Home / Romansa / Dipuja Dua Penguasa / Part 8 | Kecelakaan

Share

Part 8 | Kecelakaan

Author: Mocha Latte
last update Last Updated: 2024-11-21 14:27:20

‘Jadi Adam masih tidak tahu kalau Nona Hudson itu adalah Olivia Hudson, aktris populer di kota ini,’ batin Hilda menimpali.

“Bercanda tidak ada dalam kamus hidupku. Satu hal yang harus kamu tahu, aku sama sekali tidak peduli padanya,” tekan Adam, terdengar sangat meyakinkan.

Namun, Hilda masih belum puas.

“Kalau tidak peduli, mengapa kamu repot-repot mau menyelamatkannya?” Nada suara Hilda dipenuhi rasa cemburu.

Adam baru saja ingin membalas pertanyaan istrinya ketika bunyi klakson truk bergema. Tak lama kemudian, satu cahaya yang sangat terang muncul tepat di depan limosin mereka.

***

Keringat merenik-renik di dahi Olivia meskipun dia sudah menurunkan semua jendela mobil. Entah mengapa angin malam yang seharusnya menyamankan tubuh berubah menjadi pawana yang membakar tiap inci kulitnya.

Bunyi klakson bertalu-talu dari mobil Emily yang masih mengekor rapat di belakang mobilnya semakin mendera jiwa Olivia.

“Ternyata wanita sinting ini masih belum menyerah selagi tidak berhasil membunuhku,” gumamnya, sebal.

BRAK!

Saat melewati jalan yang sempit dan berbelok-belok, belakang mobil Olivia sengaja ditabrak Emily. Hampir saja mobilnya melanggar pengadang di tepi jalan.

“Dasar wanita gila!” umpat Olivia, gusar.

“Sepertinya, dia benar-benar ingin aku mati.” Dia lantas menelan ludah, membasahi kerongkongan yang tetiba terasa kering.

Mau tak mau, Olivia harus menambah kelajuan mobil hingga menyentuh angka maksimum.

“Kau ingin melarikan diri, huh? Jangan mimpi! Aku tidak akan membiarkanmu terlepas.” Emily menginjak pedal gas, mencoba mengejar mobil Olivia yang sudah jauh di depannya.

“Tuhan, aku mohon… Selamatkan aku…” doa Olivia dengan segenap hati.

Jemarinya gemetar ketika memutar setir untuk membelok ke kanan, menuju kota Dashville.

TINNN!!!

Bunyi klakson dari kendaraan besar di depan mata berhasil memekakkan telinga Olivia. Tak bisa berpikir panjang, dengan pantas dia membanting setir untuk menghindari truk pengangkut barang.

Namun, nasib malang terus mengejar Olivia. Mobilnya tak sengaja ditabrak sebuah limosin yang berada di belakang truk tersebut.

“Arghh!” Olivia menjerit cemas saat bunyi benturan terdengar jelas di telinganya.

Mobil Olivia berpusing beberapa kali sebelum jatuh dari tebing bukit, sementara limosin itu menabrak pengadang di tepi jalan. Sopir truk yang diterpa rasa takut lekas melarikan diri dari tempat kecelakaan.

Emily sontak memijak pedal rem. Matanya bergetar tak percaya saat menjadi saksi mobil mewah Olivia jatuh ke jurang.

“Dia pasti… sudah mati,” gumam Emily, sangat yakin. Dia lantas keluar dari perut mobilnya.

Netranya menatap tajam limosin yang berada di pinggir jalan. “Aku harus mengecek mobil itu. Siapa tahu, ada saksi mata yang masih hidup. Tidak bisa dibiarkan.”

Tiba-tiba, seorang pria bertubuh atletis keluar dari limosin itu. Sambil mulutnya mengeluarkan makian, dia berkali-kali menendang ban mobil.

Emily berdecak heran. “Oh ho! Sepertinya kita memang ditakdirkan bersama, Adam Knight.”

Melajukan langkah, dia mendekati Adam dengan senyum manis mengapung di bibir.

