*Flashback on*
PoV Sandra
"Hana idap penyakit serius, San," kata Mas Yudi tiba-tiba utarakan hal serius padaku. Dia memang habis pulang dari rumah sakit mengantar Mbak Hana periksakan keluhannya selama ini.
"Apa? Sakit, Mas?" Aku kaget. Ini bukan kaget belaka atau sebagai basa-basi seorang wanita yang di madu.
Mas Yudi mengangguk.
"Sakit apa?" Aku benar-benar penasaran.
Hela nafas Mas Yudi sejenak itu terdengar mengerikan. Seakan ada rasa kekacauan yang amat mendalam. Seakan ada rasa kekhawatiran dan kekecewaan yang menggelora jiwa. Kedipan bola mata pun mulai terlihat berat.
"Aku berniat cek kondisi kesehatannya. Tapi ... ternyata Hana idap kank
Disangka Masih Hilang IngatanPart 73♥️♥️♥️PoV 3"Ada apa, Fer?" Aurel bertanya perihal Feri yang terburu-buru keluar hendak memanggil dokter. Dan kini dokter, pun suster telah masuk ke dalam ruangan Arjuna.Feri sangat khawatir. "Arjuna kejang-kejang. Entah kenapa." Saat Feri menjawab dokter telah masuk. Suster menyuruh mereka menunggu di luar. Termasuk Sandra yang di dalam pun sejenak di minta menunggu oleh suster."Kejang?" Aurel kaget."Kak Juna kejang-kejang?" Tania pun sama halnya."Ya Allah, selamatkanlah anak hamba." Sandra menangis meratapi kondisi Arjuna yang mengkhawatirkan. Mereka semu
Disangka Masih Hilang IngatanPart 74❤️❤️❤️PoV Arjuna***Kepalaku tadi sakit sekali. Pasti itu adalah efek dari racun yang telah masuk ke dalam tubuh. Saat aku mengingat memori dulu, sakit, otakku berfikir keras namun tak mampu menahannya. Ternyata aku sampai tak sadarkan diri. Dan kata suster, kini aku ada di ruang ICU. Apa keadaanku separah itu?Ternyata memang kini aku sudah terbaring di ruang intensif.Tadi pun mulutku di pasangi sungkup oksigen, tapi sekarang aku merasa lebih baik. Hingga kini aku sudah bisa bernafas normal perlahan. Memang ini masih mema
PoV Aurel***Kini sudah genap satu minggu sejak Arjuna berubah. Ia telah mulai mengakui kalau apa yang selama ini ia lakukan itu salah. Dia telah membenci orang yang sangat menyayangi dirinya dan juga Tania. Sosok Tante Sandra kini telah hadir sebagai sosok ibu bagi Arjuna.Sekarang Arjuna masih belum bisa pulih benar. Dia sudah lantang bicara, tapi pada saat berjalan, acap kali ia masih terkulai karena efek racun yang di berikan oleh Tante Windy. Dan sekarang, Arjuna sudah bisa pulang ke rumah. Tante Sandra dan Feri ikut menjaga dengan cara mereka tinggal bersama di rumah Arjuna. Sesuai keinginan Arjuna.Lalu Putri?Sejak saat itu, Putri pun tinggal di rumah mereka untuk bisa merawat Arjuna dengan intensif. Karena Putri juga seorang
"Tante, Juna, emm ... saya sama Feri mau izin bawa Tania untuk ikut sama kami. Rencananya Aurel sama Feri akan pergi ke rumah almarhum opa dan almarhumah oma. Apa boleh Tania ikut bersama kami?" tanyaku sedikit tak enak hati.Arjuna dan Tante Sandra heran."Memang ada apa? Kok kayak tiba-tiba?" tanya Tante Sandra. Putri pun ada di sekitar kami."Gini, Mah, rencananya Aurel mau tengok kampung halaman opa dan omanya. Sekalian ... kita juga akan cari tahu soal tante Windy yang adiknya papa Aurel itu. Ada sesuatu hal yang sedang kami selidiki, Mah." Feri menjelaskan."Soal tante Windy?" Arjuna lumayan terpancing untuk bicara kalau bahas soal mereka. Aku dan Feri manggut-manggut."Ada apa memangnya?" tanya Arjuna."Makanya kita mau cari tahu. Ada hal yang mungkin tidak di ceritakan oleh almarhum orang t
