Home / Romansa / Dipaksa Nikah / 12. Duda KPOP

Share

12. Duda KPOP

Author: Abarakwan
last update Last Updated: 2021-03-23 10:10:38

Aku sudah ditelepon oleh ibu jauh-jauh hari. Ibu bilang bahwa sang calon akan datang sore ini. Memang sudah dari jauh-jauh hari Pak Reza memberitahuku jadwal kepulangan anak satu-satunya itu. Aku sudah memesan tiket penerbangan pulang, dan semua persiapan debut projek Lea juga sudah mau rampung, hanya menunggu beberapa MOU dari beberapa perusahaan untuk mendukung promosi debut Lea, dan thanks God bukan urusan aku, semua kerjaanku di sini selesai… aku sudah ijin dengan bos Yang, aku harus pulang karena diminta oleh ibu. Aku jujur kepadanya.. bahwa aku akan menikah, awalnya ia kaget dan tak setuju karena beralasan aku tak bisa fokus seperti semula, namun aku berkilah.. kalau aku tak menikah sekarang, ibuku akan terus khawatir. Akhirnya ia setuju dan memintaku merahasiakan ini semua dari rekan kerja yang lain.. karena bisa membuat iri.

Pak Reza sudah mengirimkan foto tiket penerbangan anaknya.. hanya berbeda satu  jam pendaratannya denganku. Aku akan meminta salah satu supir untuk menjemputnya saja.. aku akan pulang dengan taksi. Berkai-kali ibu memintaku berpakaian yang sedikit lebih muda dan fresh. Memang pakaian orang muda seperti apa? Kaus dan jeans? Aku memutuskan memakai kemeja semi formal dan jeans hitam, entahlah… yang penting aku menuruti ibu. Aku mempersiapkan penerbanganku ke Brunei, mungkin aku akan menghabiskan dua sampai tiga hari di sana, aku tak bisa meninggalkan urusan pekerjaanku di sini terlalu lama. Sedangkan bisnisku yang lain sudah diurus oleh Salim dan projek di Jakarta oleh Reno.

Ada sebuah panggilan masuk, dari Lea. Aku mengangkatnya.

“Oppa…” Panggilnya dengan suara sedikit sengau, maksudnya agar berkesan imut seperti biasanya, dalam hati aku berjengit setiap kali mendengarnya.

“Oppa… kau tak masuk hari ini… aku bagaimana?” Tanyanya.

“Ya. Aku cuti dua sampai tiga hari.. aku harus pulang ke Brunei.”

“Ah….apa ada acara?”

“Mmmh… ya. Aku menghadiri pernikahan.” Jawabku tak sepenuhnya berbohong.

“Oh… ya. Baiklah. Aku sebenarnya ingin sekali bertemu, apa ada waktu sebentar saja?” Rengeknya.

“Maaf, jadwal penerbanganku sebentar lagi… aku harus ke bandara.” Ucapku jujur. “Lea..baku harus berangkat. Kau berlatihlah dengan giat.” Aku lalu memutus sambungan telepon itu. Aku mengambil sebuah duffel bag kecil dan berangkat menuju bandara dengan taksi.

Penerbanganku lancar dan aku tiba dengan selamat di BSD, aku menaiki taksi dan memberitahu alamatku. Sebuah komplek perumahan tak jauh dari pusat kota. Sebuah rumah yang dibangun oleh mendiang ayahku. Saat aku menyalakan ponsel ada beberapa pesan dan penggilang tak terjawab dari ibu. Isinya kurang lebih sama.

“Ben.. kau dimana? Fay sudah datang!”

“Ben. Cepat datang!”

“Ben… kenapa tak bisa dihubungi!”

Aku mengetik cepat, “aku di taksi Bu, baru landing.”

Tak lama ada balasan dari ibuku, sepertinya ia sedang sangat bahagia kedatangan calon menantunya. “Ya. Cepat… calon menantu ibu kasihan sudah menunggu lama.”

Aku menggeleng, sepertinya ibu akan jauh menyayangi gadis ini ketimbang anaknya sendiri. Aku mengenang pernikahanku yang gagal dengan Bella… bisa dibilang ibu tak setuju. Entah kenapa ibu beberapa kali bilang bahwa ia tak sreg dengan perempuan pilihanku. Aku bertemu Bella di sebuah projek pekerjaan di Bangkok, ia salah satu event organizer yang terkenal di sana.. walau aslinya ia adalah orang Malaysia. Bella sangat percaya diri dengan penampilan memukau dan tubuh yang menggiurkan, aku masih sangat muda saat itu.. dan seperti lelaki lainnya.. aku tergiur dengan apa yang terlihat dan tampak di luar.