“Adam?” panggil Emily, pelan. Jemarinya menyentuh pundak pria yang sedang berusaha menelepon seseorang.

Sebaik saja Adam melihat wajah Emily, kemarahan langsung menghanguskan dadanya. Dia memutar tubuh, berhadapan muka dengan wanita yang menjadi akar segala kejahatan.

PLAK!

Lima jari Adam menampar keras pipi mulus Emily. Saking kerasnya, ujung bibir wanita itu pecah lantas mengeluarkan darah dan telinganya berdenging seketika.

“Ini semua salahmu! Gara-gara kau ingin melukai Nona Hudson, Papa memerintahkan aku untuk mencegahmu dan menyelamatkan wanita sialan itu. Lihat apa yang terjadi sekarang. Aku dan istriku ditimpa celaka bahkan sopirku pingsan karena terlalu kaget. Limosin milik Papa juga rusak. Dasar bodoh!” bentak Adam sambil menunjal dahi Emily.

‘Luar biasa sekali. Kau benar-benar mencintai Hilda sampai tidak menyadari wanita yang kau cari telah mati di jurang. Kalau begitu, aku tahu hukuman apa yang pantas kau dapatkan, Adam,’ Emily membatin, penuh dendam.

Bukannya mengeluarkan amarah karena ditampar, Emily malah tertawa besar. Merasa lucu dengan semua kata-kata yang terlempar dari mulut Adam.

“Sudah puas memaki dan menghinaku, Tuan Adam Knight yang terhormat?” sindir Emily seraya menyeka darah di ujung bibir.

“Kau–” Bicara Adam terhenti sebaik saja Emily mengeluarkan revolver yang sejak awal dia sembunyikan di belakang pinggangnya.

“Kau terlalu banyak bicara dan tamparanmu… sangat menyakitkan. Sekali lagi kau menyentuhku, aku tidak akan berpikir dua kali untuk membunuhmu.”

DOR!

Sengaja Emily menembak ke atas sebagai peringatan.

Di dalam limosin, Hilda lantas memeluk tubuhnya sembari memejamkan mata. “Tuhan, jangan biarkan wanita jahat itu menyakiti suamiku,” doanya sepenuh jiwa.

“Izinkan aku menasihatimu. Daripada kau membuang waktu memarahiku, lebih baik kau pergi ke sana. Aku yakin kau pasti melihat satu mobil mewah jatuh ke jurang setelah sopirmu menabraknya,” ujar Emily dengan suara mengejek.

“Bukan urusanku! Kalau kau khawatir akan nyawa pengemudi itu, kau saja yang menelepon rumah sakit untuk menghantar ambulans kemari. Aku tidak mau terlibat dalam kasus ini,” sahut Adam, sengit.

Tiada walau sekelumit perasaan kemanusiaan dalam hatinya.

Emily tertawa besar hingga matanya berair.

“Kenapa kau tertawa, hah? Apanya yang lucu?” tanya Adam, geram sambil mengepalkan tinju.

“Aku tertawa karena baru hari ini aku sadar hatimu terbuat dari batu,” cemooh Emily. Sejujurnya dia menyesal pernah menyukai pria berdarah dingin seperti Adam.

“Aku sama sekali tak peduli dengan hinaanmu. Lekas katakan, di mana kau mengurung Nona Hudson?” desak Adam.

“Berikan aku ponselmu,” titah Emily tanpa menjawab pertanyaan Adam.

“Sekarang!” tengkingnya sambil mengacukan revolver ke arah pria itu.

Suka tak suka, Adam terpaksa menyerahkan ponselnya kepada Emily.

“Ah, ini ponsel keduamu, kan?” seloroh Emily ketika jarinya sibuk mencari nomor ponsel Tuan Besar Knight.

Adam cuma menjeling, sebal.

“Tuan Besar Knight, ini aku, Emily Grant. Maaf karena mengganggu tidurmu tapi aku harus memberitahumu satu berita penting. Perempuan yang sudah kau anggap sebagai putri kandungmu yaitu Nona Olivia Hudson…”

Sengaja dia berjeda untuk memberikan sensasi kegelisahan kepada Adam.