Apa yang telah di ceritakan oleh Simbok membuat aku dan Feri benar-benar kaget. Ternyata Tante Windy bukanlah adik kandung dari Almarhum Papa. Dia hanyalah anak angkat yang di temukan di teras rumah sejak usia Almarhum Papa masih balita. Usia Papa saat itu katanya baru lima tahun, dan Tante Windy, bayi yang malang itu dia ternyata baru lahir ke dunia dua bulan yang lalu.Lalu? Kenapa Simbok tahu? Padahal Tante Windy adalah anak yang di buang?Jelas saja, dan penjelasan dari rahasia ini yang makin membuatku kaget. Simbok sendiri yang menyimpan bayi itu. Dia pura-pura tak tahu, dan bayi itu adalah bayi dari tetangganya yang miskin. Karena takut kebutuhan si bayi tidak terpenuhi, jadinya bayi wanita itu sengaja di simpan di teras rumah Opa dan Oma. Karena Simbok bilang, Opa dan Oma adalah orang yang baik. Dia pasti mau merawat bayi asing. Apalagi bayinya seorang wanit
"Non sudah pulang?" tanya Simbok."Iya, Mbok. Aduh lelah sekali.""Si Non mandi dulu gih!" Suruh Simbok."Sebentar. Masih berkeringat," jawabku santai. Simbok belum pergi. Dia seperti ingin bercerita sesuatu."Ada apa, Mbok?" tanyaku lalu meraih gelas di isi air mineral yang sudah terhidang di meja."Non, ada kabar dari rumah sakit jiwa!"Setelah beberapa menit aku duduk santai, tiba-tiba Simbok memberiku kabar seperti apa yang ia katakan barusan."Rumah sakit jiwa? Soal apa, Mbok?" Aku belum ngeuh. Alisku saling bertaut menyelidik."Iyo, Non. Katanya ... em, itu ... mantan Ibu mertua Non sekarat."Deg!"Ibu sekarat? Loh, sekarat apanya, Mbok?" tanyaku super kaget dan mengiba."Si Non te
"Itu Ibuku, Rel?" Mas Andri dengan raut wajah iba bicara. Dia dalam pengawasan pihak kepolisian. Alhamdulillah dia dapat izin untuk menemui Ibunya."Iya, Mas. Kamu masuk saja. Dia pasti sangat merindukan kamu sebagai anaknya, Mas." Aku kembali angkat bicara. Dalam situasi dan kondisi seperti ini sejenak rasa kesal dan amarah pada Mas Andri tersingkirkan.Feri dan aku saling menoleh. Mas Andri mulai berjalan memasuki ruangan Bu Lasmi. Wajahnya lusuh sekali. Pakaian khas Rutan sudah beberapa bulan ini melekat di badannya. Netra pria itu seperti berkaca-kaca. Sontak tenggorokan ini malah tercekak hebat. Aku seakan ingin menangis ketika melihat seorang anak dan Ibu baru saja akan bertemu. Bahkan dalam kondisi seperti ini. Ibu berada di rumah sakit jiwa, anak ada di dalam jeruji besi. Yang kini hanya akan berjumpa dalam batasan waktu.Nampak Feri juga menghela nafas panjang de
"Ada apa, Pak Heru?" Mas Andri bertanya. Kami memang heran, ada apa Heru memanggil kami yang baru saja akan segera pergi?"Mas Andri, ibu anda ... arkh, ayok kita masuk lagi. Pak Polisi, tolong izinkan kembali tahanan melihat kondisi ibunya." Heru meminta dengan sangat pada kedua orang polisi. Mereka saling memberi tanggapan."Ada apa sebenarnya?" Mas Andri makin penasaran. Raut wajah Heru menampakkan kegelisahan yang amat mendalam."Bu Lasmi membenturkan kepalanya. Dan dia sekarang sedang di evakuasi. Pendarahannya tak henti juga. Ayok!""Apa?" Aku dan Feri kaget."Ayok!" Heru mengajak kami dengan tergesa-gesa."Ibu!" Mas Andri berteriak. "Pak, tolong buka lagi borgol saya sebentar, Pak. Saya mau lihat ibu saya, Pak!" Dengan sangat Mas Andri memohon. Kedua polisi saling pandang lagi."Baiklah, lepas. Kit
