Share

12. Penurut, bukan bodoh.

Penulis: Rinnaya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-10 19:10:34

Duduk di teras merupakan aktivitas harian Renja setelah dia menikah. Menikmati teh hangat dan cemilan, sembari mendengarkan burung bernyanyi dan menari di dahan pohon. Renja khawatir dirinya akan gemuk, dia jarang bergerak setelah menyelesaikan pekerjaan rumah di pagi hari. Lalu cemilan ... Renja mendorong semua bungkusan, sudah cukup makannya.

Untuk memastikan Renja menatap lengannya, lalu bernapas lega sebab benjolan tulang di pergelangan tangan masih terlihat. Telapak tangan Renja halus dari yang semula kasar, dia mulai memperhatikan penampilan agar suaminya tidak berpaling.

"Kapan Darel akan keluar?" Menoleh ke dalam, pada satu pintu di sebelah kamar yang tertutup rapat. Sudah delapan hari Darel tidak pergi ke bengkel, banyak menghabiskan waktu di ruangan itu. Entah apa yang pria itu lakukan, katanya merupakan pekerjaan penting.

'Dia akan menegurku jika dia lapar, atau ingin bercinta,' rutuk Renja memajukan bibir, menyayangkan Darel mesra hanya ketika melayani nafsunya.

Renja m
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   13. Berkunjung untuk sakit.

    [Kaka, mama sakit. Kakak disuruh ke sini.]Baru saja Renja menyentuh benda pipih setelah usai membersihkan halaman, membaca pesan Sera yang terlewat beberapa menit lalu dalam kernyitan jelas. Renja penasaran mamanya sakit apa? Bergegas mengetuk pintu ruangan Darel. “Apa?” Darel menyembulkan kepala seperti kura-kura, kacamata terbingkai di hidung mancungnya namun tidak dapat menyembunyikan mata lelah. Renja jadi ragu meminta tolong padanya. “Aku mau ke rumah mamak, em… kau mau ikut?”Darel menoleh ke belakang, pada sesuatu yang membuat dia lelah dan entah apa itu. Menoleh kembali, Darel memperbaiki posisi kacamata sembari berdehem. “Aku tidak ikut, kau pakai saja motorku.” “Baiklah.” Renja kembali ke kamar mengambil salah satu tas cantiknya, mengisi beberapa lembar uang tunai dan juga ponsel. Sebelum keluar Renja bercermin, tersenyum puas melihat penampilan istri di tangan suami yang tepat. Tidak tampak seperti pembantu lagi. “Setelah melihatku nanti, seharusnya mereka tahu aku h

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   14. Lelah dan kuat.

    Puluh membasahi dahi dan leher Renja, memantulkan kilatan lelah setelah dua jam lebih dia berurusan dengan pakaian kotor tanpa mesin. Renja berdiri, pinggangnya sakit dan kakinya kebas. Pakaian basah, penampilan compang-camping, bau sabun cuci di mana-mana. Pakaian tinggal di jemur, sebelum itu dia membutuhkan bantuan untuk mengangkut itu semua. Renja pergi ke luar melihat tas dan barang-barangnya terobrak-abrik berceceran di atas meja. Saat dia menatap dua orang perempuan di sisi sofa, mereka tak mengacuhkan; Sera bermain ponsel, Fika fokus pada TV. Bahkan bangkai buah bekas mereka makan enggak dibersihkan, mereka begitu malas jika ada Renja. “Sera, bantu kakak angkat pakaian buat dijemur. Berat.” Renja dengan sabar berucap, tetapi Sera enggan melihatnya seolah tidak mendengar apa-apa. “Sera,” panggil Renja menambahkan sedikit ketegasan dalam nadanya, matanya menilik besar, siap mencubit Sera jika dia belum bergerak juga. Sera meletakkan ponsel di samping tempat ia bersand

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   15. Wanita di sungai.

    Renja mengernyit sebelum ia membuka mata, mulai merasakan semua indra, dan luka di sekujur tubuh membuat dia meringis sakit. Hal pertama yang ia lihat adalah baling-baling kipas angin besar berputar di atas pada langit-langit triplek. Ah, ini kemarnya. Berusaha duduk, Renja melihat cermin besar di depan. Bajunya telah bertukar, dia juga sudah jauh lebih bersih. Berapa lama dia tidak sadarkan diri? Jendela memantulkan cahaya terang, mungkin tinggal beberapa jam lagi matahari akan turun. "Masih sakit?"Seorang pria berbadan tinggi muncul dari ambang pintu, membawa bungkusan terjuntai dari genggamannya. Renja menatap lama, menghembuskan napas panas yang ia sendiri merasakannya. Kemudian tersenyum tipis. Darel membesarkan mata, tenggorokan tercekat sehingga dia berhenti melangkah. Istrinya tampak bersinar, dibantu oleh pancaran cahaya sore dari jendela transparan bersama tirai menari-nari oleh angin. Bidadari, Renja layaknya bidadari yang singgah di tempat tidurnya. Duduk bersandar, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   16. Informasi kecil.