Dia tertawa jahat sebelum kembali menyambung bicaranya, “telah mati gara-gara mobilnya ditabrak limosin Tuan Adam Knight, putramu sendiri.”

Usai memberi kabar buruk, Emily langsung saja mematikan ponsel.

Adam tertegun. Otaknya terasa kosong. Lidahnya kelu tak bisa berkata apa pun.

“Bukankah sejak awal aku sudah menasihatimu?” Emily mengedipkan mata.

“Pergilah ke jurang sana sebelum mobilnya meledak. Jika hal itu terjadi, kau pasti akan dipenggal oleh ayahmu dan Aaron akan menjadi penerus yang menguasai semua kekayaan keluarga Knight,” ujar Emily sebelum menyeringai jahat.

“Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!” balas Adam, garang.

“Oh, benarkah?” Emily sengaja membulatkan mata lalu menutup mulut dengan jemari lancipnya.

Malas bertengkar, Adam Knight segera meninggalkan Emily lalu berlari menuju jurang.

‘Ternyata mudah sekali membohongimu. Dasar pria bodoh. Gara-gara terlampau takut ditembak, kau terlupa satu perkara penting. Mana berani aku menelepon ayahmu yang terkenal bengis itu apalagi mengabarkan kematian Olivia kepadanya. Salah bicara, lidahku yang akan dipotongnya.’ Emily hanya bisa berkata dalam hati.

“Sayang, kamu mau ke mana?! Adam, jangan tinggalkan aku di sini. Di sini ada wanita gila. Dia akan membunuhku!” teriak Hilda dari pintu mobil ketika melihat Adam berlari ke jurang.

Emily berdecak jengkel.

“Ah iya. Hampir saja aku melupakan wanita sialan ini.” Dia menghampiri Hilda setapak demi setapak.

Related chapters

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 9 | Menuntaskan Dendam

    “Pergi! Jangan mendekat!” bentak Hilda. Riak gelisah tampak nyata di mukanya. Telapak tangan mulai berkeringat seiring dengan perubahan warna muka yang memucat.Emily cuma mengorak senyum bengis. Semakin dilarang, semakin tinggi keinginannya untuk menuntaskan dendam. Lagian sudah bertahun-tahun dia memendam rasa amarah terhadap perempuan miskin berhati iblis ini. Dulu sempat dia membenci Tuhan karena membiarkan dirinya dirundung Hilda namun hari ini, dia ingin menarik kembali perasaan itu.“Aku bilang pergi!” teriak Hilda lantang seraya melepaskan stileto lalu melempar sepatu hak tinggi itu kepada Emily. Malangnya, Emily sempat menghindar lalu dengan santai mengambil stileto berwarna merah tersebut.“Wah, ini stileto dari merek eksklusif. Hanya ada tiga di negara ini. Kalau tak salah, harganya 300 ribu dollar,” ujarnya, ringan. “Bagai… bagaimana kamu tahu?” Hilda bertanya, takut-takut berani.Ujung sudut bibir Emily terangkat. Merasa lucu dengan pertanyaan Hilda yang menurutnya sanga

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 10 | Hampir Mati

    Adam Knight terus berlari tanpa menoleh ke belakang meskipun telinganya bisa mendengar suara Hilda yang melarangnya pergi.‘Maafkan aku, Hilda. Aku terpaksa meninggalkanmu demi menyelamatkan Nona Hudson. Aku tidak peduli jika Papa ingin menyerahkan seluruh hartanya kepada anak haram itu tetapi aku tidak rela melihat Mama terluka. Jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu, Mama akan dipukul sehingga mati.’ Sebaik saja tiba di tepi tebing, Adam terpaku ketika melihat mobil mewah Nona Hudson dalam posisi terbalik di dalam jurang. Tangannya segera merogoh saku jas, mencari ponsel untuk menelepon pengawal pribadinya, Robert.“Sial! Ponselku ketinggalan di mobil bahkan ponsel cadangan juga ada di tangan Emily.” Pria itu mendesah sebal.Dia dalam dilema sekarang. Jika turun ke jurang sendirian, itu namanya sengaja mencari mati. Namun, kalau dia terus berdiam di sini tanpa berbuat apa-apa, nyawa Nona Hudson bisa terancam.Adam mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ada rasa hampa

