“Halo, Pak Aldi.” Sebuah senyum lebar terlihat di wajah tampan Reno yang berada tepat di depan Aldi.Pria berambut ikal itu hanya melirik Reno sekilas sebelum melanjutkan langkahnya. Reno tertawa kecil begitu melihat sikap Aldi yang memilih untuk mengabaikannya.“Kamu tidak mau membalas sapaanku? Wah, bukankah jajaran direksi tidak boleh merasa arogan dan mengabaikan aktor paling berbakat mereka?” tanya Reno sembari mengikuti langkah Aldi.Lagi-lagi, pria berambut ikal itu berjalan melewati lorong dan memasuki lift di ujung ruangan tanpa mempedulikan keberadaan Reno.“Sudah berapa lama sebenarnya kamu menjabat sebagai presdir sampai bisa mengabaikanku begitu? Aku jadi penasaran apa selama ini kamu menghinaku di belakang karena tidak tahu siapa yang selama ini aku ancam,” ucap Reno sembari tertawa pelan. Ada rasa getir ketika mengakui kalau posisi Aldi memang berada di atasnya, padahal selama ini dia selalu menghina dan merendahkan pria itu.“Ada apa?” tanya Aldi sembari menatap layar
Ceklek. Luna menatap kosong pada ujung bawah tempat tidur. Foto hitam putih yang tadi diremasnya masih berada di sana. Dan sejak tadi, Luna hanya memandangi gumpalan foto itu tanpa berpindah dari tempat duduknya sama sekali. Langkah kaki Bi Imah yang membawa sebuah kresek besar sama sekali tidak membuat Luna menoleh. Wanita cantik yang sudah berhari-hari tidak merawat dirinya dengan benar itu seolah berada di dunianya sendiri. "Bu? Bu Luna!" panggil Bi Imah sembari menggerakkan tangan di depan wajah Luna. Asisten rumah tangga itu mengikuti arah pandang Luna dan menemukan seonggok kertas yang berada di ujung bawah tempat tidur dan bergerak untuk mengambilnya. "Ah, Bi Imah. Maaf, saya tadi melamun, sampai tidak sadar kalau bibi sudah ada di sini," ucap Luna sembari beranjak dari tempat duduknya. Tidak terasa, sudah berjam-jam dia berada di posisi yang sama setelah bicara dengan Reno pagi tadi. Luna menggerak-gerakkan tubuhnya demi menghilangkan rasa sakit dan kaku yang menyelimutiny
"Apa ibu yakin sudah benar-benar pulih?" tanya Bi Imah yang tengah membersihkan kasur yang biasa ditempati Luna. Sementara itu, Luna tersenyum lebar sembari meregangkan tubuhnya di sisi lemari. "Iya, Bi Imah. Yah, meskipun saya tetap harus menjalani beberapa terapi setelah keluar dari sini, tetapi sekarang saya sudah merasa jauh lebih baik," jawab Luna dengan percaya diri. Bi Imah menatap wanita yang sudah lima tahun menjadi majikannya itu. "Tapi apa ibu yakin buat ketemu sama Pak Reno lagi?" Pertanyaan Bi Imah kali ini terdengar lebih pelan dan hati-hati, tetapi tatapan matanya menunjukkan kekhawatiran yang sangat jelas. Luna menghentikan kegiatannya dan menatap Bi Imah balik. Dalam hati kecilnya, Luna juga merasakan kekhawatiran dan ketakutan yang sama dengan Bi Imah, tetapi Luna sadar bahwa dia harus menyelesaikan apa yang sudah dimulainya. "Tenang saja, Bi. Kali ini keputusan saya sudah sangat bulat. Saya tidak akan terpengaruh pada apapun lagi," ucap Luna sembari terkekeh pel
Luna menatap pantulan dirinya di cermin besar yang berada di kamar dengan dominasi warna putih itu. Sudah dua hari sejak dirinya diperbolehkan keluar dari kamar, tetapi Luna memilih untuk tetap menempati kamar itu alih-alih kembali ke kamar utamanya dengan Reno.“Wah, Bu Luna sudah cantik saja. Ibu mau pergi ke mana hari ini?” Suara Bi Imah yang memasuki kamar dengan sebuah paketan membuat Luna menoleh dan tersenyum senang.“Saya mau jalan-jalan, bi. Sudah lama sekali saya tidak keluar rumah, kan. Karena sudah selesai terapi juga, jadi saya mau nyenengin diri sendiri. Bi Imah mau dibawakan apa?” tanya Luna sembari menguncir rambut panjangnya. Kali ini Luna memilih mengenakan pakaian yang simple dan nyaman, yaitu kemeja lengan pendek berwarna tosca dan celana panjang berwarna putih tulang.Bi Imah menggeleng pelan dan menatap Luna dengan ekspresi senang yang terpancar jelas di wajahnya. “Tidak usah repot-repot, bu. Saya sudah sangat senang melihat ibu bisa keluar dari kamar kurungan in
