Share

Bab 35. Terjepit

Penulis: Menook We
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-06 11:08:02

"Kamu duduk dulu ya Mas? tunggu sebentar, biar aku ambilkan jubah handuk kamu dulu," suara Alira, mengarahkan suaminya untuk kembali duduk di tepi ranjang.

Tak membuat Satria bersuara, hanya menahan senyum mengangguk pelan.

"Dimana tempatnya ya? aku lupa,"

"Ada di almari, pintu tengah di bagian bawah,"

"Oh iya, sebentar," lanjut Alira, segera mengayunkan langkahnya, hendak membuka pintu almari, untuk mengambil salah satu jubah handuk yang ada di dalamnya.

"Kamu pakai dulu ya? aku siapin air nya dulu," lanjut Alira, sesaat setelah berdiri di depan suaminya, mengangsurkan jubah handuk yang baru diambilnya ke depan Satria.

"Air hangat Ra,"

"Iya Mas," jawab Alira, menganggukkan kepalanya pelan, kembali mengayunkan langkahnya, hendak masuk ke dalam kamar mandi.

Untuk mengisi bathup yang tersedia, meninggalkan Satria yang t

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 36. Kecemburuan Satria

    "Kok belinya cuma satu Ra?" tanya Satria, masih duduk bersandar di atas ranjang, mengalihkan pandangan Alira yang sedang berdiri, membuka bungkusan ketoprak yang ada di atas nakas."Lupa nggak bawa dompet Mas, ini aja masih untung nemu uang dua puluh ribu di saku celana," jawab Alira, menciptakan senyum di bibir Satria menyandarkan kepala."Sampai segitunya kamu Ra, hanya untuk menghindariku sampai lari gitu aja nggak bawa apa-apa," sindir Satria, tak membuat Alira bersuara, hanya diam membisu segera melangkah untuk duduk di tepi ranjang di depannya."Kamu mau nggak? aku hanya bisa beli satu Mas, kita bisa makan bersama," kata Alira."Itu kenapa sendoknya ada dua?" tanya Satria, menunjuk sendok yang ada di tangan istrinya, mengalihkan pandangan Alira."Biar kita bisa makan sama-sama Mas,""Ya nggak perlu sendok dua lah Ra, satu saja cukup kan? kasihan Bi Asih

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 37. Ceraikan Aku

    "Mau kemana kamu?" tanya Satria, masih duduk di tepi ranjang, beradu pandang dengan mata sembab istrinya, baru keluar dari dalam kamar mandi hendak keluar kamar."Keluar.""Kemana?" desak Satria, menciptakan helaan nafas di bibir Alira, merasa tak suka.Karena hatinya yang sedang tak baik baik saja, merasa terluka dengan semua keadaan yang terus saja memaksanya. Hanya ingin sendiri menenangkan diri tak melakukan pembicaraan.Hingga membuatnya terdiam, segera membuang pandangannya ke sembarang arah, menggigit bibir bawahnya menahan jatuhnya air mata.Tak menatap suaminya yang telah berdiri, hendak mengayunkan langkah mendekatinya."Kenapa kamu nangis?" tanya Satria, tak membuat istrinya bersuara, hanya menundukkan kepala menitikan air mata."Hei... kenapa kamu Ra? kenapa nangis begini sih?" lanjut Satria, semakin bingung dengan tangisan is

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 38. Kepanikan

    Tok tok tokSuara ketukan pintu di gym room Satria, tak berhasil membuat Satria membuka mata, karena rasa sakit di kepalanya yang terasa luar biasa, berusaha menahan rasa sakitnya tak merubah posisinya.Tok tok tok Suara ketukan di pintu kembali terdengar, membuatnya mengumpat kesal merasa terganggu."Masuk!!!" teriak Satria akhirnya, segera menegakkan kepalanya, kembali merintih menyentuh kepalanya sendiri."Mas Satria? Ya Allah.... kenapa Mas? kenapa pucat begini Mas?" teriak Bi Asih, sesaat setelah membuka pintu, menyaksikan putra dari majikannya yang terlihat lemah tak berdaya.Segera mengayunkan langkahnya cepat, memasuki ruangan gym mendekati Satria."Ya Allah ya Robbi, kenapa jadi begini sih Mas? Ya Allah...," pekik Bi Asih kembali, terlihat begitu khawatir duduk berjongkok di sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 39. Alasan Tak Ingin di Tinggalkan