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 11 | Pertengkaran

    Lucas mengerling ke arah jam yang berdiri teguh di atas nakas. “Sudah jam 2 pagi tapi aku masih tak bisa memejamkan mata.”Irisnya merenung plafon dengan tatapan kosong. Hati langsung merusuh saat si otak memainkan ingatan yang terjadi sewaktu pertemuannya dengan Olivia. Wajah marah bercampur kecewa sang mantan terbayang dalam pandangannya.“Maafkan aku, Via. Tapi aku tidak boleh menikahimu. Hatiku tidak bisa memilih kamu karena…,” Tak ingin menyudahi kalimat, Lucas lantas meraup mukanya.Andai saja dia mempunyai kekuatan untuk jujur pada Olivia tentang hal yang sesungguhnya, pasti… Ah, sudahlah. Lagian, semuanya telah berakhir. Tidak ada gunanya menyesali hal yang telah terjadi.Ponsel pintar Lucas berdering, memusnahkan lamunan yang bermain di kepala. Pria itu mendengkus sebal, merasa terganggu. Segera jarinya menggeser skrin ponsel kala melihat nama sang manajer sekaligus sepupunya, Edward Sullivan.“Ada apa, Ed? Kalau kau ingin mengajakku ke klub, maaf aku tidak mau,” ujar Lucas

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 12 | Kau Harus Punya Uang!

    “Hah, cinta?! Kau pikir dengan cinta, perutmu bisa kenyang, rasa hausmu bisa hilang?” sindir Tuan Ingomar. Wajahnya menyiratkan keangkuhan yang sama sekali tidak coba ia tutupi.“Aku–” Lucas tak berhasil membela diri sendiri, kalimatnya tergantung tak terselesaikan. Sambil menepuk dada, Tuan Ingomar memangkas perkataan Lucas dengan berujar lantang, “dengarkan kata pria tua ini, cucuku. Sudah banyak garam kesusahan hidup yang telah aku telan sebelum kau lahir ke dunia ini.” Ia memelototi Lucas. Tajam yang bisa menebas nyali siapa pun.“Kalau kau mau hidup tenang dan bahagia, kau harus punya uang! Punya harta tak habis dimakan tujuh turunan. Lihat ibumu. Dia bahkan sanggup menusuk belakang sahabat baiknya demi mendapatkan ayahmu. Dulunya dia tinggal di gubuk reyot tetapi setelah menikah dengan ayahmu, dia menjadi nyonya kedua di Sullivan Manor.”Sengaja pria berusia 85 tahun itu membakar jiwa anak dan cucunya. Seringai puas terpahat di wajah Tuan Ingomar setelah ia melampiaskan amarah

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 13 | Itu Kepala Putrimu

    “Ermm… Saya mendengar Tuan Marcus ingin bertemu Tuan Xavier di Rumah Sakit Royal Knight.”‘Pasti Olivia dan Adam dirawat di rumah sakit itu. Bagus! Rencana terakhirku pasti berhasil.’Emily bersorak senang di dalam hati.“Bagaimana dengan wanita jalang itu? Apa dia ikut bersama Papa?” selidiknya lagi.“Tidak, Nona. Barbara sedang tidur di kamarnya,” balas si pelayan, cepat.Di mansion keluarga Grant, semua pelayan memanggil Barbara dengan sebutan nama bukan Nyonya Barbara atas perintah mendiang orang tua Marcus Grant untuk menghormati kedudukan Nyonya Serena sebagai istri sah.“Bagus! Aku ada tugas penting buat kamu. Beri tahu semua pelayan untuk mengunci pintu kamar mereka. Tidak boleh keluar walau apa pun yang terjadi. Siapa yang ingkar, akan dicambuk sehingga mati. Mengerti?” Emily mengeluarkan perintah dengan ekspresi kejam tergambar di wajah cantiknya.“Saya mengerti, Nona.” Sang pelayan tak punya pilihan lain selain mengangguk. Dia lantas melebarkan langkah menuju kamar pekerja

