Menit berganti jam. langit pun yang tadi terang benderang kini sudah gelap. Tugas matahari juga sudah digantikan oleh bulan dan bintang. Setelah dari cafe, Kinan diantar pulang oleh Yuna. Karena Wanita itu mendapat kabar dari sang suami jika ia tak bisa dijemput karena Devan ada kerjaan mendadak bersama Sean. Dan sampai saat ini, Devan belum juga pulang. Walaupun suaminya itu memberi kabar jika mereka masih di kantor, Tapi tetap saja Kinan sedikit khawatir. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Kinan kembali melirik ponselnya dan mencoba menghubungi Devan. "Halo sayang." ucap Devan lebih dulu dari seberang sana dan suara Devan terdengar cukup lelah. "Halo Mas, Mas di mana. Kok jam segini belum pulang?" "Mas masih di kantor. Ada masalah di kantor yang benar-benar harus diselesaikan dengan segera. Kamu belum tidur? udah makan belum?" "Aku nggak bisa tidur. nunggu Mas dulu dan aku juga belum makan, nungguin mas.""Ya ampun Sayang, jangan ditungguin. setidaknya kamu makan dulu.
Angin berhembus sepoi-sepoi. Langit tak terlalu cerah namun juga tak gelap pertanda turun hujan. Satu per satu Yuna melihat sepeda motor yang berlalu lalang di depannya. Dan sudah setengah jam, Yuna betah duduk di meja bagian luar cafe sembari menyeruput minuman dingin yang ia pesan dari dalam.Ia baru saja selesai kelasnya satu jam yang lalu dan ia juga malas pulang. Karena itu Yuna memutuskan untuk menghabiskan harinya di cafe langganan di dekat kampusnya. Sebelum Kinan menikah, ia dan Kinan selalu di sini, menunggu para anak teknik yang nongkrong di cafe ini. Tapi sekarang, semuanya benar-benar berubah. Dimas dan Bayu juga tak ada di sini, Kinan juga sudah fokus dengan mas mantan duda.Yuna menghela nafas panjang. Ia benar-benar terlihat nelangsa. Yuna melirik ponselnya, mencari kontak Riko dan masuk ke dalam room chat yang masih kosong. Ingin rasanya ia menghubungi Abang dari Kinan itu, namun ia takut di sangka cari perhatian."My Prince? Asik!" Seseorang merebut ponsel Yuna dari
"Kamu cemburu?"Riko mengulangi pertanyaannya. Pria itu menatap lekat wajah Yuna. Kegugupan yang gadis itu perlihatkan membuatnya tersenyum tipis. "Hei..aku nanya.." Semburat merah muncul di wajah Yuna. Jarak wajahnya dan Riko hanya sejengkal. Bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas Riko di wajahnya. "Kamu cemburu?" Ulang Riko lagi."I...itu...Hah!" Yuna menjauhkan wajahnya dari pria yang saat membuatnya berdebar. "Bang Riko kenapa dekat-dekat. Jangan dekat-dekat ih.""Hah? Kenapa?""Ya...ya nggak kenapa-kenapa, tapi nggak enak dilihatin orang.."Riko kembali menegakkan wajahnya. "Salah mereka, kenapa lihat ke sini..""Iisshh,, mereka punya mata juga bang... Au ah males. Serah bang Riko aja. Aku mau cabut dulu, ada urusan lain."Yuna kembali melangkah namun lagi-lagi ditahan oleh Riko. "Kemana?" Tanya pria itu."Ada urusan..""Aku anter.""Hah? Nggak mau ah.""Kok nggak mau. Kan diantar. Gratis nggak usah bayar."Yuna menatap Riko dengan gundah. Ia mencoba mendalami sikap Riko yan