    Langit telah menggelap sempurna, masih di temani dengan sang rembulan dan juga kerlipnya bintang, tanpa mendung yang bergelayut, sangat bertolak belakang dengan suasana hati Alira saat ini.Yang sedang mengayunkan langkahnya, baru menyelesaikan makan malamnya bersama dengan Papa Bagaskara, menaiki anak tangga sambil membawa nampan yang berisikan sepiring nasi beserta lauk untuk suaminya.Merasa begitu tertekan dengan keadaan yang menimpanya, rasa tak ingin kehilangan kekasih yang dicintainya, dan ketidak setuju an suaminya untuk menceraikannya sebelum perjanjian berakhir.Membuatnya semakin frustasi, dengan rasa bingung yang menguasai.Dan di tambah lagi dengan sikap suaminya yang tiba tiba saja berolahraga, mengacuhkan kesehatan yang belum pulih, hingga membuat kondisi suaminya itu drop lagi.Sama sekali tak bisa membuatnya mengerti, bagaimana bisa? suaminya itu menyiksa diri se

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 40. Iya, Aku Mempersulitmu

    Sementara itu di kamarnya di lantai dua, Satria masih terdiam, menarik nafasnya panjang menengadahkan kepalanya masih bersandar.Berusaha berpikir, sambil memejamkan matanya dalam, mencari cara untuk memisahkan istrinya dengan Adam.Sebelum menegakkan kepalanya cepat, berusaha menerka kelemahan Alira, ingin menghubungi seseorang yang sangat di hormati dan juga di takuti istrinya."Ibu, ya ibu, mungkin Ibu bisa membantuku sekarang," gumam Satria.Segera meraih ponselnya yang ada di atas ranjang, ingin menghubungi ibu mertuanya.Hanya menunggu beberapa detik sebelum..."Assalamualaiku Bu," salam Satria, sesaat setelah panggilan teleponnya tersambung."Waalaikum salam Satria," Jawab Bu Rani dari dalam ponsel, menciptakan seulas senyum di bibir Satria menyandarkan kepalanya."Gimana keadaan kamu Sat? Ibu sama Ayah minta m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 41. Tak Seperti Teman

    Siang kian menjelang, namun belum terlalu terik, karena waktu baru menunjuk ke pukul sepuluh.Di jalanan perumahan yang terlihat sepi, hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang, terlihat mobil hitam Adam, melaju dengan kecepatan sedang sebelum berbelok ke halaman rumah berlantai satu yang terlihat cukup luas dan sangat asri.Dengan berbagai macam bunga dan tumbuhan yang menghiasi, tertata begitu rapi di sekitar pagar dinding gerbang yang sudah terbuka.Menampakkan raut wajahnya yang di buat biasa saja, menyembunyikan rasa kecewanya, tak ingin memperlihatkannya kepada orang tuanya."Assalamualaikum," ucap Adam, sesaat setelah masuk ke dalam pintu utama yang tak terkunci.Sebelum mengulaskan senyum di bibirnya, melihat Mamanya yang tergopoh baru keluar dari dapur menemuinya."Waalaikum salam," jawab Mama Mayang, sebelum terdiam, menyadari ada yang kurang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 42. Ikuti dan Laporkan