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 14 | Berlututlah Di Depan Tuhan

    Barbara terkesiap. Benarkah apa yang dikatakan Emily barusan? Di mata Tuan Besar Grant, aku hanyalah boneka seks? “Ah iya, aku membunuh putrimu karena dia merebut calon suamiku, Adam Abraham Knight. Pelacur sialan itu menggoda Adam dengan melebarkan pahanya sama seperti kamu menggoda ayahku,” balasnya, dingin. “Tetap saja, mengambil nyawa orang lain adalah dosa besar! Kamu pasti akan dihukum Tuhan!” tengking Barbara, geram dengan kalimat Emily yang merendahkan putrinya. ‘Dihukum Tuhan? Yang benar saja.’ Rahang Emily mengetat. Urat di lehernya terlihat jelas. “Omong kosong! Kamu pikir Tuhan akan mendengar dan memperkenankan doa wanita kotor sepertimu? Hei, Barbara! Apa yang terjadi pada putrimu adalah sebuah karma. Kamu juga telah menyiksa jiwa aku dan ibuku selama 12 tahun, dan sekarang kamu meminta agar Tuhan memberikan hukuman padaku? Sungguh, kamu benar-benar bermuka tebal!” ejek Emily, sombong. Barbara menangis tersedu-sedu. “Berhenti menangis, sialan!” Jerkah Emily, berang.

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 15 | Kambing Hitam

    “Ah, pujian anda tidak pantas untuk saya terima. Malah saya yang berutang budi pada keluarga Knight karena sudi memberi beasiswa kepada adik laki-laki saya,” balas sang dokter, merendah diri. “Ah, iya. Jika ada informasi baru, akan saya kabarkan secepat mungkin,” imbuhnya lagi. Usai bicara, segaris senyum licik mengapung di bibirnya. ‘Sepertinya, kau harus mengucapkan selamat tinggal kepada kariermu sebagai aktor, Lucas Sullivan.’ Sang dokter membatin puas. Sementara itu, di kamar rawat inap VVIP. ‘Aduh, kapan Bos mau pulang? Tuhan, kelopak mataku semakin berat.’ Zen berkali-kali mengangakan mulut dengan mengeluarkan napas berat karena terlalu mengantuk. Namun, dia tidak bisa merebahkan kepala apalagi memejamkan mata karena ada sang majikan di sini. Aktor tampan berhidung mancung dan beralis indah itu sedang duduk bersandar di kursi kulit sambil memejamkan mata. ‘Pasti Bos lagi memikirkan Nona Olivia,’ tebak Zen, asal-asalan. Ponsel Lucas bergetar tetiba, berhasil menarik p

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 16 | Bergosip

    Edward mendelik. Apa dia tidak salah dengar? Pria tampan seperti Zen merasa kasihan pada wanita kotor itu? Tidak bisa dibiarkan! “Apa katamu? Kasihan? Kau pasti tidak pernah mendengar kisah silam ibu-anak yang dipenuhi rahasia gelap itu, bukan? Sini, biar aku ceritakan padamu.” Edward menepuk lembut pundak Zen; tampak bersemangat untuk memulakan cerita. “Barbara bukanlah wanita baik. Dia pernah menjadi kupu-kupu penjaja kenikmatan, bergelimang dalam kubangan dosa malam dengan puluhan pria hidung belang. Dia–” “Cukup, Bos.” Zen menggeleng meski dia sadar tindakannya itu bisa menyinggung Edward namun ia menolak tegas untuk mendengar semua cerita buruk tentang selir kesayangan Tuan Besar Grant. Lagian, untuk apa coba mendengar aib orang yang sudah meninggal dunia? Tidak ada manfaat! “Memalukan.” Lucas bergumam seraya melontarkan tatapan sinis kepada Edward yang suka sekali mengumbar masa lalu orang lain. Tak ingin ikut campur, dia segera menggeser layar ponsel lalu mengirim