Aku menikahinya tak lama setelah berkenalan. Pernikahan kami berjalan hanya lima tahun, aku menceraikannya saat tahu bahwa ia selama ini selingkuh dengan pria lain. Aku memergokinya sekali… saat aku baru pulang kerja dan jadwalku pulang lebih awal tak seperti biasanya, aku mendengar sebuah erangan dan pekikan menggoda dari seorang perempuan di kamar kami.. ia sedang bergumul dengan pria lain. Aku yang baru masuk apartemen dan berjalan dalam diam, hanya menyaksikan tubuh polos istriku yang sedang bergumul dengan pria affairnya. Aku berjalan keluar dalam diam. Saat itu kami sudah memiliki anak berusia satu tahun. Alissa… yang ternyata setelah aku cek DNA nya bukan anakku. Mungkin ia anak dari si affairnya itu.

Saat aku keluar dari unitku, aku pergi ke bagian security… aku meminta rekaman kamera pengawas di depan unitku. Dan benar saja… pria itu datang hampir setiap hari… itulah yang membuatku ragu tentang Alissa. Perempuan itu telah berkhianat dan membohongiku.. dengan bilang bahwa malaikat kecil itu adalah milikku.. seorang gadis cantik yang manis yang sangat kusayang. Betapa hancurnya aku saat kutahu ia adalah bukan darah dagingku. Aku langsung  menggugat cerai Bella saat itu juga. Hak pengasuhan Alissa jatuh ke tangannya, karena memang berdasar tes DNA itu.. ia bukan anakku walau beberapa kali Bella memintaku datang demi Alissa, aku tak bisa menolaknya… bagaimanapun… aku sangat menyangaginya.

Aku sampai di rumah megah milik orang tuaku. Berdsarkan penjdlesan ibu.. pernikahan akan diadakan sederhana dan hanya dihadiri oleh keluarga saja. Mengingat memang waktunya yang mepet. Sepertinya itu ide ibu, agar pernikahan ini cepat berlangsung. Aku hanya berpikir dalam hati. Apakah sang calon sudah mengetahui aku sudah pernah menikah?

Aku masuk dan mengucap salam, dari kejauhan aku dengan suara ibuku menyahut dan menjawab salamku. Aku berjalan semakin masuk mencari sosok ibuku. Aku meletakkan tasku di dekat tangga, dan melanjutkan perjalanan mencari Ibu. Mungkin ia ada di ruang keluarga di dalam. Aku masuk dan yup.. dugaanku betul.

Aku berjalan melewati perempuan itu, seorang gadis imut yang berwajah seperti sedang berpikir dan menatapku lekat. Hah.. apa ia terpesona?

Aku melewatinya dan mengecup takzim tangan ibu dan mengecup pipinya. 

“Ben… this is Faiza.. your future wife.” Ucap ibu memperkenalkan kami. Aku masih pura-pura sibuk dengan ponselku. Aku hanya mengangguk dan menoleh ke arah gadis itu sebentar. Matanya menyorot ke arahku dengan pandangan kesal. Apakah aku tak memiliki respon yang ia harapkan?

“Bu… aku mau ke kamar dulu.” Ucapku dan berdiri. Memang aku super lelah, aku berkemas seharian dan penerbangan yang jauh. Tubuhku sudah pegal dan terasa lengket. Aku masuk ke kamar dan meletakkan semua bawaanku. Saat aku tiba di daun pintu kamarku sebuah pemandangan ajaib terjadi. Kenapa kamarku jadi banyak renda dan warna-warni begini? Ah.. ini pasti ulah ibu. Aku masuk dan memang bagian dalamnya juga sudah dirias dengan renda dan beberapa bunga hidup. Wangi… tapi terlalu berwarna.

Aku melepaskan pakaian dan langsung masuk ke kamar mandi. Aku melepaskan lelahku dengan air hangat dan berdiam diri di bawah shower. Dari luar kamar mandi aku mendengar suara ibu memanggil namaku. Aku membuka pintu sedikit dan melongokkan kepalaku keluar.