    Renja duduk meringkuk termenung di atas kasur, pikiran melayang pada percakapan soal anak di sungai tadi bersama Dorie. Dia dan Darel sering melakukan hubungan intim tanpa pengaman, Renja mengelus perutnya, apakah bayi kecil akan tumbuh di dalam? Dia mengganti posisi menjadi telentang, menutup mata membayangkan ada makhluk kecil berisik mengobati rasa kesepiannya, berlarian ceria, dan juga menangis. Bibir menukik tipis, jantung berdebar-debar akan masa depan di pikirannya. Renja berjanji akan menjadi orang tua yang baik, lalu jika dia melahirkan anak selanjutnya, Renja akan sangat berusaha agar memberi kasih sayang yang merata. Tapi bagaimana dengan Darel? Apa dia mau memiliki anak sesegera mungkin? “...!” Waktunya pas sekali. Terdengar suara motor Darel di depan. Renja mengintip di jendela, melihat Darel datang menenteng plastik hitam, masuk ke dalam. “Renja.” Sekarang Renja bisa mendengar suaranya memanggil. Renja turun dari kasur, membuka pintu kamar dan melihat Darel telah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   17. Warisan.

    Renja bersenandung mengayuh sepedanya di balik awan tebal yang membantu memberi peneduhan dari panas menyengat. Topi pantainya jadi tidak berguna selain untuk aksesoris saja sekarang. Sebentar lagi gerbang masuk ke dalam pemukiman hutan akan terlihat, Renja menghentikan sepeda untuk mengambil obat KB yang ia beli di apotik, lalu di sembunyikan di atas kepala atau di bawah topi agar jika kebetulan Darel ada di rumah, dia tidak melihatnya. “Wah cantiknya adek ini.” Ibu-ibu bertopi anyaman daun pandan, memakai sepatu boots berlumpur menyapa ramah. Di lihat dari penampilan dan lokasi, Renja menebak dia adalah pekerja petani padi. Renja pun balas tersenyum tak kalah ramah. “Terima kasih, ibu dari mana?”“Itu dari sawah.” Dia menunjuk hamparan hijau dan separuh kuning berdampingan yang menjadi salah pemandangan indah ketika Renja melewati jalan. “Adek tinggal di sini, ya?” Sambung si ibu. “Rumahku masuk ke gerbang itu, Buk.” Gantian Renja yang menunjuk, pada gerbang yang sudah terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   18. Mulai serakah?

    Sehabis minum obat, Renja mengoles salep pada koreng keringnya, ia lakukan secara rutin agar hasilnya maksimal sehingga tidak ada bekas jelek kelak. Dokter bilang jangan mengelupas kulit koreng kalau enggak mau berbekas. Walaupun geram, Renja menahan dirinya sekuat tenaga. “Jelek sekeli.” Renja merinding pada lempengan hitam bercorak menjijikkan baginya. “Kapan mereka akan terlepas sendiri? Padahal sudah kering-kerontang begitu.” Entah berapa kali ia bergidik sendiri, alhasil harus mencari kesibukan agar matanya tidak tertuju lagi pada koreng. Renja pergi ke dapur, berpikir untuk membuat kue coklat saja menjelang Darel pulang nanti sore. Tiba-tiba ada rasa khawatir. Bagaimana jika kulit koreng nya jatuh, masuk ke dalam adonan? Renja langsung mual membayangkan itu. Berat hati dia mengurungkan niat, meletakkan kembali tepung ke dalam stoples. Renja bergerak cepat kembali ke kamar, menghempas diri ke kasur, dia kesal pada dirinya sendiri yang menjijikkan. Menangis, memendam suara di

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   19. Keinginan besar.