Latest chapter

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 19 | Hari Duka

    “Xavier!” seru Tuan Marcus dengan suara yang sarat keputusasaan. Dengan terpaksa dia menyeret langkah kecil nan berat mendekati pasangan Knight. Bola mata Tuan Xavier Knight memindai wajah sedih Tuan Marcus Grant. Sementara itu, Alora menutup mulut dengan tangan sembari matanya terbelalak melihat kedua tangan pria gundul itu berlumur darah. “Mana putrimu? Bukankah aku telah menyuruhmu menyeret Emily kemari?” tanya Tuan Besar Knight, ketus. Alora mendekati suaminya lalu berbisik cepat, “Xavier, lihat tangannya.” Rasa marah berganti cemas secepat kilat. Tuan Xavier segera mendekati sahabatnya. “Bagaimana bisa tanganmu berdarah? Apa yang terjadi? Ceritakan padaku!” Kedua tangannya menggenggam erat lengan sahabatnya. Perlahan, netra basah Tuan Marcus menumbuk wajah khawatir Tuan Xavier. “Putriku… Dia… sudah… ma… mati.” Usai bicara, seluruh tulangnya terasa lemah lalu tubuhnya memerosot menyentuh lantai dingin rumah sakit. “Xavier, dia pingsan! Ya Tuhan, apa yang harus kita

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 18 | Kehilangan Cahaya

    “Kau pasti sedang tidur di dalam peti mati saat ‘Lucas’ bertengkar dengan kakeknya.” Peter menyindir seraya melengos. “Langsung saja ke inti, apa sebenarnya yang telah terjadi?” Meski wajah Lucas tampak tenang, sorot matanya berubah sedingin kutub syamali. Peter mendesah sebal kala melihat binar menusuk dari mata sang alter ego Lucas yakni Lucky Luke. Ia tahu benar bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan selain berkata jujur. Bagi Lucky Luke, hukuman yang pantas buat sang penipu adalah kematian. “Olivia kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah sakit milik keluarga Knight. Dia masih hidup tapi…” “Tapi apa?” potong Lucas. Suaranya naik satu oktaf. Serentak, jantungnya berdenyut kencang. “Kedua kakinya lumpuh,” balas Peter, enteng. Dia telah menerima pesan khusus dari Carlos ketika membawa Fiona kepada Lucas. Ketenangan Lucas langsung buyar berganti amarah yang bergelegak. Lidahnya cepat mengeluarkan umpatan, “sialan!” Sontak satu tendangan singgah di bokong berotot Peter menyebabkan

  • Dipuja Dua Penguasa   Bab 17 | Lucky Luke

    ‘Firasatku benar. Aaron sengaja mengincarku,’ batin Lucas sambil mengangguk puas. Aaron Xavier Knight, satu-satunya anggota keluarga Knight yang sangat suka mengusik hidup Lucas. Jika ditanya apa alasannya? Jawabannya hanya satu, cinta tulus Aaron pernah ditolak mentah-mentah oleh Olivia Hudson. Konyol, bukan? “Sebentar. Aku masih ada satu pertanyaan untukmu.” Lucas berdiri. Sigaret yang ada di antara dua jarinya dibuang. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. “Dengarkan baik-baik, Fiona,” tutur Lucas, dingin. Fiona mengangguk-angguk cemas dengan napas tertahan. “Aktris terkenal berinisial O –yang pernah membintangi film Wanita Yang Membenci Mentari– terluka parah setelah mobil mewahnya jatuh ke jurang dalam posisi terbalik. Seorang saksi berkata, Olivia sempat bertemu aktor tampan berinisial L di sebuah kafe sebelum kecelakaan itu terjadi.” Lucas mengalihkan tatapan dari layar ponsel lalu menikam iris biru Fiona yang tampak mengembun. “Kau sengaja menulis judul film yan