"Mas jelek..""Iya Mas jelek. Udah marahnya ya sayang.""Tapi mas bener jelek kan?""Iya sayang. Mas jelek. Jelek banget malahan. Cuma kamu yang suka sama mas.""Bukan suka Mas, tapi cinta.""Iya cinta, kamu cinta sama mas. Mas juga sangat cinta sama kamu. Cuma kamu yang mau sama mas. Mas jelek sayang." Ucap Devan yang masih dalam mode membujuk istrinya. Entah kenapa sang istri bisa seperti itu. Kesurupan kah? Ya Tuhan, jangan sampai. Bukan karena ia takut, tapi karena tak tahu cara mengeluarkannya dari tubuh Kinan.Devan harap-harap cemas. Ia menatap sang istri yang sedang menatapnya juga namun dengan tatapan sendu."Sayang.." panggil Devan lagi.Kinan menghela nafas. "Maaasss.." Kinan meringsek masuk dalam pelukan Devan. "Ya Tuhan akhirnya. Iya sayang, mas minta maaf ya." Pelukan itu dibalas hangat oleh Devan. Kinan mengangguk. Keduanya berpelukan. Kinan melepaskan pelukannya dan memilih untuk duduk di pangkuan suaminya. Devan menatap Kinan dengan lembut. Ia menyelipkan rambut y
'Bar, jemput gue ya Bar. Gue mohon bantu gue kali ini. Gue kirim lokasinya.' - SENDSudah lima belas menit yang lalu Yuna mengirim pesan pada teman kuliahnya. Ia hanya memilih secara acak teman yang bisa diajak bekerja sama saat ini. Ia kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya setelah ia mengirimkan alamat rumah Kinan pada Akbar.Kali ini ia tak bisa berlama-lama berada di samping Riko. Ia sudah kalah sebelum mulai terlebih dahulu. Ia tak ingin terlalu jatuh dan kali ini ia akan mundur.Ini yang ia takutkan tadi. Ia takut jika Riko ternyata sudah punya tambatan hati dan ia terluka sendirian. Ini rasanya sakit dan sangat sulit."Gimana lanjutan status Lo di kantor papa?" Devan mengalihkan pembicaraan. Devan sangat sadar perubahan sikap Yuna. Namun sayangnya kedua kakak beradik ini tak melihat itu. "Gue lagi mempelajari gimana masalah perusahaan saat ini. Tapi ya itu, gua baru mulai. Bisanya secara perlahan walaupun bidang gue di sana. Tapi terjun secara langsung Baru kali
Pagi sudah menyapa. Matahari menyelinap masuk ke dalam celah gorden yang sedikit terbuka menyapa si pemilik kamar yang masih asik bergelung dalam selimut tebal yang menutupi tubuh telanjang mereka. Kinan terbangun lebih dulu. Ia merasakan tubuhnya dipeluk erat oleh sang suami."Mas, bangun." Bisik Kinan lalu mengecup kedua mata suaminya. Devan tersenyum tipis."Mas sudah bangun sayang. Bahkan tongkat perkasa Mas juga sudah bangun." Balas Devan tepat di telinga Kinan membuat Kinan bergidik geli.Cup.Sebuah kecupan di leher Kinan diberikan oleh Devan. Kecupan yang manis dan lembut itu mampu menarik desahan Kinan untuk keluar."Aaghhh mas..." Desahnya.Devan tersenyum. Ini yang paling ia suka dari Kinan. Tubuh Kinan begitu sensitif jika disentuh. Apalagi sentuhan itu disertai kecupan.Devan memutar posisinya dari samping kini berpindah ke atas tubuh Kinan. Ia menarik selimut sampai menutupi kepalanya sementara Wajah Kinan masih terlihat. Erangan nikmat Kinan terdengar manja saat Devan
Siang ini seperti jadwal yang sudah ditentukan, Kinan dan Yuna kini sudah bertemu di sebuah cafe yang berada tak jauh dari kantornya suami Kinan. Mereka Baru saja selesai memesan makanan dan kini menunggu sembari bercerita."Gimana kabar lo?" Tanya Kinan sedikit basa-basi. "Seperti yang lo lihat. Gua baik.""Tapi hati lo juga aman kan?"Yuna menyipitkan matanya, "maksudnya?""Lo nggak mungkin nggak tahu soal apa yang gua tanya barusan." Yuna menghela nafas berat. Ia sudah yakin Kinan akan membahas soal ini saat mereka bertemu. "Lo bisa jelasin sama gue apa yang sebenarnya terjadi antara lo dan abang gue? Lalu kenapa Akbar bisa sampai di rumah semalam? yang gue tahu Akbar nggak pernah tahu di mana rumah gue dan Akbar juga nggak tahu kalau gue udah nikah. Dan kenapa harus Akbar sih? dari sebanyak itu cowok yang ada di kampus, Kenapa harus Akbar? Bagi gue nggak masalah lu deket sama siapapun, tapi Akbar, why? Lo pasti tahu kan predikat Akbar sebagai cowok brengsek di kampus. dan lo m