    Renja terpaksa bangun dalam kondisi bingung, sesuatu tengah menggenggam dadanya kuat, dan napas panas di tengkuk menggelitik, benjolan di paha. Renja menoleh ke belakang, pada tatapan sayu Darel menginginkan pelampiasan.“Tidak perlu mengkhawatirkan lukamu lagi, kan, Renja? Semua kulitnya sudah terlepaskan?” bisiknya sambil menjilati kuping Renja. Renja merinding, menahan tangan Darel di dadanya. Terlalu kuat membuat dadanya sakit. Renja masih mencerna situasi karena otaknya lambat ketika baru bangun tidur. Pita gaun tidur Renja ditarik, menjatuhkan pakaian gadis itu tanpa merasakan perlawanan. Dia tahu Renja sedang berpikir keras sekarang. Darel bergerak menindih Renja, mencelupkan mulutnya menikmati tonjolan di atas dada istrinya. Tangan Renja terulur mengelus rambut hitam Darel, membelai penuh kasih sayang bagai seorang ibu yang menidurkan anak. “Kau haus, Darel?” Suara Renja serak-serak basah khas bangun tidur. Akhirnya ia tahu apa yang diinginkan oleh Darel, Renja tidak akan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   20. Sederhana tapi sulit.

    Kecemasan menghantam keberanian Renja, tangannya merinding memegang ponsel usai membaca pesan dari nomor tidak dikenal. [Mamak dan bapak akan ke rumahmu. Jemput kami di jembatan yang kau bertemu dengan Sera dulu.]Dari pesannya saja sudah ketahuan siapa pemilik nomor tidak dikenal tersebut, siapa lagi? Pasti mereka mendapatkan nomor Renja dari Sera. Pusing, Renja mengurut pelipis setelah meletakkan ponsel ke meja. Mereka akan datang, setelah kemarin Renja membangkang dan melarikan diri dari tugas rumah mereka. “Mampus. Tidak mungkin Mama tidak mengungkitnya.”Renja menghempaskan diri ke sandaran bangku, mendongak dan menghirup dalam-dalam udara segar dari alam. ‘Tenang, tenang. Bersikaplah seperti biasa, Renja.’ Lantas dia menoleh ke ponsel lagi—akan membalas pesannya. [Telepon aku kalau sudah dekat. Nanti aku ke sana pakai sepeda.]Renja membuang napas berat, pada akhirnya dia tidak bisa menolak kedatangan kedua orang tuanya. [Pergi sekarang, kami tidak mau kepanasan menunggu di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01

Bab terbaru

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   65. Ambisi.

    Kepala Renja mendongak tinggi, berusaha melihat sebuah bangunan mewah yang sayangnya tak dapat dicapai matanya sampai ke puncak. Kekaguman terpancar jelas dari netranya, terpaku di samping mobil dalam halaman luas tertata strategis. Saat Darel keluar dari mobil, pria itu merangkul pinggangnya, membawa Renja masuk tanpa memberikan penjelasan ini rumah siapa. “Ini rumah siapa?” tanya Renja menghentikan langkah, tangan Darel hampir terlepas dari panggangnya sebelum pria itu ikut berhenti. “Mertuamu,” jawab Darel dalam sekali helaan napas berat. Wajah Renja seketika pucat, memegang kepala dengan kedua tangan, frustrasi. Kenapa Darel tidak bilang sejak tadi? Dia tidak membawa apa pun sebagai hadiah. Bagaimana tanggapan mertuanya nanti? Terlebih ini kali pertama mereka akan bertemu. Mata Renja menilik cepat, membara kesal. “Bagaimana aku bisa masuk tanpa membawa apa pun?! Darel kau benar-benar—” Telunjuk Darel mendarat di bibir Renja, membungkuk, wajahnya begitu dekat sampai

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   64. Berbuah manis.

    [Nah, kan, benaran hamil. Selamat, Renja.] ~Dorie.Renja tersipu setelah pesannya dibalas oleh Dorie. Setelah semuanya jelas, kebahagiaan Renja sulit digambarkan. Tidak menggunakan prasangka untuk menilai, berakhir salah paham yang membuat dia hampir melakukan tindakan konyol seperti menyembunyikan kehamilan. Memang Renja harus menekankan diri untuk komunikasi, berhenti menebak-nebak seperti dia hidup sendiri saja. Kabar ini harus diberitahukan ke keluarga. Renja menggeser layar ponsel, mencari nomor kontak mamanya. Kemudian jarinya berhenti, ponsel tersebut terlepas dari genggamannya. "Astaga bagaimana aku bisa lupa?! Bapak!" pekik Renja, memegang kepala sendiri menggunakan kedua tangan. Mabuk berkelanjutan usai turun dari penerbangan, menjadi penyebab Renja sibuk memikirkan kondisi dirinya sendiri. Pun Darel tidak menyebutkan hal itu juga, selain ikut berpikir tentang sakit Renja yang sering mual kala lapar sedikit saja. Kaki Renja turun dari Ranjang, berlari kecil keluar dari

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   63. Hasilnya.