"Aurel? Feri?"Maya terkejut dengan kedatangan kami ke rutan bermaksud mengunjunginya. "Kalian jenguk aku lagi?" tanyanya. Kini Maya sudah duduk di kursi berhadapan dengan aku dan Feri. Wajahnya lumayan lusuh. Ya, namanya jiga di dalam sel tahanan. Tak seindah di rumah sendiri walaupun rumah itu amatlah kecil dan sederhana."Iya. Apa kabar kamu, May?" tanyaku sambil getar-getar kaki di bawah meja. Sontak bola mata Maya gelagapan mendengar tanya kabar dariku. Padahal ini bukan kali pertama kami bertemu. Tapi, mungkin dia masih belum terbiasa saja bertemu denganku."Baik, Rel. Makasih kamu udah kali ke duanya mengunjungi aku ke sini." Kata-kata Maya mulai memperlihatkan kalau dia sudah berubah menjadi lebih baik. Syukurlah. Memang seperti apa yang pernah aku ceritakan. Sebelumnya pernah mengunjungi Maya."Rel? Perut kamu?" Maya terkejut dengan kondisi perut
PoV Aurel***"Sayang, hari ini aku kepengen makan ketoprak, tapi yang di ujung jalan sana itu loh!" Suamiku Feri merangkulku dari belakang. Saat ini aku sedang minum air mineral sambil berdiri. Hari ini dia dan aku libur ngantor karena hari Minggu. Seperti biasa ia simpan dagunya di bahuku. Dan itu membuatku geli. Momen manja-manja kami tak pernah henti."Ih, geli!""Gimana? Mau gak? Ayok dong!" Ia kekeh ingin ketoprak. Sejak aku hamil, sama sekali aku tak pernah ngidam apapun. Alhamdulillah mual pun hanya di awal-awal saja. Dan ngidam, full dia yang tangani. Kok bisa? Aku pun tak tahu. Tapi biarlah."Iya, sebentar." Aku kembali minum. Dia masih memelukku dari belakang sambil elus-elus perut."Kamu apaan sih? Nanti ada simbok atau bibi, malu," ucapku terkekeh geli. Kadanga Simbok dan Bibi suk
PoV Putri***Namaku Annata Putri Salsabila. Anak satu-satunya dari Papa dan Mamaku. Mereka sudah almarhum. Kecelakaan pesawat beberapa tahun yang lalu telah merenggut nyawa mereka. Singkat sekali perjumpaan kami. Semoga kelak di surga aku dan mereka bisa kembali berkumpul.Aku tinggal bersama Tante Sandra, ia adalah Kakak dari almarhum Papa. Jadi, aku dan Mas Feri sepupuan. Ah, tak kusangka, ia kini sudah menikah dan akan segera mempunyai momongan dari wanita yang di cintainya, Mbak Aurel.Aku mengambil sekolah menengah atas jurusan keperawatan, hingga aku kuliah dan lulus menjadi seorang perawat. Aku lebih memilih menjadi perawat para korban bencana. Termasuk korban kecelakaan pesawat. Ah, itu semua aku lakukan karena kekecewaanku yang tak bisa merawat Papa dan Mama. Hingga aku bertekad ingin menjadi seorang perawat dan memb
PoV Aurel***Hari ini aku sangat bahagia. Tepat di hari ulang tahun pengacara keceku, yaitu suamiku sendiri, Feri, ternyata perutku sudah berisi janin yang kata dokter usianya baru enam minggu. Ah, aku bahagia sekali. Sejak dulu menikah dengan Mas Andri, aku menunda dulu soal momongan, tapi sekarang, setelah menikah dengan Feri, aku tak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Itu mauku, juga mau Feri. Kami sudah tak sabar ingin menjadi orang tua. Dan Alhamdulillah, akan segera kesampaian."Sayang? Malam ini kita diner, yuk!" pintanya sambil memeluk tubuhku dari belakang. Dia selalu bertingkah manja."Memang boleh keluar malam?" tanyaku."Boleh, asalkan udah shalat isya. Aku udah siapkan tempat yang spesial untuk kita." Dia bicara lalu mengecup pipiku."Ish! Curi-curi kecupan. Gimana kalau ada simbok?" Aku mencub