“Memang siapa lagi yang sangat peduli pada saya sampai mengikuti saya seperti ini selain mas?” tanya Luna sembari terkekeh pelan.Aldi tersenyum kecil mendengar pertanyaan Luna. Ternyata dirinya terlalu mudah ditebak jika itu berkaitan dengan wanita cantik di depannya. Sejujurnya, Aldi juga tidak menyangka dia akan berakhir di hadapan Luna seperti ini.Aldi memang sudah menunggu di depan rumah Luna sejak pagi tadi, tetapi pria itu masih belum yakin untuk masuk dan menemui Luna karena takut mengganggu Luna yang tengah menenangkan diri. Hingga akhirnya, Aldi memutuskan mengikuti taksi online yang membawa Luna untuk memastikan keamanannya.“Haha, maaf kalau saya membuat kamu tidak nyaman. Begini, saya hanya tidak mau terjadi sesuatu yang buruk—” Ucapan Aldi terhenti karena fokusnya beralih pada Luna yang tersenyum manis padanya.“Tidak perlu dijelaskan, mas. Saya paham betul maksud Mas Aldi. Saya justru berterima kasih karena Mas Aldi mau repot-repot menyusul saya ke sini,” kata Luna dib
Tok. Tok. Tok.Suara ketukan dari pintu kayu di dekatnya membuat Luna menoleh. Di sampingnya, Bi Imah menahan tangan Luna dan menatap wanita itu dengan penuh kekhawatiran.“Bu, apa ibu tidak mau membatalkan saja janji hari ini? Untuk apa sih bu menuruti keinginan Pak Reno? Bagaimana kalau nanti Pak Reno malah berniat jahat sama ibu?” tanya Bi Imah dengan suara pelan.“Pak Gunawan dan Pak Aldi juga pasti sangat menentang keputusan ibu ‘kan?” sambung Bi Imah dengan ekspresi khawatir.Luna menatap asisten rumah tangganya dan mengangguk pelan. “Tidak apa-apa, bi. Kali ini, saya ingin membuat kenangan baru dengan Mas Reno. Setidaknya, dua hari ini bisa menjadi dua hari yang paling berkesan dari lima tahun pernikahan kami. Lagipula, saya juga akan langsung lari atau mencari bantuan kalau Mas Reno mulai emosi lagi, jadi, Bi Imah tenang saja ya,” ujar Luna menenangkan wanita yang sudah dia anggap seperti ibunya itu.“Ibu dan ayah juga senang sekali mendengar rencana kami untuk menghabiskan wa
Reno meraih tangan Luna dan membawanya keluar dari dalam mobil hitam yang sudah terparkir di depan sebuah hotel besar yang berhadapan langsung dengan sebuah pantai dan laut yang tampak sangat tenang dan indah.“Bagaimana menurutmu? Kamu sangat suka laut bukan? Dan malam ini, kita akan menghabiskan malam panas di sisi laut,” ucap Reno sembari menjawil pelan hidung Luna. Wanita cantik itu hanya mengernyit pelan dan melangkah lebih dulu di depan Reno.Reno hanya terkekeh pelan melihat sikap Luna yang sejak tadi sangat dingin dan menjaga jarak darinya. Bukankah Luna juga mengatakan dia ingin membuat kenangan baru dengannya? Tetapi dia bahkan sangat jarang menatap mata Reno dan lebih banyak diam selama berada di dalam mobil maupun pusat perbelanjaan.Reno menatap tote bag berwarna hitam dari sebuah brand ternama yang berisi tas tangan pilihan Luna. Harus dia akui, Luna memang selalu dapat diandalkan ketika mereka berada di tengah keramaian. Wanita cantik itu mendadak sangat clingy padanya
Luna memundurkan tubuhnya dan mengelus pelan dada bidang Reno yang tidak tertutup oleh apapun. Wanita cantik yang masih mengenakan pakaian lengkap itu terkekeh pelan.“Kenapa mas hari ini tampan sekali sih? Aku jadi gemas,” geram Luna sembari mengecup pelan dada suaminya dan beralih pada wajah tampan Reno.Aktor tampan itu tersenyum lebar dan meraih tangan Luna sebelum membawanya mendekat pada tempat tidur. “Ada apa, Luna? Bukankah sejak tadi kamu menolakku? Lalu sekarang mendadak menggodaku seperti ini?” tanya Reno sembari memainkan tangannya di bagian belakang tubuh Luna, membuat istrinya melenguh pelan dan menyenderkan kepala di pundaknya.Senyum Reno berubah menjadi sinis setelah mendapati reaksi Luna. “Ternyata obat yang kutambahkan diminumanmu bereaksi dengan cepat ya,” gumamnya sembari tertawa kecil.“Sekarang, karena kamu yang memulai, kamu juga tidak bisa lagi menghentikannya. Setelah anak kita lahir nanti, kamu akan selamanya terikat denganku, Luna,” sambung Reno yang kini s