"cerita tentang keluarga Yuna hanya aku yang tahu. Yuna hanya memberitahukannya semuanya padaku. Dan teman yang lainnya tahu Yuna yatim piatu dan tinggal bareng Tante sama omnya di Jakarta. Tapi faktanya papanya Yuna masih ada dan namanya meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang. Dan mama Yuna meninggal pun juga di kantor polisi saat satu bulan mamanya Yuna masuk penjara." Kinan menghentikan sejenak kalimatnya. ia menatap wajah suaminya dan juga wajah Abangnya yang sama-sama kaget mendengar penuturan darinya. "Kamu jangan bercanda sayang.""Aku nggak bercanda mas. Bahkan aku tahu di mana saat ini papanya Yuna di penjara. Aku bahkan pernah nemenin Yuna buat nemuin papanya." "Yuna baik. Dia sangat baik. Tapi nggak untuk masuk di keluarga kita bang. Keluarga Yuna yang gak jelas dan rusak itu yang membuat Yuna nggak bisa masuk di kehidupan kita. cukup Yuna jadi sahabat aku aja.""Dan kenapa Yuna nggak beritahu yang lainnya? Setahu Abang kamu punya dua sahabat cowok yang kemana-m
Waktu pun berlalu. Hari berganti minggu minggu pun berganti bulan. Dan hari ini kemeriahan baru saja terjadi di kampung Harapan. Yuna dan Rama baru saja melangsungkan pernikahannya dan sudah sah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan Yuna juga dihadiri oleh Riko. Dan sering berjalannya waktu juga Riko dan Rossa akhirnya berkomitmen untuk berpacaran. Dan hubungan mereka sudah berjalan 4 bulan. Tentu saja tanpa sepengetahuan keluarga Riko. Karena ia sendiri tak mau direkcoki lagi oleh orang tuanya. Rossa sendiri sudah mengetahui bagaimana hubungan Riko dengan kedua orang tuanya. Walaupun Rossa tidak menuntut namun Gadis itu selalu mengingatkan Riko untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga besar Riko. "Selamat ya." Ucap Riko pada Yuna dan Rama. "Lo jaga baik-baik Yuna. Awas kalau lu sakit tidur berhubungan sama gue." Ucap Riko membuat Rossa langsung cemberut."Tuh yayang bebeb kamu marah tuh."Riko langsung melirik ke arah Rossa yang merajuk menatapnya. "Hahahaha. Nggak ap
Sudah 1 jam Riko berada di Bandung. Dan sudah satu jam pula ia, Yuna dan Rama saling berbincang-bincang tentang banyak hal. Awalnya Yuna benar-benar merasa tidak enak dengan Rama , namun pria itu bisa meyakinkan Yuna kalau baginya tidak ada masalah tentang masa lalu Yuna dengan Riko. Masa lalu ya sebatas masa lalu, sekarang adalah masa depan dirinya dan Yuna, jadi tidak ada sakit hati atau kecewa dan sebagainya. Bahkan Riko pun tidak membahas lagi tentang masa lalunya dengan Yuna, Jadi mereka hanya bicara tentang sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. "Di sini ada yang jual makanan gak sih, laper aku." Ucap Riko sembari bertanya. Karena memang dari pagi ia belum makan. "Lapar? Kamu belum makan?" "Belum. Didatangi pagi-pagi cuma buat digambar bikin nafsu makan hilang." Rutuknya ."Ck! Kasihan banget sih hidup lu bro. Ya udah ke rumah gue yuk. Kebetulan ibu gue tadi masak banyak.""Eh, nggak usah. gue beli makanan di luar aja." "Nggak apa-apa sekalian Lo kenalan sama i