    Semilirnya angin di siang hari, Mambawa teriknya mentari yang tak lagi bersahabat menyengat kulit.Terlihat Alira, duduk bersebelahan dengan suaminya Satria di atas meja makan, belum memulai acara makan siangnya bersama dengan kedua orang tua dan juga Aksa, adiknya."Mau makan apa Mas?" tanya Alira, seraya mengambil piring kosong yang ada di depan suaminya, mengalihkan pandangan Ibunya yang masih diam setelah menenggak setengah gelas air mineral."Ambilkan ayam kecap ini Ra, suami kamu kan sukanya itu," sahut Bu Rani."Ayam kecap ya Mas?" tanya Alira."Iya, yang banyak," jawab Satria."Jangan banyak-banyak Mas, nanti yang lainnya nggak kebagian," spontan Alira, sebelum terkekeh mendengar sahutan Ayahnya."Di dapur masih banyak Ra, nggak kebagian gimana? iya kan Bu?" kata Ayah Pras."Iya, kasih yang banyak Ra, biar cep

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 43. Rasa Bingung

    Semilirnya angin di siang hari, tepat di pukul dua dengan cuaca yang sangat cerah. Terlihat Alira, menghentikan laju motornya di dalam halaman kafe dan sejajar dengan deretan motor yang lainnya.Merasa begitu tak sabar, dengan degup jantungnya yang semakin tak karuan, bersiap untuk melepas rindu, bertemu dengan kekasih hatinya, lelaki yang begitu di cintainya namun terus saja di sakitinya.Sebelum terdiam, dengan deru nafasnya yang tersenggal setelah berlari dari halaman parkir ke pintu utama kafe, menatap sayang Adam yang sedang menikmati secangkir kopi di atas meja menyadari keberadaannya.Tanpa senyum di bibir untuknya, tanpa tatapan hangat sama seperti biasanya, sungguh sangat sangat menyakiti hatinya."Apa kabar Dam?" tanya Alira, sudah berdiri di depan kekasihnya, memainkan tali tasnya yang ada di atas pinggang.Merasa begitu kikuk, tak bisa sesantai biasanya, hingga mencip

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07

Bab terbaru

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 98. Mencintai Seutuhnya, Bersama Selamanyay

    Kebahagiaan yang sudah menyelimuti, merasa saling membutuhkan dan terlebih lagi mencintai. Setelah kehilangan yang begitu sangat menyakiti hati, dan di tambah lagi dengan kesalahpahaman yang menyesakkan, menyayat perih luka hati yang sudah saling mencintai.Setelah dua Minggu berlalu, Alira yang kini telah menyadari untuk siapa sebenarnya hatinya di labuhkan, setelah dilema panjang yang menderanya, dan masih belum bisa melupakan Adam secara sempurna.Tapi kali ini, dirinya sudah memantapkan nya, memilih untuk mencintai sepenuh hati. Satria, sang suami, pendamping hidupnya pemilik hatinya.Tanpa bayang bayang Adam yang membayangi, tanpa bayangan dari kisah cinta lamanya yang telah ia lepaskan seutuhnya."Mas," panggil Alira suatu sore, tepat di hari minggu di ruang tengah di dalam apartemennya.Mengalihkan pandangan Satria, yang sedang menikmati buah apel hasil irisan tangannya, m

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 97. Penghinaan Untuk Azkia

    Kemarahan yang menguasai, membuat Satria tak lagi bisa mengontrol diri. Sudah berada di dalam perjalanan, sedang mencoba menelepon mantan kekasihnya."Dimana?" sengit Satria, dengan sorot mata tajamnya. Duduk di kursi depan di mobilnya yang di kemudikan Adi."Di kafe, kenapa? mau kesini?" jawab Azkia, dengan suaranya yang terdengar biasa, sama sekali tak mengetahui gemuruh di dalam dada Satria."Share lokasi, aku kesana sekarang,""Jadi ngajak ketemu terus ya sekarang? goda Azkia terdengar senang. "Apa mungkin kamu sudah mulai..."Mengembangkan amarah di hati Satria, segera mematikan panggilan teleponnya spontan. Karena dirinya yang merasa tak sabar, untuk memberikan mantan kekasihnya itu pelajaran."Ke kafe Memory," suara Satria, sesaat setelah menerima pesan dari Azkia.Dan tak membuat sahabatnya itu bersuara, hanya menginjak gas mobil