“Sebentar lagi yaa Bu.” Ucapku sebelum melanjutkan rutinitasku dengan lebih cepat. Aku mengeringkan rambut dan berpakaian kaus dan celana training. Aku sudah bersiap untuk tidur.

“Kamu ini… kenapa tak senyum? Salaman atau menyapa Faiza.. ia baru datang ke Brunei, bukannya kau beri selamat datang malah.. wajah ditekuk!” Protes ibu, aku hanya meringis dan menggosok rambutku dengan handuk.

“Fay tidur di dekat kamarmu. Jangan macam-macam yaa… besok lusa langsung akad. Jadi tunggu besok lusa. Papanya sedang dalam perjalanan.. ia katanya mau tinggal di hotel saja, besok lusa baru ke sini.”

“Ah! Ya Bu. Apa gadis itu sudah tahu kalau pernikahannya besok lusa?” Tanyaku.

“Seharusnya iya. Kenapa?”

“Ya..tak kenapa-napa. Apa ia tahu kalau aku duda?”

“Ibu tak tahu Ben. Sudahlah.. ibu sibuk buat persiapan pernikahanmu besok lusa.” Ibu tersenyum lebar dan keluar kamar. Kenapa aku jadi khawatir, aku takut gadis itu tak mengetahui statusku.

Related chapters

  • Dipaksa Nikah   13. Pesan Mertua

    Pagi hari, di hari yang telah ditetapkan oleh ibuku, setelah subuh, rumahku sudah sangat ramai. Ada beberapa orang yang keluar masuk kamarku. Seorang perias dan petugas yang membantuku memakaikan pakaian yang akan kupakai nanti saat akad nikah. Ya… hanya akan ada akad nikah, tak akan ada respesi. Pak Reza juga mau pernikahan anak satu-satunya sederhana. Enath kenapa seperti itu.Ada seorang pria yang membantuku memakai pakaian melayu dengan aksen bordir, sebuah adat pernikahan di sini. Ia melilit sarung dengan sangat rapih dan memakaikanku peci yang diberi beberapa bordir putih melati. Aku diberi wewangian dari dupa yang harum, aku diasapi. Lucu memang… tapi menurut ibuku dengan cara ini harumku akan berbeda.. dan akan lebih tahan lama. Aku jadi termenung, sambil menunggu proses pengasapan ini selesai, kesan pertamaku saat melihat gadis itu beberapa hari yang lalu, lucu... imut dengan fisik berisi… padahal aku sering melihat close-up wajahnya dari akun sosial medianya, tap

    Last Updated : 2021-03-23
  • Dipaksa Nikah   14. Pernikahan

    Keajaiban yang kunanti tak kunjung datang, karena saat ini di depanku Ben berjabat tangan dengan Ayahku, mengucapkan ijab qabul. Ben berpakaian tradisional dan aku menggunakan baju kurung khas melayu dengan tema emas dan peach. Beberapa perhiasan emas di sematkan kepadaku, dan disempurnakan dengan mahkota berbatu ruby di puncak kepalaku.Gadis cantik, kece, seksi sepertiku ber ending menikah dengan om-om ubanan dengan baju kurung pula, bukannya menghina... pakaian ini memang indah dan berkelas, tapi mimpiku sejak kecil menikah dengan gaun berekor panjang dengan belahan dada yang seksi.Ben walau tersenyum, wajahnya terlihat dingin. Alisnya taut lebat berwarna hitam kecoklatan. Bahunya tegak dengan dada bidang dibungkus baju koko berhias bordir dengan sarung tradisional terikat di pinggangnya.Ben menoleh ke arahku, wajahnya tanpa ekspresi dan aku berjalan mendekat. Ibunya mengarahkan untuk memasangkan cincin di tanganku, lalu menyu

    Last Updated : 2021-03-23
  • Dipaksa Nikah   15. GD Culik Aku...!

