sebelum berlari keluar sambil menggendong Dewita tanpa sepatah katapun.Aku berdiri di tempat dan bingung.Apa maksud dari tatapan itu?Seolah-olah dia sangat membenciku.Apa dia marah karena aku tidak membiarkannya menghabiskan empat triliun itu?Aku tidak tahu bagaimana keadaan Dewita setelahnya.Yang jelas, setelah mendapatkan gelang giok peninggalan ibuku, aku kembali ke Kota Belian dengan hati yang puas. Hari itu juga, aku pergi ke makam ibu untuk memberitahunya kabar baik ini.Saat malam semakin larut, pikiranku mulai tenang. Aku menatap gelang giok itu dan kembali dilanda kebingungan.Enam triliun ... bagaimana aku bisa membalas budi sebesar ini kepada Billy?Aku harus mencari waktu besok untuk membicarakannya dengannya. Bagaimanapun juga, uang itu harus kulunasi, kalau tidak, aku tak akan bisa tenang seumur hidup.Namun, sebelum sempat menemui Billy, masalah lain justru datang lebih dulu.Pagi-pagi saat aku baru tiba di kantor, aku melihat
Aku tak berani membayangkan bagaimana kejadian ini akan berkembang dan menjadi bahan perbincangan banyak orang.Aku juga tak tahu apakah ini berkah atau malah bencana bagiku.Namun, yang jelas saat ini, aku telah mendapatkan kembali semua harga diriku dan sekaligus memberikan tamparan keras pada Steve dan Dewita.Saat ini, bahkan jika aku harus mati untuk Billy, aku rela."Nora, sejak kapan kamu mengenal Pak Billy?" tanya Steve yang tak lagi bersikap angkuh dan menatapku dengan mata melotot.Aku memeluk erat kotak beludru di tanganku, lalu menatap mereka dengan senyuman santai, menjawab, "Bukan urusanmu.""Kamu ... "Aku yang sudah mendapatkan apa yang kuinginkan, jadi tak ada alasan untuk berlama-lama di sini. Aku bersiap untuk meninggalkan acara lebih awal.Dewita yang kesal karena merasa dipermalukan melampiaskan emosinya pada Steve, "Ayo pergi! Untuk apa tetap di sini? Semua yang kumau sudah hilang!"Steve hanya berdiri terpaku. Dia terlihat seperti orang yang baru saja mendapat pu
Billy duduk di tempat tertinggi, matanya juga bertemu denganku, lalu mengangguk kecil padaku.Detik sebelumnya, aku merasa seperti jatuh ke jurang, tetapi detik berikutnya aku seperti hidup kembali.Hatiku dipenuhi kebahagiaan yang luar biasa dan aku tersenyum padanya dari kejauhan.Aku merasa sangat berterima kasih. Meskipun gelang giok itu tidak kembali ke tanganku, setidaknya jatuh ke tangan Billy. Itu adalah akhir terbaik yang bisa kubayangkan."Enam miliar! Ada yang mau menawar lebih tinggi?""Enam miliar sekali, enam miliar dua kali, enam miliar tiga kali! Terjual! Pemilik baru gelang giok putih ini adalah Pak Billy Solene!" ujar juru lelang begitu semangat hingga suaranya hampir pecah.Seluruh ruangan meledak dalam sorak-sorai dan tepuk tangan. Semua orang menoleh ke belakang, menatap lantai dua dengan penuh antusias.Namun, Billy tetap duduk tenang, seolah ini adalah hal yang sepele baginya. Dia tampak seperti seorang raja yang menerima penghormatan dari banyak orang.Di sampin
Aku menahan diri sekuat tenaga agar air mataku tidak jatuh.Rasa sakit terdalam datang dari orang yang dulu paling kucintai.Keputusasaan dan kebencian memenuhi dadaku, bahkan jemariku pun bergetar.Setelah beberapa saat, tiba-tiba aku merasa lega. Aku menoleh ke arahnya dan bertanya, "Kalau aku terus menaikkan harga, kamu akan tetap mengikutinya?"Tatapan Steve bergetar, seolah dia juga merasakan sakit, lalu dia berbisik, "Nora, jangan keterlaluan!"Aku mengabaikannya, tersenyum tipis, lalu mengangkat papan, "Dua triliun seratus miliar!"Paling buruk, aku akan menjadi bahan tertawaan dunia, menjual perusahaanku untuk membayar denda dan memulai semuanya dari nol.Namun, kalau aku menang, bukankah itu berarti dia akan mengalami kerugian besar dan merasakan sakit yang sama?"Nora!" Seperti yang kuduga, begitu aku menyebut angka itu, Steve langsung kehilangan ketenangannya.Namun, Dewita yang naik tidak mengerti situasinya.Melihat Steve tidak segera menawar lagi, bahkan saat juru lelang
Setelah mendengar penjelasan dari juru lelang, aku semakin yakin ini memang gelang giok milik ibuku. Gelang ini awalnya beredar di kalangan kolektor barang antik di Kota Belian. Awalnya nilainya diremehkan, tetapi setelah bertemu dengan seorang ahli, barulah gelang ini diakui sebagai barang berharga dan akhirnya muncul di lelang ini."Harga awal untuk gelang giok susu ini, empat puluh miliar."Begitu juru lelang menyebutkan harga, seseorang langsung mengangkat papannya, "Lima puluh miliar.""Enam puluh miliar."""Enam puluh empat miliar."Aku tetap tenang dan tidak terburu-buru menawar. Aku ingin melihat dulu bagaimana situasinya berkembang.Namun, tiba-tiba Dewita mengangkat papan lelangnya, "Seratus miliar!"Ruangan mendadak riuh, semua orang menoleh ke arah mereka.Aku terkejut, wanita munafik ini benar-benar mulai menyerang."Seratus miliar sekali, seratus miliar dua kali, seratus miliar ... "Sebelum juru lelang menyelesaikan hitungannya, aku akhirnya mengangkat papan, "Seratus se
Tapi, aku tiba-tiba teringat, beberapa hari lalu, Steve pernah bilang kalau dia tidak punya cukup uang tunai sebanyak dua triliun saat ini.Aku pun kembali optimis, kalau mereka tidak punya cukup uang, berarti peluangku untuk menang masih besar.Acara lelang segera dimulai.Rumah lelang ini termasuk salah satu yang terbaik di dunia dan setiap tahunnya, acara lelang amal mereka selalu menarik banyak orang kaya dari dalam maupun luar negeri.Di antara para tamu, aku melihat beberapa wajah yang familiar, mereka adalah orang-orang kaya dari Kota Belian.Barang yang dilelang di awal berupa lukisan terkenal dan guci antik dengan harga terendah pun mencapai puluhan miliar.Para miliarder itu begitu semangat menawar, seperti hanya sedang membeli sayur di pasar.Aku diam-diam merasa kagum sekaligus cemas, bagaimana kalau aku tidak bisa memenangkan lelang untuk gelang itu?Sementara itu, Steve dan Dewita duduk berdampingan, sesekali berbisik satu sama lain. Mereka terlihat mesra, seolah lupa bah