Home / Pernikahan / Ditalak 3 Lewat Telepon / 40. Ayo Kita Menikah!

Share

40. Ayo Kita Menikah!

last update Last Updated: 2023-06-25 17:17:13

Atira melirik tajam ke arah Zafran. Saat ini mereka sedang berada di parkiran sehingga wanita itu tak ingin menutupi lagi semua gerak-geriknya. Biarkan saja ia menampakkan amarahnya kepada Zafran, toh tak ada paparazzi di sana.

“Tira, please!” mohon Zafran yang tak berani lagi menyentuh tangan Atira. Ia hanya mengekori wanita berjilbab nude itu.

Atira pun tak mendengarkan Zafran. Ia hanya berjalan dan terus berjalan dengan setengah berlari, wajah cantiknya pun ditekuk.

Sang supir yang melihat majikannya demikian dari kantin khusus para penunggu, langsung lari tunggang langgang dan menekan remot kontrol mobil dari kejauhan.

Atira pun segera membuka pintu belakang mobil, namun segera ditutup lagi oleh Zafran.

Atira bertambah melotot, amarahnya semakin menggunung.

“Duduk di depan, please!” mohon Zafran dengan tangan yang tetap menahan pintu mobil.

Atira mendelik saja, namun ia tetap memutar ke pintu penumpang bagian depan. Zafran yang melihat hal itu seketika berlari agar i
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   41. Perjanjian

    Zafran hanya menatap Atira tanpa menjawab ajakannya. Ia berusaha meyakinkan bahwa apa yang didengarnya bukanlah halusinasi belaka. “Kamu enggak mau? Ya udah kalau emang enggak mau. Antar aku pulang aja!” titah Atira sambil mengerucutkan bibirnya. “Bukan. Bukan begitu. Aku mau, mau banget bahkan.” Zafran segera merapat keterdiamannya. “Jangan kalau terpaksa.” Atira kembali menatap lurus ke depan. “Jalan deh, tolong antar aku pulang sekarang!” titah Atira dengan muka datar. “Tapi aku mau banget nikah sama kamu. Apa yang harus aku lakuin?” tanya Zafran meyakinkan keinginannya. “Kalau kamu yakin, besok pagi jemput aku di apartemen, ya sekitar jam 6. Aku mau kita tanda tangani perjanjian pra nikah. Anggap saja pernikahan kita itu layaknya kupu-kupu dan bunga, ada simbiosis mutualisme yang sama-sama menguntungkan. Aku... ehmm, karirku akan aman. Kamu juga bisa mendompleng popularitas sekolah. Ya, sama-sama saling menguntungkan bukan?” tanya Atira dengan serius. Zafran mengulum s

    Last Updated : 2023-06-26
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   42. Perjanjian

    “Siapa?” tanya Atira yang langsung menegakkan duduknya. “Roni,” jawab Zafran bersamaan dengan kemunculan Roni di ambang pintu, lengkap dengan notebook hitam yang ia pegang. “Pagi, Bu!” sapa Roni kepada Atira. “Pagi! Silakan duduk!” ucap Atira kepada Roni. “Terima kasih,” jawab Roni yang langsung mendudukkan bokongnya di single sofa yang bersinggungan dengan Zafran dan Atira. “Langsung aja, Ron!” titah Zafran. Roni pun mengangguk dan langsung meletakkan notebook di meja sofa, kemudian membuka dan menekan tombol powernya. “Aku buatkan dulu minum ya!” ucap Atira hendak berdiri. “Enggak usah, sayang!”“Enggak usah, Bu!”Ucap Zafran dan Roni bersamaan. “Kompak banget sih?” ledek Atira sambil terkekeh. Zafran dan Roni pun ikut terkekeh mendengar ledekan Atira. “Kalau enggak sehati, udah aku pecat dari dulu,” ucap Zafran dengan jumawa. Roni pun hanya menganggukkan kepalanya sambil terus terkekeh. “Eh, tunggu... tunggu! Sebenarnya, hubungan kalian itu apa?” tanya Ati

    Last Updated : 2023-06-26
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   43. Izin Selanjutnya