    Apartemen Ben terletak di pusat kota Seoul, tak jauh dari kantornya. Ia bilang baru saja membeli mobil dan mobil baru Ben itu, di parkir di basecamp agensi besar itu. Aku dengan segala daya-upaya, merengek agar bisa ikut Ben hari ini, walau Ben bilang ia akan rapat seharian, aku tetap kekeh. Cafetaria YG kan terkenal dengan kelezatan makanannya, ah... kali aja kaya di drakor gitu... pas lagi di cafe nabrak GD yang lagi lunch... ah so sweet... adek rela di tabrak abang GD.. Suwerr deh Bang."Jangan sampai ada yang tau kalau kita sudah nikah! Ngerti kan? Aku ada kontrak untuk stay single!" Ucap Ben ketus.Entah setelah sampai di Seoul ia jadi manusia kejam, dingin, ketus. Aku bodo amatlah, aku akan enjoy se-enjoy yang kubisa, hidup di lingkaran tempat tinggal grup idol favoriteku, kali aja si babang-babang tampan mau nyulik aku sambil nyanyiin lagu khusus buatku."Iya... Iya... aku juga single berarti ya...!" Balasku tak terima.

    Last Updated : 2021-04-07
  • Dipaksa Nikah   16. Persetan Dengan Perjodohan!

    Kami tiba di Seoul dan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku. Sebentar lagi jadwal release album Lea, aku sudah bilang kepadanya… aku mungkin hanya akan memproduseri Lea, aku sudah memberikan banyak ide dan lagu untuk sang big boss, terserah ia mau memberikannya kepada siapa.Pada awalnya aku hanya memproduseri dan melakukan urusan promosi untuk konser dan road tour.. tapi pada kenyataannya urusan debut dan materi yang akan ditampilkan aku juga yang mengurus, walau tak sepenuhnya. Aku membantu sebisaku, dan akhirnya sang pengantin baru perempuan itu duduk cemberut di atas kasur apartemenku. Ia beberapa kali merengek ingin ikut ke kantor dengan harapan bertemu GD, dan syukurnya ia sampai sekarang belum berhasil. Kemarin aku mengajaknya perdana ke kantor, aku harus dengan sangat buru-buru menyelesaikan pekerjaanku karena aku tahu Fay menungguku di bawah. Aku bilang kalau ia hanya sepupuku… dan aku sudah memintanya tak mengakui re pernikahan kami. Ia setuju dengan meng

    Last Updated : 2021-04-08
  • Dipaksa Nikah   17. Dih...Situ Oke?

    "Rasa ini membunuhku!" Adakan lagu judul seperti itu? Ya itu tepat apa yang terjadi padaku saat ini!"But... wait... wait, aku kan ga pernah cinta sama Ben! Aki-aki sok ganteng yang dijododhin papi untukku? Iya... Ngapain banget aku sakit hati? Hello...? Aku selalu dikerubungi cowok kece... Ga akan abis cowok ngantri kalau aku buka lowongan pacar!" Monologku di depan cermin.Kusempurnakan riasanku, aku akan kembali ke ruangan karaoke itu dan jadi diriku sendiri. Get Wild!"Sorry... aku baru dari toilet!" Ucapku sok asik dan sok cool memasuki ruangan itu.Sepertinya saat ini giliran Tuan Su Min yang bernyanyi, karena ia memegang buku panduan untuk memilih lagu."Ya ampun... kita bahkan ga tau kalau kamu ga ada di sini!" Jawab Lea ketawa cekikikan, jemari kukunya berwarna shocking pink bertengger mesra di bahu Ben."Bodo Amat!" Ucapku tak bersuara, "Aku mau duet doong!" Kuhampiri Tuan Su Mi

    Last Updated : 2021-04-09
  • Dipaksa Nikah   18. Gak Mau Cerai?!

    Aku dan Ben berada di mobil dalam perjalanan pulang. Ben diam tak berkomentar dengan kejadian tadi, akupun juga diam berusaha tak terpengaruh. Kukeluarkan ponsel dan mencari kontak Evan, sahabatku yang berparas mirip sedikit dengan Clark Kent."Evan.." Ketikku.Satu menit berselang, kulihat nomor Evan aktif dan sedang mengetik balasan."Yo girl... sssuuuuppppp?!" Membaca jawabannya aku tersenyum sendiri, ah... manusia ajaib ini berhasil membuatku lupa dengan ketragisan hidupku. Aku kesal, aku marah.. aku ingin menyudahi saja pernikahan sialan ini. Beruntung ia belum melakukan apapun denganku. Kalau memang ia tak mau menjamahku... dan masih mau berpacaran dengan idol itu.. ngapain dia mau dinikahin sama aku?"Evan, I need your help! Aku butuh pengacara untuk mengurus perceraianku, cari yang paling bagus! Aku ada di Seoul, segera!!" Ketikku cepat membalas."Whattttt! Kau harus menjelaskannya padaku Babe! Ok wait

