“Brutal, Kak!” Zaviya menjawab dengan memperlihatkan ekspresi wajah nelangsa.Tanpa Zaviya duga seluruh keluarga Svarga bersorak sampai bertepuk tangan.Papa Arjuna langsung mengangkat dua jempolnya untuk Svarga.Zaviya jadi tidak enak hati karena dia sedang berdusta hanya untuk membuat Svarga kesal lantaran meninggalkannya tidur tadi malam sengaja melewatkan ritual malam pertama.Svarga menatap Zaviya datar tapi dari tampangnya yang datar itu Zaviya bisa melihat mata Svarga yang berapi.Kepala Zaviya meneleng balas menatap Svarga dengan senyum paling manis di bibirnya.“Kamu enggak akan bisa jalan, Zaviya … kalau aku benar-benar melakukannya.” Svarga mengancam di dalam hati.*** Jam check out tadi seluruh keluarga Svarga kembali ke Jakarta sedangkan Svarga tidak boleh ikut karena harus membantu Zaviya pindahan.Tapi sesungguhnya tidak ada yang bisa Svarga lakukan untuk membantu Zaviya, dia malah bisa menyelesaikan pekerjaannya karena barang Zaviya yang dibawa ke Jakarta tidak banyak
Svarga terjaga karena merasakan sesak seperti diikat kemudian membuka mata dan nyaris melompat begitu menyadari kalau Zaviya sedang memeluknya seperti memeluk guling.Wajah Zaviya menempel di dadanya dengan tangan gadis itu juga melingkari perutnya sedangkan satu kaki Zaviya melesak di antara kaki Svarga.Beberapa bagian tubuh mereka yang bersentuhan secara langsung kulit ketemu kulit termasuk bagian dada Zaviya di tambah paha gadis itu yang menekan bagian paling sensitif di tubuh Svarga membuat bagian paling sensitif itu mengeras.“Zaviya!” Svarga berusaha menjauhkan tubuh Zaviya.“Eeemmhh ….” Zaviya mengerang sembari mengeratkan pelukan.“Zaviya bangun!” Svarga menepuk-nepuk pipi Zaviya dan berhasil, istrinya yang masih gadis setelah dua hari mereka menikah itu mengerjapkan mata“Svargaaaa ….” Zaviya mengerang lagi tapi bernada protes.Zaviya melepaskan pelukan lalu bergulir membelakangi Svarga dan karena gerakan serampangannya itu membuat bagian rok gaun tidurnya naik hingga ke pin
“Loh … Svarga, ikut meeting? Bukannya kamu cuti sama kakek selama satu minggu?” Davanka-kakak sepupunya yang paling tua bertanya saat mereka bertemu di ruang meeting kantor pusat.“Aku sengaja pulang lebih cepat, enggak ada lagi yang perlu kami lakukan di Surabaya.” Svarga menjawab cukup panjang.Svarga menghargai Davanka karena pria itu tidak pernah membullynya seperti sepupu yang lain.Davanka juga tidak banyak bicara dan kelakuannya yang paling normal jadi bisa dibilang kalau Davanka sefrekuensi dengannya sehingga Svarga nyaman bicara dengan pria itu.“Memangnya enggak bulan madu? Kakek kasih cuti seminggu buat bulan madu, kan?” Davanka bertanya dengan nada santai tanpa menatap wajah Svarga seakan kalau pertanyaannya hanya basa-basi saja dan tidak memerlukan jawaban Svarga.Svarga mengembuskan napas panjang, dia bersandar punggung lebih dalam ke kursi meja rapat.“Kenapa?” Kali ini Davanka menoleh menatap Svarga saat bertanya.Svarga menggelengkan kepalanya.“Target tahun ini engga
Karena Zaviya adalah cucu dari pemilik restoran paling terkenal di Surabaya—dia sudah tahu akan mengambil jurusan apa saat kuliah.Zaviya sudah diberitahu akan diwarisi salah satu restoran oleh eyang Prita sehingga dia bersemangat kuliah mengambil jurusan Tata Boga dan dilanjutkan dengan mengambil program Profsional Chef Pastry Bakery di Bali membuat Zaviya mahir dalam memasak dan membuat kue.Dengan waktu singkat karena bahan penunjangnya sudah tersedia—Zaviya bisa membuat menu makan malam spesial untuk Svarga.Mood-nya sedang baik sore ini.Selesai membuat makan malam dan menu penutup, Zaviya buru-buru mandi agar terlihat sempurna ketika Svarga pulang nanti.Dan begitu Svarga masuk ke dalam apartemen, wangi kue menyerang indra penciumannya.Dia mengayun langkah ke ruang makan di mana wangi itu berasal dan mendapati menu makan malam beserta pastry yang menggugah selera.“Svarga!” Zaviya berseru mengejutkan Svarga.Pria itu menoleh dengan kedua alis bertaut, mungkin kesal karena Zaviy