Kinan masih terdiam di dalam ruang rawatnya. Mulai dari ia siuman tadi sampai sekarang, ia belum melihat kehadiran abangnya Riko datang ke sini. Apa sekecewa itu abangnya padanya. Bahkan sampai ia dirawat seperti ini pun Riko tak melihatnya sama sekali.Ia juga tak berniat bertanya kepada suaminya karena ia sudah yakin Apa jawaban yang akan Mas Devan berikan padanya. "Sayang..." Devan mengejutkan Kinan karena muncul secara tiba-tiba. "Mas, mas Devan dari mana?" "Mas dari ruangan dokter." Jawabnya, "Apa kamu butuh sesuatu?" Tanyanya lagi dengan khawatir. Kinan menggeleng, "enggak mas. Cuma lagi mikir aja kenapa Bang Riko nggak ke sini. Apa sebenci itu bang Riko sama aku.""Sssttt.. udah Mas bilang jangan dipikirin dulu. Nanti terjadi sesuatu lagi sama kandungan kamu. Dokter bilang kamu harus jaga kandungan kamu agar anak kita di dalam juga nggak ikutan stres. Kalau urusan Riko sudah diurus sama papa. Jadi biar papa Yang menyelesaikan semua masalah dengan Riko.""Tapi sampai kapan M
Riko Baru saja sampai di rumah adiknya. Ia cukup terkejut mendengar Yuna mengatakan jika dirinya harus memberitahu Kinan untuk tak datang lagi ke kontrakan Yuna. Apa maksud Yuna? Apa Kinan pernah ke tempat tinggal Yuna?.Langit sudah mulai gelap saat Riko sampai di kediaman adiknya itu. Ia langsung nyelonong masuk tanpa permisi. "Kinan!" Teriak Riko membuat Kinan yang tadinya sedang bersantai di ruang tv langsung terkejut."Bang Riko?""Oh, kebetulan kamu di sini. Sepertinya kita perlu bicara Kinan." Ucapnya cukup sinis pada adiknya itu. Kinan yang melihat raut wajah Riko mendadak ketakutan. Beruntung di rumah sudah ada suaminya."Riko? Ada perlu apa ke sini?" Tanya Devan yang keluar dari dalam kamar."Gue nggak mau basa-basi di sini. Karena gua masih banyak urusan." Ucapnya. Riko lalu kembali melirik ke arah Kinan, "Abang mau tanya sama kamu Kinan, sejauh mana kamu ikut campur urusan Abang dengan Yuna?"Kinan tergugu. Ia tak tahu harus menjawab pertanyaan Abangnya seperti apa."Hey b
Yuna masih terisak sedih. Ia benar-benar tak bisa mengontrol hatinya. Ia benar-benar terluka dengan apa yang tadi Riko lakukan padanya. Ia tak menyangka Riko akan seperti itu. Pria itu sangat jahat."Sudah. Jangan berpikir yang aneh-aneh lagi. Semua sudah selesai.""Tapi aku nggak nyangka Rama kalau dia sampai sejahat itu. Ngancam bongkar aib aku kalau aku nggak mau ikut dia." Isaknya.Rama menatap Yuna yang masih menunduk. Ia tersenyum lucu. Rama meletakkan tangannya di atas kepala Yuna dan sedikit menunduk untuk bisa mensejajarkan wajahnya dengan Yuna, "Jangan pikirkan lagi. Kamu tahu, aku nggak peduli soal dia. Tapi aku pastikan, dia tak akan berani lagi untuk seperti tadi sama kamu." Ucap Rama penuh yakin.Yuna menatap penuh mata Rama dan itu membuat kepercayaan diri-annya kembali lagi. Ia lalu mengangguk. "Sekarang, hapus air mata kamu, kita ke rumahku." Yuna kembali mengangguk. Ia mulai kembali melangkah, walaupun langkahnya ada sedikit keraguan namun ia mencoba meyakinkan diri
Seperti janjinya pada ibunya, pagi-pagi sekali Rama sudah bersiap untuk menjemput Yuna dan membawanya ke rumah. Tentu saja kegigihan Rama ini mendapat godaan dari orang tuanya. Dan fakta bahagia yang Rama terima lagi pagi ini adalah bahwa ayahnya juga tidak mempermasalahkan tentang status keluarga Yuna. Yang jelas yang mereka tahu Yuna adalah anak baik-baik. Yuna adalah gadis yang penuh dengan sopan santun. apalagi sapaan Yuna pada warga sekitar sangat ramah dan lembut. Jika Yuna tidak mau berhubungan lagi dengan masa lalunya, tidak apa-apa. mereka akan dengan senang hati menerima Yuna di kampung ini. Bahkan mereka akan senang hati menerima sebagai menantunya.Rama berjalan kaki untuk sampai di rumah Yuna. Bahkan pria itu tak menyadari jika Yuna masih tertidur. Rama mencoba menghubungi ponsel Yuna. "Halo..." Sapa Yuna dari seberang sana dengan suara yang masih serak membuat Rama tertawa. "Kamu masih tidur? ya ampun Maaf aku ganggu ya.""Siapa ini?"Tawar Rama kembali meledak. Bahka