    Menjengkelkan, hari masih gelap di luar sana, dan Renja terbangun oleh gejolak di perutnya. Wanita itu melarikan diri ke wastafel, memuntahkan makanan yang ia santap semalam. Seluruh tubuh lemas, pandangan berkunang-kunang, sehingga ia harus mencengkeram erat pinggiran wastafel. Usai itu Renja tersandar di dinding, kian merosot ke bawah sampai ia terduduk di lantai. Ranja melipat tangan di perut, meringis oleh rasa sakitnya. Terpikir olehnya untuk lekas meminum obat Magh, namun bayangan Dorie muncul begitu saja. "Kau yakin itu Magh? Bisa saja kau hamil.""Ini Testpack, kau ambil." Dia menyerahkan tiga sekaligus. "Pastikan semuanya, dan beritahu aku hasilnya nanti."Benarkah hamil? Jadi bagaiamana dengan obat yang diminum Renja? Lenguhan berat lolos, bersama tangannya yang bergerak mencengkeram surainya sendiri. Denyutan pusing semakin keras, kepalanya seakan mau pecah. Tidak bisa, ia harus mengisi perutnya dengan sesuatu, sepertinya itu cara yang paling ampuh. Bersusah payah ia ban

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   62. Magh mencurigakan.

    Sudah lebih dari seminggu liburan bersama ini, beberapa kali kapal singgah di berbagai negara berbeda, dan mereka hanya turun sebentar saja setidaknya ke toko terdekat—hanya sebatas waktu kapal berlabuh. Liburan yang menyenangkan, tidak ada penyesalan sama sekali meski ada beberapa tragedi mendebarkan. Dipikir-pikir sepertinya itu merupakan pengalaman yang berkesan, akan selalu teringat sampai kapan pun. Waktunya mereka kembali pulang, naik pesawat untuk sampai ke negara asal. Seperti waktu mereka berangkat, Renja mabuk penerbangan. Lemas, beberapa kali muntah. Darel terpaksa memberinya obat tidur, atau Renja menderita sepanjang penerbangan. "Ada apa dengan Nyonya, Pak?" tanya Malen, mengambil alih koper dari tangan majikannya setelah ia melihat keberadaan mereka di bandara—bertugas menjemput Darel. Renja terkulai lemas dalam gendongan layaknya anak kecil dalam pelukan ayahnya. Mata tertutup, wajah teramat pucat. Malen mengkhawatirkannya. "Mabuk penerbangan," jawab Darel. Kemudi

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   60. Hari cerah.

    Wanita gaun biru muda di sana sangat cantik; menggunakan topi baret putih, rambut tergerai di tiup angin, lalu heels putih berenda mutiara mini melingkar di kaki rampingnya. Dia memegang pembatas besi, bercakap-cakap menghadap laut bersama satu teman wanita yang manis menggunakan rok kuning kecoklatan, dipadukan baju kuning pisang tanpa lengan. Liana diterpa kehangatan yang mampu mencairkan kristal es di hatinya. Senyumnya terbentuk tulus, tatapan terpaku pada menantunya. Bolehkah ia menyapa? Ia ingin mengobrol dengan Renja meski sebentar. Kemudian dia melirik pria yang berbaring santai di kursi, berkaca mata hitam menghadap langit biru, membiarkan matahari pagi membakar kulitnya. Dia berjarak beberapa meter dari Renja, namun bukan berarti tidak mengawasi. Liana mendesah berat, Darel tidak mungkin senang dengan keberadaannya. "Ibu menatap kakak ipar terus. Jangan sampai punggung kakak ipar jadi bolong sebab tatapanmu, Bu," singgung Dika. Dia memakai topi dan kaca mata hitam, dudu

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   59. Kapal pesiar.