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 96. Pembalasan Satria

    Keheningan menyelimuti, di antara Alira dan juga Satria yang saling diam, membisu tak ada yang bersuara di dalam ruang rawat Alira.Sudah duduk berdampingan di atas sofa, dengan pandangan keduanya yang menatap lurus ke depan."Azkia yang memasang penyadap di apartemen kita," suara Satria Akhirnya, setelah membisu beberapa saat tak mengalihkan pandangan Alira."Aku kesana untuk menyelesaikan semuanya, untuk menanyakan alasan kenapa dan apa maksudnya dia melakukan hal gila seperti itu.""Aku sudah berniat untuk menemuinya di apartemennya, tapi dia memintaku untuk menemuinya di Super Land.""Dan aku juga sudah menolak untuk bermain bersama dengan dia, tapi dia menarikku, memaksaku untuk bermain bersama." Berusaha untuk menjelaskan semuanya, dengan harapan di hatinya, semoga istrinya itu mengerti."Aku minta maaf," lanjut Satria lagi, hendak menyentuh punggung tangan istrinya namun tak bisa. Karena Alira yang

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 95. Berbaikan

    Keheningan menyelimuti, di antara Alira dan juga Satria yang saling diam, membisu tak ada yang bersuara di dalam ruang rawat Alira.Sudah duduk berdampingan di atas sofa, dengan pandangan keduanya yang menatap lurus ke depan."Azkia yang memasang penyadap di apartemen kita," suara Satria Akhirnya, setelah membisu beberapa saat tak mengalihkan pandangan Alira."Aku kesana untuk menyelesaikan semuanya, untuk menanyakan alasan kenapa dan apa maksudnya dia melakukan hal gila seperti itu.""Aku sudah berniat untuk menemuinya di apartemennya, tapi dia memintaku untuk menemuinya di Super Land.""Dan aku juga sudah menolak untuk bermain bersama dengan dia, tapi dia menarikku, memaksaku untuk bermain bersama." Berusaha untuk menjelaskan semuanya, dengan harapan di hatinya, semoga istrinya itu mengerti."Aku minta maaf," lanjut Satria lagi, hendak menyentuh punggung tangan istrinya namun tak bisa. Karena Alira yang

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 94. Rasa Rindu di Sela Rasa Marah

    "Gila kamu Sat," lirih Adi, sesaat setelah mendengarkan cerita dari Satria, mengenai situasi yang sebenarnya sama sekali tak menyangka. "Bodoh sekali kamu,""Aku tahu," sahut Satria, semakin sendu membuang pandangan. "Dan aku menyesalinya.""Apa kamu tahu apa yang sudah aku katakan kemarin ke Alira saat kamu pergi menemui Azkia dalam keadaan marah?"Mengalihkan pandangan Satria menatapnya diam."Jangan panik Ra, Satria lebih tahu apa yang harus di lakukannya, dia hanya sedang menjaga dan melindungi kamu," menirukan ucapannya sendiri mencebikkan bibirnya."Dan aku benar benar malu dengan kalimatku itu Sat, kamu nggak sebaik yang aku kira, kamu nggak tahu apa yang harus kamu lakukan, bukannya menjaga istri kamu, kamu malah... ck," berdecak kesal."Lebih baik kamu masuk ke dalam sekarang Di! lihat kondisinya Alira, daripada terus menyalahkan ku dan semakin membu

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 93. Cari Tahu dan Bawa Kesini