PLAAKK!!"Kamu benar-benar kurang ajar Riko!!!" Teriakan Hartono pada Anak laki-laki semata wayangnya itu. Tamparan keras baru saja ia layangkan pada Riko yang kini sudah terlihat seperti orang gila. Sangat tak terurus.Sementara Ayu, wanita itu menatap anaknya dengan tatapan frustasi. Ia selalu menangis setiap Riko kembali dalam keadaan mabuk."Mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Kamu ingin perusahaan ini hancur?" Teriak Hartono lagi.Riko yang tadi terdiam karena rasa panas dari tamparan keras itu belum hilang di pipinya, tiba-tiba tertawa menakutkan."Apa yang papa mau dari aku? Anak laki-laki yang sempurna? Bawa Yuna padaku dulu.""RIKO!!" Kali ini giliran Ayu yang berteriak. "Kamu jangan gila Riko. Mau dikemanain muka kami kalau kamu sama perempuan tak jelas itu!!""Ma, ini hidup Riko. Riko yang jalani semuanya. kenapa Mama dan papa yang ngatur. Riko berhak pilih masa depan Riko sendiri ma." "Kamu memang berhak Riko, tapi tidak dengan perempuan itu.""Emangnya kenapa? Yuna
Terkadang apa yang kita rencanakan dengan begitu matang tidak bisa kita realisasikan di dalam kehidupan kita. karena memang Tuhan yang tidak mengizinkan. Terkadang ada pula kita tidak menginginkan hal itu tapi Tuhan memberikan itu. Jadi mau tidak mau, kita harus menerimanya bagaimanapun kondisinya.Seperti yang saat ini Yuna rasakan. Ia tak menginginkan kehidupan seperti ini. Banyak kehidupan yang indah yang sudah ia khayalkan untuk masa depannya namun Tuhan tidak mengizinkan kehidupan indah itu masuk dalam hidupnya.Jadi mau tidak mau, ia harus menerima semua takdir yang Tuhan tuliskan untuknya. menerimanya dengan lapang dada tanpa protes apapun.Ini ia harus menatap ke depan. Menata kehidupannya untuk menjadi yang lebih baik. Walaupun nanti rintangan akan datang, ia harus bisa melalui semua itu. Mengakui kesalahan dihadapan Tuhan itu jauh lebih baik. Dan mau berubah agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Yuna kini menatap lurus pria yang saat ini mulai memetik beberapa straw
Pagi menyapa. Yuna masih asik bergelung nyaman dalam selimut tebalnya yang baru ia beli kemarin. Dan hari ini, ia ada janji bertemu dengan Rama. Oh ya, dua hari sudah berlalu sejak kejadian ciuman panas waktu subuh di teras kontrakan Yuna. Dan sejak saat itu juga, hubungan Yuna dan Rama kembali mencair. Rama bahkan semakin gencar memberikan perhatian pada Yuna walaupun sesekali pria itu juga terus mengatakan jika cintanya terluka karena Yuna. Tapi Yuna selalu menganggapnya sebagai lelucon dari Rama.Yuna menggeliat. Hari ini hari Minggu dan ia berencana untuk ke kebun strawberry milik Rama lagi. Ia ingin memetiknya kembali. Dan ia sudah janji dengan Rama ke sana pukul delapan nanti. Yuna melirik jam di ponsel kecilnya dan masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi ia akan bersiap. Hari ini ia juga berencana akan ikut masak bersama dengan para ibu-ibu di sini karena nanti sore ada acara silaturahmi kampung. Kata Rama, acara itu biasanya akan dimeriahkan dengan karaoke kecil-kecilan di