    Last Updated : 2021-04-10
  • Dipaksa Nikah   19. Tanpa Busana

    Fay berdiam diri dan mengurung dirinya di kamar. Selama ini aku memilih tidur di ruang kerjaku. Leherku sakit dan kepalaku rasanya mau meledak. Akupun bingung dengan istriku, ia marah karena Lea mengaku sedang dekat denganku. Lalu ia meminta cerai, apa ia cemburu? Yang jelas aku tak akan menyetujui keinginannya itu.Aku tak akan menceraikannya... aku tak mau ibuku kecewa dan menangis lagi... ditambah aku sudah merasakan getaran aneh saat melihat wajahnya, senyumnya.Aku tadi sudah mengatakannya kepadanya.. bahwa aku menolak pengajuan cerai dari pengacara sahabatnya yang berada di Australia. Apa yang bisa kulakukan untuk mengatasi masalah ini? Sedangkan sebentar lagi aku akan mulai sibuk mengurus persiapan road show Lea. Urusan ini harus diselesaikan. Apakah... hmm aku berpikir sebuah penyelesaian yang seharusnya sudah kulakukan sejak awal menikahinya. Aku ini memang terkadang sangat bodoh! Bodo

    Last Updated : 2021-04-10
  • Dipaksa Nikah   20. Menjual Kebohongan

    Aku bangun pagi dan membersihkan diri. Kulihat Fay masih tertidur. Aku bangkit dan membersihkan diriku. Sesudahnya aku membangunkan Fay.Aku menggoyang bahunya. Ia tak bangun juga."Fay..." Aku memanggilnya dengan suara yang agak kencang.Aku masih menggoyang bahunya. Ia bergerak dengan memincingkan wajahnya. Ia terlihat kesakitan."Apa?" Jawabnya dengan suara serak."Bangun! Subuh!" Ucapku memperhatikan lehernya yang memiliki beberapa noda memerah, hasil karyaku semalam. Aku membangunkannya lagi tengah malam.. dan mengulangi kegiatan intim kami. Ia tak menolak dan hanya diam, ada sebuah air mata yang menetes lagi setelahnya. Aku hanya diam dan memandangi posturnya yang polos dan sekali lagi memuaskanku."Ehh..." Balasnya dengan suara serak."Ayo aku tunggu, solat berjamaah!" Ucapku.Fay berusaha bangun, dahinya

    Last Updated : 2021-04-11

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah   39. Hamilin Aku! End

    "Ben! Kamu itu..." Aku memukul bahu Ben, saat ia baru saja datang ke kamar. Wajahnya kaget dengan seranganku yang tanpa pemanasan. "Eh...what? Apa? Kenapa?" Tanyanya bingung. "Nih!" Ucapku menyodorkan ponselnya. "Kau dapat video dari mantan pacarmu!" Ucapku setengah berteriak. Ia duduk di atas kasur dan membuka isi video itu. Ia mendengarkan denganw ajah datar, aku memperhatikan reaksi wajahnya yang sama sekali tak berubah dari awal sampai akhir. "So?" Tanyanya kepadaku, seperti menantang. "Itu mantanmu minta balikan... Secara gak langsung nyuruh kamu pisah sama aku kan? Dia mau nunggu sampai kamu single lagi..." Ucapku setengah berteriak. Saat marah seperti ini, aku menjadi bar-bar. "Kan dia yang bilang...bukan aku." Ucapnya lagi. He? Apa dia bilang, aku seperti sudah dibutakan oleh amarah. Serasa ada asap yang menguap di k

  • Dipaksa Nikah   38. So Cuitt

    Su Min : Aku tahu, kau dan Fay adalah sepasang kekasih.Aku hampir saja memekik saat ikut membacanya. Ben menoleh dan memberi kode dengan matanya, agar aku diam tak bersuara.Ia dengan tenang membalas isi pesan itu.Ben: Maaf kau salah menyimpulkan.Ucapnya lalu dengan tenang mematikan ponselnya. Aku dengan otomatis memgang tangan Ben. Kalau sampai orang tahu, karirnya bisa selesai, dan aku akan sangat menyesal kalau itu semua karena aku."Ben...gimana kalau ketahuan?" Bisikku."Tak usah risau... Aku takkan jatuh miskin kalau tak bekerja sebagai produser." Jawabnya tenang, kami sudah memasangkan seat belt karena pesawat akan mau take off. Ia menjawab tanpa menoleh ke arahku. Namun genggamannya meremas telapak tanganku.Aku diam, ada banyak yang ingin kutanyakan nanti. Saat tiba di Busan...semoga kami punya waktu berduaan untuk

  • Dipaksa Nikah   37. I Know The Truth!