    Atira menatap tak percaya bahwa Zafran langsung membubuhkan tanda tangan tanpa membaca setiap poin dengan seksama. Padahal menurut Atira, isinya tentu saja banyak menguntungkan dirinya. Atira juga tentunya tak bodoh, ia melihat bahwa Zafran tak membacanya sama sekali meskipun ia memegangnya, seolah ia sedang membaca semua. “Kamu yakin? Enggak bakalan nyesel kan?” tanya Atira ingin meyakinkan. “Ya. Apapun itu,” ucap Zafran sambil menyerahkan lembaran itu kepada Atira. Sekarang kamu yang tanda tangan!” ucap Zafran yang kini menyodorkan pulpen miliknya. “Kamu yakin enggak mau nambahin apa gitu?” tanya Atira sambil mengetuk-ngetukkan pulpen di atas mejanya. “Sure, aku percaya sama kamu,” ucap Zafran tulus. Atira serasa melayang di awang-awang mendapatkan perlakuan manis dari Zafran. Tapi hatinya terlanjur bersumpah bahwa ia tak akan pernah lagi memberikan cinta sepenuh hati kepada lelaki manapun, walaupun keadaan hatinya berbanding terbalik. “Ehemmm... “ dehem Roni yang menyadarkan

    Last Updated : 2023-06-27
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   44. Difitnah?

    “Kamu ngapain ke sana?” tanya Zafran yang terdengar sedikit gagu. “Hallo Zafran!” ketus suara bariton dari ponsel Sella. Tentu saja ia sangat mengenal suara itu, suara lelaki yang membuatnya ada di dunia ini. “Hallo, Pih!” jawab Zafran tanpa berpura-pura tak tahu. “Detik ini juga, bawa perempuan itu ke sini!” titah pak Suwardi, ayah Zafran. “Tapi Pih... “Tiba-tiba sambungan telepon pun berbunyi tut yang menandakan bahwa obrolan mereka telah terputus. “Isshhh, bagaimana ini?” monolog Zafran sambil menyukai rambutnya. Zafran segera mengeluarkan ponsel seharga motor miliknya, kemudian mendial nomor Roni. “Hallo Ron. Hari ini juga kamu harus dapat rumah terbaik buat saya dan Ateera. Belikan juga Ateera mobil sport terbaik, high MPV buat anak-anak. Pastikan semua kebutuhannya dan juga anak-anak terpenuhi! Jangan lupa, booking ballroom hotel terbaik untuk acara minggu depan, tapi jangan milik kita!” Zafran segera menutup teleponnya. Ia hanya tinggal menunggu kabar dari Ro

    Last Updated : 2023-06-27
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   45. Permulaan Perjuangan

    “Eh, anda siapa? Datang-datang fitnah saya! Kenal juga enggak,” ucap Atira sambil berdiri dan menantang balik. “Bagus, punya nyali juga ya!” ucap wanita itu sambil berkacak pinggang. Meskipun nyalinya tiba-tiba menciut setelah melihat Atira dari dekat. Zafran yang mendengar hal itu, segera menghampiri wanita yang sedang mengolok-olok Atira.“Kamu siapa? Saya akan laporkan kamu atas tuduhan pencemaran nama baik,” ujar Zafran dengan sorot mata tajamnya. Wanita itu langsung kikuk dan sedikit melupakan dialog yang harus ia ucapkan. “Ayo, kalau memang fakta kamu buktikan dong, jangan bisanya Cuma fitnah.”“Kita dukung mbak Ateera!”Beberapa ucapan pengunjung yang saat itu cukup ramai pun, langsung terdengar bagai dengungan lebah. Untungnya, semua mendukung Atira. Jadi, wanita itu lebih kuat berdiri di atas kakinya sendiri. Wanita itu kini terpojok dan hendak menangis. Namun, beberapa saat kemudian ia pun mengingat sesuatu. “Ya, kamu mere

    Last Updated : 2023-06-28
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   46. Ehemmmm...!

    “Emmhh, kamu enggak bercanda kan?” tanya Atira lagi. Zafran hanya tersenyum, kemudian ia turun dari mobil. Atira tak langsung mengikuti langkah Zafran, ia masih bengong dengan segala pikirannya. “Ayo, sayang!” ajak Zafran yang ternyata telah membukakan pintu mobil di sisi Atira. “Ah, iya,” ucap Atira yang akhirnya turun dari mobil. Zafran menutup kembali pintu mobil dan mengajak Atira untuk masuk. “Zafran, aku enggak bawa apa-apa, malu!” ucap Atira menahan ujung baju Zafran. “Enggak apa-apa,” ucap Zafran berusaha menenangkan Atira. Tapi, wanita berjilbab peach itu mengerucutkan bibirnya dan menahan langkah. “Bisa enggak sih kalau enggak masuk dulu, aku mau pesan kue viral via aplikasi,” mohon Atira. “Oh, kalau kue sih ada di bagasi. Tadinya aku mau bagi istrinya Roni, ngebujuk karena suaminya sering lembur,” ucap Zafran sambil membuka bagasi mobil sedan yang tadi dibawanya. “Ini, cukup?” tanya Zafran seraya menyerahkan bingkisan cantik 3 box kue.“Ini, enggak apa-ap