Tok … Tok …Svarga mengangkat pandangan dari layar MacBooknya.Tidak lama sosok Willy-sang sekretaris muncul lalu masuk mendekat ke arah meja Svarga.“Maaf Pak … barusan ibu Zaviya mengirim pesan kepada saya.” Willy menjeda.“Bikin ulah apalagi dia?” Svarga menggeram di dalam hati.“Apa katanya?” Svarga mencoba menunjukkan tampang biasa saja meski perasaannya mulai tidak nyaman.Entah kenapa mendengar nama Zaviya disebut, Svarga selalu berpikiran buruk kalau masalah akan menyambanginya.“Bu Zaviya ingin menjual satu set perhiasan dan Lamborgini hadiah ulang tahun dari pak Svarga katanya untuk membangun restoran.” Willy menyampaikan isi pesan Zaviya secara lengkap.Svarga mengusap wajahnya kasar bersama hembusan napas gusar.Zaviya pasti sedang mencari perhatian atau hanya ingin mengetesnya saja, seperti beberapa malam lalu saat dia mengatakan sedang menstruasi tapi malah mengajaknya membuat anak dengan membuka satu persatu kancing bajunya.Gadis itu hanya ingin menggoda Svarga dan ap
“Aku akan buatkan kamu restoran tapi ada syaratnya.” “Kok pakai syarat? Enggak usah kamu yang buatin … aku juga bisa buat restoran sendiri, sebentar lagi Lambo sama perhiasan aku laku dijual, bisa buat resto keren dan mewah.”Di luar dugaan Svarga, ternyata tidak semudah itu berkomunikasi dengan Zaviya.Svarga memutar otak sambil berusaha untuk tetap tenang.“Syaratnya enggak sulit kok, aku hanya ingin kamu bersikap normal dan berhenti menggodaku … aku semakin ilfeel kalau kamu menggodaku terus ….” Zaviya tercenung menatap Svarga lekat, hatinya semakin sakit seakan ditusuk ribuan sembilu.“Tidak perlu memakai baju tidur semi lingery lagi, berhenti merengek dan bersikap manja … jangan membuat drama konyol lagi, bersikap biasa saja … aku lelah.” Svarga langsung menyesali ucapannya setelah melihat ekspresi wajah Zaviya yang pasi dengan kerjapan mata cepat.Dia tahu kalau istrinya sedang menahan tangis tapi Svarga harus tega agar dia bisa mendapatkan kembali hidupnya yang dulu.Svarga
Dari semenjak Zaviya menentukan tempat untuk restorannya, istri dari Svarga itu langsung sibuk jarang ada di rumah.Zaviya selalu meminta ijin setiap kali akan pergi keluar rumah melalui pesan singkat setelah beberapa langkah Svarga keluar dari apartemen.Istrinya memberitahu kalau dia hendak ke kantor sang kakak dan tentu saja Svarga memberi ijin meski Zaviya pulang malam melupakan tugasnya sebagai seorang istri.Setiap kali pulang ke rumah, sudah tidak ada lagi hidangan makan malam yang lezat apalagi senyum manis Zaviya saat menyambutnya di depan pintu.Baru Svarga sadari kalau entah sudah berapa lama dia dan Zaviya tidak bertegur sapa.Zaviya juga seperti menghindar bertatapan dengannya, tapi tidak pernah lupa membuatkan sarapan pagi.Semestinya Svarga senang, hidupnya yang tenang telah kembali tapi kenapa dia merasa gundah?Siang ini Svarga makan siang bersama para sepupunya.Terpaksa, karena kebetulan mereka baru selesai meeting di kantor pusat.“Masa Dinda harus minta pendapat a
Padahal Zaviya ingin bermanja-manja, dia ingin meminta pendapat Svarga mengenai restorannya.Dia lelah ke sana ke mari sendirian, bolak-balik proyek, memilih bahan, memikirkan konsep, denah sampai printilan untuk restorannya setelah jadi nanti.Zaviya menundukan kepala saat berdiri di depan pintu apartemen, dia tidak perlu memakai topeng lagi agar terlihat bahagia di depan keluarganya.Jemarinya menekan angka pada panel di dekat handle pintu membuat benda tersebut terbuka dan kedatangannya disambut cahaya lampu yang menandakan kalau Svarga sudah sampai di rumah.Zaviya melengos begitu saja melewati Svarga yang tengah duduk di meja kerjanya mematuti layar MacBook.Svarga melirik sekilas dan dia bisa menangkap raut sendu di wajah istrinya.Tapi Svarga gengsi bertanya apalagi memulai obrolan dengan Zaviya.Svarga melamun selama beberapa saat dan entah apa yang merasukinya, dia malah bangkit dari kursi lalu menarik langkah menuju ke kamarnya.Begitu membuka pintu, netranya bertemu dengan
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be