    Kami berujung...berkendara bersama, kami akan pergi ke Busan dengan pesawat, karena akan memakan waktu sekitar empat sampai lima jam untuk tiba di sana dengan mobil, jalur paling cepat adalah pesawat…hanya akan memakan waktu kurang lebih satu jam di udara.“Kita akan langsung ke hotel, dan aku akan rapat dengan manajernya. Kalian bisa beristirahat dulu.” Ucap Ben, Lea dan Su Min akhirnya ikut mobil Ben ke bandara karena tim lainnya sudah berangkat dengan kereta cepat, yang hanya memakan waktu dua jam lebih perjalanan. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan kereta itu, tapi Ben sepertinya sangat buru-buru.Aku duduk di kursi depan, hasil kelincahanku di parkiran, Lea sebenarnya sudah membuka kursi penumpang depan, dan aku dengan sangat jenius langsung menunduk dan duduk di depan. Ia sempat protes, tapi Ben sudah meneriaki agar cepat karena penerbangan kami sudah sangat mepet.Di bandara aku merengek ingin caramel macchiato, aku belum

  • Dipaksa Nikah   36. Sexually Active

    Aku duduk seperti biasa di kursi tamu milik Ben, sebuah sofa kecil di pinggir ruangan. Lea duduk di depan Ben, ia dengan pakaian formalnya…sebuah blazer dan celana skinny. Ia mengikat rambutnya agar berkesan pintar. Apakah ia pintar? Aku pun tak paham. Tuan Su Min terlihat santai duduk di sampingku.“Kau terlihat santai..” Sapaku kepada Su Min.“Kau terlihat bersinar..” Ucap Su Min yang membuatku duduk lebih tegak.“What do you mean?”“Kau dan Ben… terlihat berbeda…ada aura yang bersinar. Kalau kalian bukan sepupu… aku pasti akan curiga kalian seorang suami istri.” Ucapnya santai, ia masih memainkan sebuah game di ponselnya.Jeder! Kok bisa Su Min bicara seperti itu?Mencoba untuk tak terpengaruh, aku alihkan topic. “Kau ikut ke Busan?”Su Min mengangguk.“Padat acara di sana?”Ia menggeleng, “kebanyakan sudah diu

  • Dipaksa Nikah   35. Leanikus Bau Kakus

    Ben sudah lebih dahulu mandi dan bersiap, saat kemarin ia bilang hari itu hanya untuk aku dan ia, ia benar-benar melakukannya. Seharian aku dan Ben hanya berada di kamar… walau sekali kami melakukannya di ruang tamu. Ah… sepertinya aku tak bisa lagi berpikiran lurus kalau melihat sofa hitam tua yang empuk itu. Ben…dengan segala idenya yang meledakkan kepalaku.“Fay… aku ada rapat di Busan mungkin akan seharian, kau mau ikut?” Tawar Ben.“Hmm…?” Aku masih bermalas-malasan ria, aku sudah mandi…jangan slah! Sebelum subuh… aku sudah mandi dan beribadah, tapi tidur lagi. Hehe…“Aku mau ke Busan, rapat untuk road tour.” Ulang Ben yang sudah rapih dengan kemeja plus celana jeansnya.“Oo… ok.”“Kamu mau ikut? Aku sepertinya akan seharian di sana… mungkin tengah malam baru pulang.