    Last Updated : 2023-06-29
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   47. Menguak Masa Lalu

    Zafran baru menyadari dengan ucapannya sendiri. Jangan-jangan, ucapannya barusan jelas terdengar oleh ayahnya. “Kacau,” lirihnya di dalam hati. “Assalamu’alaikum, Pih!” sapa Zafran sambil meraih tangan Pak Suwardi yang tengah menatapnya tajam. “Pih, Zafi bawa calon mantu buat papih,” ucap Zafran sambil menunjuk ke arah Atira yang berada di sebelah kirinya. “Zafi!” kekeh Atira di dalam hatinya. Untung saja sedari tadi dia sudah memasang senyum termanis di hadapan Pak Suwardi, sehingga tak nampak jika dirinya sedang menertawakan panggilan kecil Zafran. Tiba-tiba Atira agak terkaget saat tangan Zafran menowel lengan kanannya. “Eh... “ Atira melihat tatapan kode dari Zafran dan ia pun langsung mengerti. Bagaimana bisa ia melamun di saat-saat seperti ini hanya karena nama kecil Zafran. “Assalamu’alaikum, Om!” ucap Atira sambil melambaikan tangannya. Tak ada jawaban apapun dari lelaki paruh baya itu. Atira pun menjadi kikuk dan salah tingkah. “Duduk yuk, sayang!” ajak Zafran sam

    Last Updated : 2023-06-29
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   48. Kita Akhiri Saja!

    “Sebegitu besarnya kah kebencianmu padaku, Mas? Sampai-sampai kau fitnah aku sedemikian kejinya,” ucap Helen yang mulai tersedu. Wanita cantik itu bersandar di pelukan bu Haliza. Kondisinya membuat iba siapapun yang mendengar derai tangisnya. “Ada apa ini? Saat ini harusnya pertemuan antara Atira dan calon mertua. Kenapa ada orang luar di sini?” tanya Zafran dengan mata nyalangnya. “Zafi! Jaga ucapanmu! Sudah lama Helen bukan orang asing. Dia bagian dari keluarga kita,” ucap pak Suwardi dengan suara yang menggema. Matanya menatap Zafran nyalang dengan tangan terkepal. “Baik. Kalau dia bukan orang asing, maka aku yang menjadi orang asing buat kalian. Dan kamu... “ tunjuknya kepada Helen. “Aku tahu seperti apa rupamu. Aku tidak membuka bukti-bukti kebejatanmu, karena aku masih menghargai dan menjaga nama baik Pak Syahid sebagai orang tuamu. Tapi kalau kau memutar balikkan fakta, dan kembali berusaha memfitnah Atira seperti tadi pagi, maka kupastikan satu negara akan tahu siapa kam

    Last Updated : 2023-06-29

Latest chapter

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT 188

    Atira menutup buku Yasin yang ia baca di depan makam bu Asih. Ia pun memandangi makam yang berada di sebelah kanannya, yang masih tertutup gundukan tanah merah, tanda makam itu masih baru. Sedangkan, sebelah kirinya ada makam kecil yang juga masih bergunduk tanah Merah, makam anak yang belum pernah lahir ke dunia bahkan belum diketahui jenis kelaminnya. Hanya saja, Zafran dan Atira sepakat menamainya dengan nama Ahmad, sebuah nama yang ia sandarkan kepada sosok agung yang ia kagumi. “Sayang, ayo!” Zafran meletakkan tangan di atas pundak Atira. Dengan penuh kelembutan, lelaki itu mengajak Atira untuk beranjak dari sana. Atira mengangguk tanpa menoleh. Ia pun menghapus sisa air matanya, kemudian ia bangkit dan berbalik, mengikuti langkah Zafran. Mereka pun berjalan ke arah mobil dengan bergandengan tangan. Zafran mempersilakan Atira untuk menaiki mobil jenis high MPV milik mereka terlebih dahulu. “Sayang, bagaimana dengan kasus mas Bayu dan... Emmhh... “ pertan