PoV Feri***Hari ini, setelah Aurel terbangun dari koma, akad nikah akan kami langsungkan saja. Aku tak mau menunggu lagi hari esok atau lusa. Aku tak mau sampai acara ini di tunda lagi.Hari ini dia sudah membuat jantungku terasa copot. Pas bangun dari koma, dia malah tidak mengenalku. Eh, ternyata dia hanya sandiwara. Dasar Aurel. Di suasana sedih pun dia masih bisa bercanda. Entah apa yang terjadi bila ya, dia hilang ingatan lagi. Ah, aku mungkin sudah tak bisa lagi bicara. Tadi saja, aku sudah merasa tak punya harapan apapun lagi. Dia benar-benar berhasil membuatku kaget setengah mati. Tak hanya aku, tapi semuanya. Bahkan Simbok sampai mau pingsan.Akad nikah akan segera berlangsung. Sebelum mengucap qobul, kutatap wajahnya dengan penuh cinta. Aurel cantik sekali. Benarkah hari ini kami akan menikah? Akad
PoV Feri***"Gimana kabar Aurel, Fer?" Arjuna bertanya mengenai kabar Aurel. Dia sudah makin membaik, kini untuk berjalan pun tidak memakai bantuan kruk."Masih sama." Kuhempas tubuh ini ke sofa. Lalu melonggarkan dasi dan simpan tas di atas meja. Arjuna ikut duduk. Putri datang membawakan kami minuman. Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Selesai meeting tadi aku langsung pulang. Nanti akan ke rumah sakit lagi. Sekarang katanya ada Bi Atun di sana. Menunggu Aurel sebelum aku datang."Kasihan ya, Mbak Aurel, Mas. Aku masih gak ngerti kenapa ini harus terjadi. Apalagi ... pernikahan kalian 'kan tinggal beberapa hari lagi." Putri berkomentar dengan lesu."Iya." Aku mendenguskan nafas kembali dorong punggung ke sofa. Netra ini hanya menatap langit-langit rumah yang terasa suram."Sabar, Fer, gue yakin Aurel akan s
Disangka Masih Hilang IngatanPart 91❤️❤️❤️PoV 3***Jadi sebenarnya siapa yang tertembak di keributan halaman hotel?Sebelumnya flashback dulu. Maya adalah anak dari Pak Nadimin dan Bu Samsiah. Ia pergi meninggalkan orang tuanya bermaksud mengadu nasib. Maya tak bicara pada orang tuanya perihal dirinya yang ternyata berangkat keluar negeri sepuluh tahun yang lalu.Maya lewat penyalur tenaga kerja Indonesia sepuluh tahun yang lalu telah di berangkatkan ke negeri gajah putih atau itu adalah sebutan untuk negara Thailand. Ia bekerja hingga akhirn
Siang ini aku dan Feri memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Ingin temui wanita yang bernama Maya itu, takutnya ia masih istirahat. Jadi setelah makan siang aku putuskan untuk menemuinya."Sayang, besok kita fitting baju pengantin. Besok aku jemput kamu, ya? Hari ini, em maksudnya siang ini aku ada meeting. Tapi nanti jam satu. Setelah zuhur," kata kekasihku Feri. Ah, ini masih seperti mimpi."Oke. Em, Fer, kamu jangan panggil aku sayang dong. Agak gimana gitu! Aurel aja ya?" Aku masih malu-malu."Loh? Kenapa? Ya sudah, aku panggil kamu Aurel. Aurel Sayang." Dia malah tersenyum.Aku merasa malu. "Ah, terserah lah. Asal sayangnya jangan cuma di bibir," ucapku."Lalu harus dimana lagi?" tanyanya."Ya ... hati sama ucapan kamu harus selaras. Jangan bohong.""Lalu, bagaimana ka
"Siapa itu, Pak?" Aku bertanya pada Pak Satpam. Ada dua buah mobil ternyata. Bukan cuma satu saja yang datang.Feri masih ada di dalam mobil. Hati ini masih agak senyam-senyum karena Feri ternyata telah mengungkapkan perasaannya padaku. Dan ternyata aku baru sadar, perasaanku selama ini adalah rasa nyaman yang berakhir mencintainya pula.Mobil itu berhenti di sampingku. Pintu mobil mulai membuka.Benar-benar kaget."Hah? Tante Sandra? Putri? Itu, siapa lagi?" ucapku heran.Lalu, Feri keluar. Ia malah senyam-senyum seperti tahu dengan apa yang terjadi. Bola mata ini malirik kesana kemari. Ke arah dua mobil itu, juga ke arah Feri."Silahkan masuk, silahkan!"Teg!Tiba-tiba Simbok dan Bi Atun menyuruh mereka masuk. Aku nyatanya masih heran. "Fer?" Aku menegur Feri.