    Suasana dingin yang menguasai, menambahkan aura ketegangan yang terjadi antara Papa Bagaskara dan juga Satria, saling membisu, sudah duduk di atas sofa yang ada di dalam ruang tamu saling membuang pandangan.Setelah melakukan pembicaraan sengit, saling berdebat. Papa Bagaskara yang terus saja menyalahkan putranya, dan Satria yang tetap kekeh dengan pembelaan atas dirinya.Sudah menjelaskan semuanya, mengenai penyadap yang di temukannya di Apartemen, hingga berakhir di sebuah pertemuannya dengan Azkia dan berujung ke kesalahpahaman.Tak terkecuali rasa curiga yang ada di dalam pikirannya, sudah memerintahkan Adi untuk mencari tahu kenapa istrinya itu bisa tertabrak.Membuat keduanya seperti ini, saling diam dan membisu, tak ada lagi yang bersuara demi untuk bisa mengendalikan rasa di hati yang berkecamuk tak karuan, menghela nafas kompak."Bodoh sekali kamu Sat! bodoh! benar benar Bodoh!" umpat Papa Bagaskara, t

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 92. Tamparan Papa Bagaskara

    Suasana dingin yang menguasai, menambahkan aura ketegangan yang terjadi antara Papa Bagaskara dan juga Satria, saling membisu, sudah duduk di atas sofa yang ada di dalam ruang tamu saling membuang pandangan.Setelah melakukan pembicaraan sengit, saling berdebat. Papa Bagaskara yang terus saja menyalahkan putranya, dan Satria yang tetap kekeh dengan pembelaan atas dirinya.Sudah menjelaskan semuanya, mengenai penyadap yang di temukannya di Apartemen, hingga berakhir di sebuah pertemuannya dengan Azkia dan berujung ke kesalahpahaman.Tak terkecuali rasa curiga yang ada di dalam pikirannya, sudah memerintahkan Adi untuk mencari tahu kenapa istrinya itu bisa tertabrak.Membuat keduanya seperti ini, saling diam dan membisu, tak ada lagi yang bersuara demi untuk bisa mengendalikan rasa di hati yang berkecamuk tak karuan, menghela nafas kompak."Bodoh sekali kamu Sat! bodoh! benar benar Bodoh!" umpat Papa Bagaskara, t

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 91. Tamparan Papa Bagaskara

    "Apa maksud kamu Ra?" tanya Bu Rani.Membisukan Alira, menyadari kalimatnya yang tak terkontrol membuang pandangan."Alira, bisa jelaskan ke Ibu maksudnya apa? surat perjanjian? surat perjanjian Apa?" semakin tak sabar menuntut jawaban."Pernikahan," menelan salivanya pelan menundukkan kepalanya.Tak mengetahui sorot mata terkejut di netra Ibunya, semakin tersentak dengan jawabannya tak percaya."Sewaktu makan malam dulu, saat pertama kalinya aku ke rumah Papa untuk menghadiri undangan makan malam dari Papa. Ibu mengingatnya?"Menganggukkan lemah kepala Bu Rani. "Kenapa dengan makam malamnya?""Mas Satria memberikanku surat perjanjian pernikahan."Semakin mempercepat degup jantung Bu Rani membekap mulutnya sendiri. "Ya Allah" gumamnya lirih.Sama sekali tak menyangka dengan apa yang baru di dengar

  • Dipaksa Putus Karena Perjodohan    Bab 90. Membenci Satria?

    Flashback sebelum pertemuan Satria dan Azkia."Selamat siang, Antariksa Group di sini, ada yang bisa saya bantu?" suara wanita, terdengar begitu sopan dari dalam layar ponsel Azkia yang menyala."Selamat siang, bisa bicara dengan Alira?""Bu Alira di bagian apa Bu?""Keuangan," bagian Alira yang diketahuinya dari alat penyadap yang di pasangnya."Maaf dengan Ibu siapa saya berbicara?" Membisukan Azkia, mengingat nama salah satu teman Alira yang sudah meyerang nya menyembunyikan identitasnya. "Rani,"Dan terdiam, menunggu teleponnya yang sedang di sambungkan, mendengar alunan musik sebagai nada tunggunya."Halo Ran, kok tumben telepon kantor?" terdengar suara Alira, menciptakan seulas senyum seringai di bibir Azkia."Hai, apa kabar?"

DMCA.com Protection Status