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 187

    “Jadi, kapan hubungan kalian putus?” tanya pak Hilman saat dokter Fajar baru duduk. “Mohon maaf, Pa! Saya belum sempat datang menghadap Papa!” ucap Fajar masih dengan kepala tertunduk. Sedari dulu, Ia memang begitu segan dengan pak Hilman yang merupakan cendikiawan dalam bidang kesehatan. Sedangkan, keluarga besarnya merupakan pejabat publik yang memiliki pengaruh besar di negri ini, mulai dari orang tua sampai saudara-saudaranya, semua merupakan pejabat pemerintahan. “Heemmmmhhh,” Pak Hilman menghembuskan nafas panjangnya. Ia diliputi perasaan kecewa, tapi ia pun tak bisa menuntut apapun karena ia mengetahui bahwa Yasmin lah yang salah. “Jadi, sesibuk apa kamu? Sampai-sampai tak sekalipun sempat untuk mengembalikan Yasmin padaku!” tanya pak Hilman tanpa menatap dokter Fajar, namun lelaki itu seolah ditelanjangi oleh pertanyaan lelaki paruh baya itu. “Maaf.” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Fajar. Ia tak membela diri sedikitpun. “Kau juga sibuk mengejar istri orang.” Tiba

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 186

    “Ah, enggak apa-apa,” sangkal bu Retno yang merasa tak perlu banyak berbasa-basi dengan orang yang baru dikenalnya. Bu Retno memang tahu bahwa bu Nurul dan putranya adalah dua orang yang telah menyelamatkan Atira. Ia berbuat baik kepada wanita yang ia sayangi seperti anaknya sendiri, tapi ia belum mau begitu terbuka dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Ia masih harus berhati-hati. Bahkan, dirinya pun sudah pernah menjadi orang yang membahayakan bagi orang-orang yang berada di sekitar Atira. “Bu Asih,” lirihnya pelan. Ia masih merasakan sakit luar biasa saat mengetahui fakta bahwa bu Asih telah tiada. Padahal, ia pernah akan meracuni pak Suwardi dan istrinya, hanya untuk ditukar dengan keselamatan bu Asih. Janji orang jahat memang tak dapat dipercaya. “Kenapa, Bu?” tanya bu Nurul yang masih mendengar ucapannya, meskipun pelan. “Ah, emmhh... itu... “ bu Retno tergagap mendengar pertanyaan dari bu Nurul. “Nenek, ayo masuk!” seru Davin yang tiba-tiba mu

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 185

    “Mama! Mama!” Suara itu terdengar begitu nyata bagi Atira. Ia merasa mendengar panggilan dari kedua anak kesayangannya. “Heemmm.” Hanya ucapan itu yang mampu keluar dari mulutnya. “Mama!” Terdengar lagi panggilan itu, panggilan Davin dan Daffa yang kini terdengar lebih nyaring bagi Atira. “Hemmm.” Kembali, hanya suara itu yang mampu ia katakan untuk menjawab panggilan dari kedua anaknya. “Mama! Mama bangun, Ma! Mama jangan tinggalin kita!”“Iya, jangan tinggalin kita kaya Nenek! Bangun, Ma!” Atira tersentak dari ketakberdayaannya. Ia harus menggaris bawahi kalimat meninggalkan kami seperti Nenek. Apakah suara-suara itu isi hati Davin dan Daffa. Dengan keinginannya yang kuat, Ia meminta pertolongan Tuhan agar segera membawanya kembali. “Davin, Daffa!” lirihnya seraya membuka mata dan langsung mencari sosok orang yang ia cari. “Mama! Papa, Mama sadar,” pekik Davin sambil mengalihkan pandangannya ke belakang. Zafran

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 184

    “Tolong istri saya, Pak!” pinta Zafran seraya menunjuk ke arah Atira yang kini terkulai lemas di pangkuannya. “Dia Bos saya Pak, korban,” ucap Aji yang tiba-tiba muncul dari belakang polisi tersebut. “Kami butuh tenaga medis. Di dalam sudah kondusif,” ucap polisi tersebut berbicara lewat walkie talkie yang dia sampirkan di pinggangnya. Setelah itu, ia menodongkan senjata ke beberapa orang lain yang menjadi pelaku kejahatan. Beberapa polisi itu melumpuhkan mereka, menelungkupkan dan menyimpan tangan mereka di belakang. Suasana di dalam cukup menegangkan. Mirip seperti polisi kriminal yang sedang menangkap teroris. Untung saja Aji membersamai mereka sehingga Roni dan Zafran tak ikut dilumpuhkan. Aji menghampiri Zafran yang masih memeluk Atira, menguatkan wanita itu. Sedangkan Roni, ia membantu melepaskan ikatan Ressa, kemudian membantunya untuk duduk. Ressa melepas sendiri kain yang menyumpal mulutnya, sebelum akhirnya pecah tangisannya. “Yasmin! Yasmin!”