  • Dipaksa Nikah   34. Yang Bisa Buat Kamu Hangat

    Kami tiba di apartemen Ben, hampir tengan hari di hari berikutnya. Ben sudah meemsan makanan yang akan diantar dalam beberala menit. Sebuah mie jjampong dengan logo halal. Yumm."Mau mandi?" Tanya Ben, ia melepaskan Jeansnya. Sekarang ia hanya mengenakan celana boxernya. Aish.."Gak deh. Kamu aja." Jawabku malu. Kenapa jadi canggung seperti ini sih? Tapi salah dia juga...ngapain pake buka-buka baju segala!"Bareng...yok!" Ucapnya lagi sudah berjalan menuju tempatku berdiri."Mmh.. dingin. Malas, mmmh..nanti aja!" Jawabku sekenanya."Ada aku ..yang bisa buat kamu hangat." Ucapnya dengan pandangan mata yang penuh maksud.Tapi aku cringe! Pake banget! Gimana dong!"Mmh..."Ben tak menjawab lagi, ia langsung menggandengku masuk ke dalam kamar mandi."Ben..." Rengekku dengan suara kecil. Aku benci diri

  • Dipaksa Nikah   33. Bukan Minumanmu, Tapi Bibirmu!

    Aku menghabiskan waktu sampai sebelum tengah hari. Untung Ben sudah memberitahu jadwal kepulangan kami, dan aku sudah berkemas, karena sesampainya di rumah Aisha kami hanya mengambil koper dan pamit. Kami akan langsung berangkat ke bandara…menuju terminal airport internasional Surabaya, lalu melanjutkan ke Seoul.“Kenapa sangat cepat, Ben?” Tanya Ibu Aisha memeluk Ben dengan erat, wajahnya amsih penuh dengan sedih, kehilangan suaminya.“Ben, ada yang harus dikerjakan di Seoul.” Jawab Ben dengan sabar. Ibu Fatimah juga akan langsung pulang ke Brunei, kami akan pergi bersama menuju Surabaya, lalu berpisah di penerbangan yang berbeda.“Aku mau main ke sana… nanti aku kabari ya!” Ucap Aisha yang hanya dijawab senyuman kecil dari Ben. Ingin rasanya aku mencubit perutnya saat ini, agar ia menjawab tidak.Ben dan aku, bersama Ibu Fatimah berangkat dengan supir yang akan membawa kami ke bandara. Di sepanjang perjalanan Ibu Fatimah tertidur

  • Dipaksa Nikah   32. Menikung?

    Aku dan Ben sekarang sedang berada di sebuah pantai, di pinggiran kabupaten Malang. Aku melihatnya di google dna tertarik dengan pemandangan pantai ini , yang mengingatkanku dengan Bali.Ia menyewa sebuah mobil dan mengemudi ke tempat ini dengan bantuan google map. Ibu Fatimah menolak ikut, karena ia sudah merasa lelah mendengar bahwa jarak tempuh yang lumayan jauh. Kami berkendara lebih dari tiga jam, baru sampai di pantai ini.Aku sempat kesal, saat Aisha memaksa untuk ikut, beruntung ia belum mandi dan siap-siap, sehingga aku beralasan takut kemalaman kalau tak berangkat saat ini juga.Ha..ha..ha. berhasil!Kami hanya berduaan, duduk di atas pasir putih kekcoklatan pantai Balekambang. Aku menikmati angin dan mataku sangat dimanjakan dengan pemadangan di depanku. Ombak yang cukup besar mematahkan air pantai yang terkadang tenang. Ada sebuah aliran kecil di pinggir pantai, dan digunakan untuk para anak kecil bermain air. Aliran it

  • Dipaksa Nikah   31. Broken Heart?

    Jadi semalaman mereka bersama?Aku tidur, dan ia asik-asikan sama si mantan?Haish….Rasanya amarahku mau menyembur keluar seperti gunung meletus. Aku kesal luar biasa. Bukan karena aku cemburu…no! aku merasa ini tak adil!Aku masuk ke dalam kamar dan memasukkan semua bajuku ke dalam koper. Ia suka tak suka, aku mau pergi dari tempat ini hari ini.Setelah selesai, aku masuk ke dalam kamar mandi dan berganti pakaian. Aku melampiaskan amarahku dengan memukuli sebuah curtain untuk mandi sampai ia jatuh dari tempatnya. Masa bodoh!Aku keluar dalam keadaan rambut basah dan sudah berpakaian baru. Dan disaat yang sama… Ben masuk ke dalam kamar, ia memandangiku dengan bingung, alisnya terangkat dan ada sedikit kerutan di dahinya saat melihatku dengan rambut basah kuyup dan mulut menggumam tak jelas.“Kau sudah mandi?” Tanyanya melihatku dari atas ke bawah.“Sudah.” Jawabku ketus, aku ke depan meja ria

DMCA.com Protection Status