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 16 | Bergosip

    Edward mendelik. Apa dia tidak salah dengar? Pria tampan seperti Zen merasa kasihan pada wanita kotor itu? Tidak bisa dibiarkan! “Apa katamu? Kasihan? Kau pasti tidak pernah mendengar kisah silam ibu-anak yang dipenuhi rahasia gelap itu, bukan? Sini, biar aku ceritakan padamu.” Edward menepuk lembut pundak Zen; tampak bersemangat untuk memulakan cerita. “Barbara bukanlah wanita baik. Dia pernah menjadi kupu-kupu penjaja kenikmatan, bergelimang dalam kubangan dosa malam dengan puluhan pria hidung belang. Dia–” “Cukup, Bos.” Zen menggeleng meski dia sadar tindakannya itu bisa menyinggung Edward namun ia menolak tegas untuk mendengar semua cerita buruk tentang selir kesayangan Tuan Besar Grant. Lagian, untuk apa coba mendengar aib orang yang sudah meninggal dunia? Tidak ada manfaat! “Memalukan.” Lucas bergumam seraya melontarkan tatapan sinis kepada Edward yang suka sekali mengumbar masa lalu orang lain. Tak ingin ikut campur, dia segera menggeser layar ponsel lalu mengirim

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 15 | Kambing Hitam

    “Ah, pujian anda tidak pantas untuk saya terima. Malah saya yang berutang budi pada keluarga Knight karena sudi memberi beasiswa kepada adik laki-laki saya,” balas sang dokter, merendah diri. “Ah, iya. Jika ada informasi baru, akan saya kabarkan secepat mungkin,” imbuhnya lagi. Usai bicara, segaris senyum licik mengapung di bibirnya. ‘Sepertinya, kau harus mengucapkan selamat tinggal kepada kariermu sebagai aktor, Lucas Sullivan.’ Sang dokter membatin puas. Sementara itu, di kamar rawat inap VVIP. ‘Aduh, kapan Bos mau pulang? Tuhan, kelopak mataku semakin berat.’ Zen berkali-kali mengangakan mulut dengan mengeluarkan napas berat karena terlalu mengantuk. Namun, dia tidak bisa merebahkan kepala apalagi memejamkan mata karena ada sang majikan di sini. Aktor tampan berhidung mancung dan beralis indah itu sedang duduk bersandar di kursi kulit sambil memejamkan mata. ‘Pasti Bos lagi memikirkan Nona Olivia,’ tebak Zen, asal-asalan. Ponsel Lucas bergetar tetiba, berhasil menarik p

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 14 | Berlututlah Di Depan Tuhan

    Barbara terkesiap. Benarkah apa yang dikatakan Emily barusan? Di mata Tuan Besar Grant, aku hanyalah boneka seks? “Ah iya, aku membunuh putrimu karena dia merebut calon suamiku, Adam Abraham Knight. Pelacur sialan itu menggoda Adam dengan melebarkan pahanya sama seperti kamu menggoda ayahku,” balasnya, dingin. “Tetap saja, mengambil nyawa orang lain adalah dosa besar! Kamu pasti akan dihukum Tuhan!” tengking Barbara, geram dengan kalimat Emily yang merendahkan putrinya. ‘Dihukum Tuhan? Yang benar saja.’ Rahang Emily mengetat. Urat di lehernya terlihat jelas. “Omong kosong! Kamu pikir Tuhan akan mendengar dan memperkenankan doa wanita kotor sepertimu? Hei, Barbara! Apa yang terjadi pada putrimu adalah sebuah karma. Kamu juga telah menyiksa jiwa aku dan ibuku selama 12 tahun, dan sekarang kamu meminta agar Tuhan memberikan hukuman padaku? Sungguh, kamu benar-benar bermuka tebal!” ejek Emily, sombong. Barbara menangis tersedu-sedu. “Berhenti menangis, sialan!” Jerkah Emily, berang.