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT 183

    Atira langsung meninggalkan pekerjaannya untuk membuka tali yang mengikat kaki Ressa. Ia tak peduli apakah ia akan sempat menyelamatkan Ressa atau tidak, yang pasti ia harus secepatnya mencoba. Buggg... Prang... “Awww... “ Lelaki itu tersungkur tepat di depan wajah Ressa yang masih menangis tanpa bisa mengeluarkan suara, karena mulutnya masih tersumpal. Sedangkan kapak itu jatuh ke lantai, setelah sebelumnya sempat melukai orang ber-hoodie yang berada di sisi lain kepala Ressa. Yang saat terkena parang, ia sedang merapalkan mantra sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya. Atira cukup kaget karena dia belum melakukan apapun kepada lelaki itu. Orang yang menggagalkan niat lelaki ber-hoodie untuk mencelakai Ressa adalah wanita ber-hoodie yang sudah dilumpuhkan oleh Atira di awal. Wanita ber-hoodie itu kembali terjatuh setelah melakukan aksinya tadi. Atira tak begitu peduli, ia langsung menyerang lelaki ber-hoodie yang saat ini masih tersungkur di depan Ressa. Buggg... A

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   182. Sekte Iblis

    “Mantra?” tanya Zafran meyakinkan. Atira menganggukkan kepalanya, “Sepertinya begitu!” jawab wanita cantik itu. Tanpa sepengetahuan Zafran, kini Atira sudah siap dengan senjata apinya, yang dia sembunyikan tepat di belakang pinggulnya. Untung saja, tadi dia sempat membuka penguncinya. Zafran sudah tiba di mulut lorong tangga. Ia langsung mengintip ke sumber suara, dimana terdengar kalimat-kalimat yang terdengar kuno kini diucapkan. Zafran menahan nafasnya saat netranya melihat pemandangan yang cukup mengerikan. Meskipun dia tidak begitu terpengaruh dengan hal-hal yang diluar nalar, tapi ketika dia melihat seorang wanita yang diikat di atas meja, layaknya sebuah hidangan dan dikelilingi oleh orang-orang yang menggunakan hoodie hitam panjang, perasaannya menjadi tak karuan. Tanpa pikir panjang, Zafran langsung keluar dari persembunyiannya. Ia bermaksud ingin memukul empat orang berhoodie yang kini sedang mengelilingi wanita yang nampak sangat lemah. Tanga

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   181. Mantra

    Atira menyiramkan air dingin dari gayung itu tepat di wajah Zafran. Rasanya tak tega, tapi ia harus melakukannya. “Apaan ini?” teriak Zafran langsung berdiri dan mundur. “Maafin aku, Zafi! Tapi syukurlah, kamu sadar,” cicit Atira seraya mendekati Zafran, memegang pundaknya dengan maksud menenangkan. Sepersekian detik, Zafran langsung menyadari apa yang terjadi padanya. “Sayang, kenapa kamu disini?” tanya Zafran tak terima karena istrinya berada dalam bahaya jika bersamanya di sana. “Aku udah bantu kamu, loh!” protes Atira sambil mencebikkan mulutnya. “Andi juga si...!”Byurrr... Belum selesai Atira mengucapkan kalimatnya, Deni sudah menyiram Andi dengan air dingin yang ia ambil dari kamar mandi. Namun sayang, hal itu tak lantas membuat Andi terbangun seperti Zafran. “Lagi!” titah Roni seraya menepuk-nepuk pipi Andi cukup kencang. Tak ada sahutan sama sekali. Lelaki itu masih lelap dalam ketaksadarannya. “

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   180. Byurrrr...

    Sejurus kemudian, lelaki itu mengangkat kakinya untuk menendang Atira yang jatuh di lantai. Refleks, Atira menangkap kaki lelaki tersebut dan menariknya sampai lelaki itu kini terjatuh tepat di samping Atira, setelah wanita itu sedikit bergeser. Dengan cepat, Atira menekan leher lelaki itu dengan sikunya sekuat yang ia bisa. Menekan semua rasa kaget dan khawatir dengan keadaan sang suami. Lelaki itu menepuk-nepuk lantai tanda menyerah, tapi Atira tak peduli. Ia terus menekannya sampai tak ada pergerakan lagi dari lelaki itu. Atira melepaskannya, kemudian ia memeriksa denyut nadi di lehernya. Bagaimana pun, dia bukanlah seorang pembunuh dan ia tak mau melakukan hal itu walaupun dalam keadaan terdesak. Saat ia masih merasakan ada denyutan di sana, ia pun merasa lega. Ia meninggalkan kedua lelaki itu di sana, kemudian mengunci pintu kamar dengan kunci yang memang tergantung di lubang handlenya. Tanpa banyak kata, Atira segera berbalik melihat keadaan Zafran.

DMCA.com Protection Status