Dengan sabar Mayang menunggu, tiba-tiba Bayu mengirim pesan ada meeting dadakan dan dia tak jadi menemui Mayang. “Siaaaal. Aku harus pulang tangan kosong. Uangku benar-benar habis. Belum lagi kalau Febby tahu uangnya hilang, aku pasti ribut dengannya.”Mayang memilih duduk di sebuah coffee shop menenangkan hatinya sejenak. Sebelum pulang ke rumah.****Febby pulang dari kantor dengan perasaan lelah, tetapi juga senang karena hari ini semuanya berjalan sesuai rencana. Pekerjaan yang menumpuk berhasil ia selesaikan, dan kini yang ada di pikirannya hanyalah istirahat. Setelah membuka pintu depan rumah, dia langsung berjalan menuju kamarnya. Namun, sebelum beristirahat, Febby ingat bahwa dia perlu mengambil sejumlah uang tunai dari dalam lemari untuk membayar beberapa tagihan keesokan harinya.Dia membuka pintu lemari dengan santai, merogoh ke dalam laci tempat dia biasa menyimpan uang. Namun, sesuatu yang aneh membuat alisnya berkerut. Tangannya tidak menemukan apa-apa. Perlahan, Fe
"Kunci mobil mana? Mama mau keluar. Bosan di rumah sama anak pelit dan tak tahu terima kasih sepertimu," kata Mayang dengan mata nyalang.Febby menghentikan pembicaraannya dengan Rangga. Ia menghampiri sang mama tiri di depan kamarnya. Jantungnya berdebar saat mengingat bagaimana sang mama tiri terus menekannya."Ini bukan soal pelit, Ma. Kadang Febby nggak ngerti sama Mama. Padahal Mama tahu tagihan di rumah ini banyak, tapi Mama tetap ambil ATM Febby, juga sering pakai M-banking Febby. Sekarang uang tunai pun Mama habiskan. Coba Mama jadi Febby sebentar saja, Ma. Berapa lama sudah Febby bekerja hanya untuk Mama? Mama selalu bilang kalau Mama berhak atas hidup Febby karena Mama yang besarin Febby. Kenapa nggak Mama taruh aja dulu Febby di panti asuhan, Ma?"Febby tak kuasa membendung amarahnya. Dia merasakan dadanya seperti terhimpit batu besar."Tutup mulutmu, Febby! Sini kunci mobilnya!" teriak Mayang, mulai tersulut emosi.Febby mengambilnya di atasa meja, lalu menyerahkan kunci m
“Masuklah, bukankah kalian sama-sama butuh uang? Tak ada salahnya kan kalau kalian menyenangkan aku bersamaan?”Bayu tersenyum penuh kemenangan.“Dan kamu sudah tahu kan, kalau anak kesayanganmu ini sebenarnya wanita penghibur?” Bayu kembali memberi ketegasan pada kedua wanita di hadapannya ini.Sebetulnya tadi Bayu memesan wanita malam dari salah satu tempat hiburan malam untuk menemaninya di hotel, lalu dia terkejut saat melihat Rossa yang datang. Penyakit hiperseks yang dideritanya membuat Bayu harus menyalurkan hasrat setiap hari.Dia tak puas bila hanya bermain solo, dia lebih suka dilayani.Jujur saja, Bayu sebenarnya tidak masalah kalau dia bergumul di atas ranjang dengan wanita yang lebih dewasa, Asal wanita itu bisa melayaninya dengan baik, sementara Mayang baginya cukup nikmat dan pandai memuaskannya. Brak Bayu melempar dua buah amplop di atas meja, lalu pria itu pun berucap, “ambil uang ini. Lalu puaskan aku. Jangan munafik lah kalian, aku hanya dipuaskan, karena hatiku s
Bayu menoleh, orang itu adalah wanita yang sama yang melabrak Febby di kantor.“Ngapain kamu di sini? Dengan nenek-nenek pula,” cibirnya lagi.Mayang hendak memukul wanita itu, Bayu berhasil menghalangi.“Nenek-nenek tapi di atas ranjang dia sangat hebat, gak seperti kamu!” hina Bayu.“Kauuu!” geramnya.“Ayo kita pulang, abaikan saja dia. Gak penting,” kata Bayu.Mereka berjalan beriringan menuju ke parkiran hotel, Mayang dan Rossa masuk ke dalam mobil yang sama.Hari ini keduanya bisa full senyum seakan menemukan pohon uang. Mayang tahu harta kekayaan keluarga Bayu tak akan habis hingga tujuh turunan. Itu sebabnya dia sangat ingin Febby menikah dengan Bayu. Karena Mamanya Bayu sangat menyukai Febby. Dan Mayang juga berharap bisa kecipratan uang dari Bayu.“Besok-besok, jangan datang lagi bila Bayu menghubungimu," ucap Mayang dengan tegas pada anaknya. Rossa, yang mendengar permintaan sang mama, merasa kesal. "Mama, aku juga butuh uang, jadi kapan pun dia minta, aku pasti mau. Seharu