    “Uh, sekarang kopermu jadi berat!” Renja menoleh ke belakang mendengar rintihan Dorie, bertanya-tanya sejak kapan wanita itu mengambil alih kopernya. Ia melirik Darel, pria itu mengangkat bahu. “Dorie, apa yang kamu lakukan?”“Aku akan membantu membawa koper, biar Darel menggendongmu. Kau masih pucat, masih sakit, kan?” ucap Dorie. Mereka terdiam di tempat memperhatikan wanita yang sibuk sendiri itu. Angin laut menyibak masing-masing pakaian serta rambut, berdiri lebih lama lagi di pelabuhan ini, Renja rasa ia akan terbawa angin. Lantas Renja melirik Zainal, pria itu diam-diam menikmati usaha istrinya. Mereka suami istri memang cocok. “Aku baik-baik saja, Dorie. Mungkin ini efek bergadang, aku tidak tidur semalaman.”Dorie sontak mendongak, melepaskan koper, berjalan cepat sehingga jaraknya hanya satu jengkal dari Renja. Telunjuknya naik satu. “Jangan bilang kau akan tidur lagi setelah naik kapal! Ayolah, Renja, apa liburan ini hanya diisi dengan tidur siangmu.”Renja menggenggam

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   58. Singapore.

    Ini baru pertama kali Renja naik pesawat, gugup dan takut. Tangannya dingin, ia menggenggam tangan Darel erat saat pesawat lepas landas terdapat guncangan tak terhindarkan. Darel sabar menenangkannya, berempati pada Renja yang mengalami pusing sepanjang penerbangan hingga pendaratan. Darel harus menggendongnya saat mereka turun, sebab wajah Renja begitu pucat tanda ia tidak berdaya. “Apa Renja baik-baik saja?” Dorie ikut khawatir, ia menyaksikan sendiri bagaimana Darel merawat istrinya tadi. “Dia akan baik-baik saja setelah bangun tidur,” jawab Darel, sembari ia mengelus punggung Renja yang digendong menghadap depan seperti anak kecil dengan menggunakan satu tangan saja—tubuh kecil Renja memudahkan Darel—sementara tangan lainnya memegang sebuah koper. Zainal, suaminya Dorie, memperhatikan bagaimana repotnya Darel. Ia takjub akan kasih sayang pria itu terhadap istrinya. Sudah sering ia berpapasan saat melewati rumah Darel, namun baru kali ini melihatnya begitu dekat. “Koper kalian

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   57. Dahulukan diri sendiri.

    “Aku tidak enak saat mereka memperlakukan aku seperti orang besar, terlebih mereka memanggil 'Nyonya'. Aku harus bagaimana?” Darel mengusap kepala Renja, rambut panjang nan halus menggelitiki telapak tangannya. Ia terus memandang wajah yang menatapnya bingung, mata bulat yang tergambarkan rasa segan oleh situasi baru baginya. “Kau tidak menyukainya?” Renja membesarkan matanya, lantas menggelengkan kepala. Bagaimana cara mengungkapkannya, ya? Bukan tidak suka, hanya ada rasa takut membuat orang lain tersinggung. Darel tertawa akan wajah panik itu. “Jangan dipikirkan, itu pekerjaan mereka, begitulah cara mereka mendapatkan uang.”Begitu simpel ternyata, Renja mendapatkan pencerahan oleh jawaban sederhana itu. Benar, itu pekerjaan mereka, ada uang yang terlibat. Bodoh sekali, padahal di rumahnya ada Fika yang rela menjadi pesuruh di pasar demi uang. Semua orang berusaha melakukan yang terbaik demi uang, kenapa ia harus segan sementara orang-orang melalui jalannya masing-masing? “Kau

  • Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir   56. Kantor.

    Ketegangan sedikit berkurang kala dokter memberitahu; Amar hanya perlu rawat inap untuk sementara waktu. Untuk saat ini dia belum sadar, diperkirakan setidaknya 3 sampai 4 hari baru bangun. Mereka mengelilingi Amar, prihatin dengan segala lukanya. Memar, banyak goresan, dan perban membalut kaki dan tangannya. “Renja, jika kau lelah tidak apa-apa pulang atau menginap di penginapan.” Fika memberi perhatian, mungkin Darel harus bekerja besok. Fika sungkan setelah mendapatkan bantuan sebesar ini, melihat menantunya tampak lelah, jika tahu diri, Fika tidak boleh membuat mereka terjaga.Renja mendongak melihat Darel, wajahnya memang menggambarkan rasa kantuk berat. Jam dinding menampilkan pukul dua dini hari, tidak masalah kan meninggalkan Fika dan Sera di sini? Lagian Amar baru akan sadar setelah beberapa hari.“Berarti besok kau tidak sekolah, ya, Sera?”“Iya, Kak. Tenang saja, aku sudah minta Giyah membuatkan surat izin.”Renja mengangguk paham, memang itu yang ia khawatirkan. Akhirn

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status