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 13 | Itu Kepala Putrimu

    “Ermm… Saya mendengar Tuan Marcus ingin bertemu Tuan Xavier di Rumah Sakit Royal Knight.”‘Pasti Olivia dan Adam dirawat di rumah sakit itu. Bagus! Rencana terakhirku pasti berhasil.’Emily bersorak senang di dalam hati.“Bagaimana dengan wanita jalang itu? Apa dia ikut bersama Papa?” selidiknya lagi.“Tidak, Nona. Barbara sedang tidur di kamarnya,” balas si pelayan, cepat.Di mansion keluarga Grant, semua pelayan memanggil Barbara dengan sebutan nama bukan Nyonya Barbara atas perintah mendiang orang tua Marcus Grant untuk menghormati kedudukan Nyonya Serena sebagai istri sah.“Bagus! Aku ada tugas penting buat kamu. Beri tahu semua pelayan untuk mengunci pintu kamar mereka. Tidak boleh keluar walau apa pun yang terjadi. Siapa yang ingkar, akan dicambuk sehingga mati. Mengerti?” Emily mengeluarkan perintah dengan ekspresi kejam tergambar di wajah cantiknya.“Saya mengerti, Nona.” Sang pelayan tak punya pilihan lain selain mengangguk. Dia lantas melebarkan langkah menuju kamar pekerja

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 12 | Kau Harus Punya Uang!

    “Hah, cinta?! Kau pikir dengan cinta, perutmu bisa kenyang, rasa hausmu bisa hilang?” sindir Tuan Ingomar. Wajahnya menyiratkan keangkuhan yang sama sekali tidak coba ia tutupi.“Aku–” Lucas tak berhasil membela diri sendiri, kalimatnya tergantung tak terselesaikan. Sambil menepuk dada, Tuan Ingomar memangkas perkataan Lucas dengan berujar lantang, “dengarkan kata pria tua ini, cucuku. Sudah banyak garam kesusahan hidup yang telah aku telan sebelum kau lahir ke dunia ini.” Ia memelototi Lucas. Tajam yang bisa menebas nyali siapa pun.“Kalau kau mau hidup tenang dan bahagia, kau harus punya uang! Punya harta tak habis dimakan tujuh turunan. Lihat ibumu. Dia bahkan sanggup menusuk belakang sahabat baiknya demi mendapatkan ayahmu. Dulunya dia tinggal di gubuk reyot tetapi setelah menikah dengan ayahmu, dia menjadi nyonya kedua di Sullivan Manor.”Sengaja pria berusia 85 tahun itu membakar jiwa anak dan cucunya. Seringai puas terpahat di wajah Tuan Ingomar setelah ia melampiaskan amarah

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 11 | Pertengkaran

    Lucas mengerling ke arah jam yang berdiri teguh di atas nakas. “Sudah jam 2 pagi tapi aku masih tak bisa memejamkan mata.”Irisnya merenung plafon dengan tatapan kosong. Hati langsung merusuh saat si otak memainkan ingatan yang terjadi sewaktu pertemuannya dengan Olivia. Wajah marah bercampur kecewa sang mantan terbayang dalam pandangannya.“Maafkan aku, Via. Tapi aku tidak boleh menikahimu. Hatiku tidak bisa memilih kamu karena…,” Tak ingin menyudahi kalimat, Lucas lantas meraup mukanya.Andai saja dia mempunyai kekuatan untuk jujur pada Olivia tentang hal yang sesungguhnya, pasti… Ah, sudahlah. Lagian, semuanya telah berakhir. Tidak ada gunanya menyesali hal yang telah terjadi.Ponsel pintar Lucas berdering, memusnahkan lamunan yang bermain di kepala. Pria itu mendengkus sebal, merasa terganggu. Segera jarinya menggeser skrin ponsel kala melihat nama sang manajer sekaligus sepupunya, Edward Sullivan.“Ada apa, Ed? Kalau kau ingin mengajakku ke klub, maaf aku tidak mau,” ujar Lucas

DMCA.com Protection Status