"Ya Tuhan!" jerit Febby.Wanita itu segera turun dari dalam mobilnya untuk melihat keadaan di luar, dan ternyata kecelakaan itu berhasil mereka hindari. Febby mengusap dadanya, merasa lega karena terhindar dari masalah di jalan raya.Hampir saja kecelakaan di jalan menimpa Febby, beruntung dia bisa mengendalikan dirinya."Anda tidak apa-apa?" tanya pengemudi lain.Febby menggeleng."Syukurlah," kata pengemudi itu. Untung keduanya cepat menghindar hingga kecelakaan akhirnya terhindarkan.Setelah memastikan tidak ada masalah di sana, lalu lintas pun kembali lancar, dan Febby melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kantor milik Bayu.Sepanjang perjalanan, Febby tak bisa melupakan rasa sakitnya atas ucapan sang mama yang seakan menghinanya."Aku gak mau hidupku terus seperti ini, aku harus pergi dari rumah," kata Febby sambil terus menangis di dalam mobil.Dia merasa sikap mama tirinya tidak adil terhadapnya. Selalu saja diungkit perkara membesarkan Febby, padahal Bibi yang memb
"Dari mana kamu dapatkan video ini?" tanya Febby dengan suara gemetar kepada suaminya, Rangga. Dia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya sekaligus keterkejutannya saat melihat rekaman CCTV saat dia menemani atasan ke kota lain. Febby masih ingat di hari terakhir, saat mereka menghadiri sebuah undangan, namun dalam rekaman ini justru tampak juga hadir sang mama tiri dan kakak tirinya, sosok yang seharusnya tak ada di sana, padahal mereka pamit sama Febby untuk berlibur."Seseorang memberitahuku bahwa malam itu sebenarnya kamu yang hendak dijebak, Febby. Makanya Mayang dan Rossa sengaja ada di sana, untuk memuluskan rencana jahat Bayu. Dia sudah terobsesi padamu, lihatlah videonya dengan seksama," Rangga berbicara cepat, nada suaranya mendesak. "Ada lima video yang perlu kamu tonton, agar kamu bisa lebih berhati-hati saat berhadapan dengan Bayu." Jantung Febby berdegup kencang, rasanya ia hampir tercekat. Rasa percaya yang selama ini ia berikan penuh kepada Bayu kini terasa seperti p
"Kenapa Mama mengancamku seperti ini?" Rossa berujar dengan suara yang gemetar sambil menatap tajam ke arah wanita yang telah melahirkannya itu. Langkah kakinya terhenti, ia berdiri tak percaya mendengar ucapan sang mama sambil menunjukan rekaman video yang sempat viral di sosial media namun berhasil diredam beritanya oleh pria tua itu."Bayu hanya milik Mama, Rossa! Jika kamu berani merebutnya, maka tak segan-segan Mama akan menghancurkan hidupmu," Mayang mengejek masih mengacungkan sebuah ponsel yang memperlihatkan video yang mungkin bisa merusak segalanya. "Kamu pikir Mama tidak tahu kelakuanmu di luar? Bahkan istri dari pria itu sudah tahu kisahmu. Sekarang, pilihan ada di tanganmu. Beranikah kamu merebut Bayu, atau akan kamu tinggalkan dia dan tetap di sini, dimana hidup dan nasibmu aman dari ancaman Mama. Ingat, Mama tidak pernah main-main, dengan ini bila milik Mama direbut," Mayang memperingatkan dengan nada yang melengking.Rossa menggeleng lemah, bisa-bisanya dirinya diang
"Duduklah, jangan marah-marah, malu dilihat pengunjung lain. Kita dapat berbicara dengan lebih tenang," ucap Rangga, berusaha menenangkan Bayu.Bayu mendengus kesal, namun tak ada yang bisa dia lakukan selain duduk di hadapan pria miskin ini."Cepat katakan apa yang ingin kau sampaikan!" seru Bayu dengan nada tinggi, penuh amarah.Rangga tertawa kecil, dia bahagia kalau berhasil memancing kemarahan Bayu. Menjadi orang menyebalkan di depan Bayu adalah kebahagiaan untuknya."Tenang, Pak. Saya hanya ingin mengingatkan Anda agar tak berencana membuat kejahatan apapun terhadap istri saya. Febby itu korban dari kerakusan mama tiri dan kakak tirinya. Saya berharap Anda tak ikut menjadi pria pengecut. Sebab, jika Anda berani menyakiti Febby, saya pastikan Anda akan berurusan panjang dengan saya," kata Rangga, suaranya menegang, penuh penekanan seperti sebuah ancaman tersembunyi untuk Bayu, namun pria itu tak sedikit pun menunjukkan rasa takut atas ancaman yang dia ucapakan tersebut.“Apa kata