Beranda / Romansa / Dipaksa Nikah / 14. Pernikahan

Share

14. Pernikahan

Penulis: Abarakwan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-23 10:12:12

Keajaiban yang kunanti tak kunjung datang, karena saat ini di depanku Ben berjabat tangan dengan Ayahku, mengucapkan ijab qabul. Ben berpakaian tradisional dan aku menggunakan baju kurung khas melayu dengan tema emas dan peach. Beberapa perhiasan emas di sematkan kepadaku, dan disempurnakan dengan mahkota berbatu ruby di puncak kepalaku. 

Gadis cantik, kece, seksi sepertiku ber ending menikah dengan om-om ubanan dengan baju kurung pula, bukannya menghina... pakaian ini memang indah dan berkelas, tapi mimpiku sejak kecil menikah dengan gaun berekor panjang dengan belahan dada yang seksi. 

Ben walau tersenyum, wajahnya terlihat dingin. Alisnya taut lebat berwarna hitam kecoklatan. Bahunya tegak dengan dada bidang dibungkus baju koko berhias bordir dengan sarung tradisional terikat di pinggangnya. 

Ben menoleh ke arahku, wajahnya tanpa ekspresi dan aku berjalan mendekat. Ibunya mengarahkan untuk memasangkan cincin di tanganku, lalu menyuruhku mengecup tangan Ben. Semua arahannya kami patuhi sampai pada tanda tangan surat pernikahan. 

Ada sorakan untuk Ben mengecup keningku, sangat ramai dan gaduh. Aku hanya diam berusaha tak terpengaruh.

"Sekarang... Ben sebagai suami mengecup kening istri... " Semua tamu bertepuk tangan dan bersiul. 

Walau di laksanakan di rumah, beberapa kerabat dari kedua keluarga memenuhi ruangan ini. Ben memandangku masih dengan mata tajam tanpa ekspresinya. Kedua tangannya memegang bahuku. 

Mataku terpaku dengan pupil matanya, suamiku... Om-om beruban sombong dan dingin itu sekarang jadi suamiku. Matanya cokelat muda, gen yang bagus. Hidungnya mancung dan rahangnya tajam, kalau menurun ke anak lelaki akan jadi aset yang bagus, tapi... What?? Anak?... Oh no... Princess ga mau dihamilin sama om-om...! 

Aku tersadar dari lamunanku saat her lips mendarat mulus di jidatku yang separuhnya tertutup kerudung peach bermahkota. 

Jidatku sudah gak perawan... Mama...! Jeritku dalam hati. Mimpi buruk apa sebenarnya ini. Bagaimana mungkin kehidupan indahku di Australia sebagai sosialita muda berubah 180 derajat seperti ini. 

Sepuluh menit berikutnya Ben menggenggam tangan kananku berjalan menuju kamarnya. Aku diam, bingung bercampur takut atas nasib yang menantiku di kamar itu. Tiba di kamar, Ben melepaskan tanganku. Kaki jenjangnya memenuhi kasur ber seprei peach, Ben meregangkan posturnya. 

"Kau mau pakai kamar mandi sekarang atau nanti?" Tanyanya sambil memejamkan mata. 

Bingung mau bicara apa, aku hanya berbalik dan memasuki ruangan kecil yang kutebak adalah kamar mandi yang dimaksud. Kamar mandi yang di lengkapi walk in closet, kulihat deretan rak dan lemari beberapa kosong dan sisanya diisi pakaian Ben. Lalu aku ganti baju pakai apaan dong? 

Lima menit kuhabiskan dalam bilik shower, kulilit handuk tebal selutut dan berjalan mengitari closet milik Ben. Positif, belum ada pakaianku yang dipindahkan ke sini.

"Mmh... Tak ada pakaianku di sini. Aku lupa ambil dari kamar. What to wear?" Aku menjulurkan kepala keluar kamar mandi bertanya pada Ben yang saat ini sedang duduk bersila di atas ranjang dengan laptop terbuka. 

Alisnya terangkat, matanya tertuju pada penampakan wajahku yang malu bukan main di balik pintu. 

"Wear mine." Jawabnya menyuruhku memakai pakaiannya. 

"Yang mana?" Tanyaku lagi. 

"Yang mana saja boleh..." Jawabnya kembali fokus pada laptopnya. 

Dengan persetujuan si empunya closet a.k.a om-om ubanan a.k.a suamiku, aku berjalan memilih pakaiannya yang akan kugunakan sebagai pakaian tidur. 

Hitam, putih, coklat dan hijau hanya ada empat warna pakaian di closet 20 meter persegi ini. Sepertinya si majikan dari closet ini memang hanya menyukai warna itu. Aku memilih celana panjang hitam dengan kaos lengan pendek dengan warna yang sama. 

"Looking good...!" Ucap Ben menolehkan wajahnya kepadaku yang berjalan awkward menuju kasur. 

"Mmh..."

"Kok jadi pendiam? Bukankah kau perempuan comel?" Tanya Ben saat pantatku mendarat pelan di atas kasur. Ada senyum kecil di her lips. Ahh... Apa dia sedang menggodaku? 

"Maksudnya?"

"Kamu bukannya cerewet?" Ulangnya lagi. 

"Hah?! Cerewet?!" Suaraku mulai nyaring, "Enak aja... cewe cantik dibilang cerewet. Aku tu.. Talk active, dan memang itu jurusanku yang harus aktif publik speaking." Aku menyerocos sambil mendelik kesal. Ben tertawa kencang. 

"That's more like you!"

"Kamu bukannya pendiam? Dingin? Sok cool... kenapa jadi banyak omong kaya sekarang?" Balasku bertanya. 

"Oo... " wajahnya dibuat jenaka, kalau aku tidak jaim.. Sudah kucium her lips yang mencucu itu. Eh.. 

"Jadi aku.. Cool, pendiam, keren?

"Emang aku tadi bilang keren ya? Kayaknya engga ih..." Timpalku kesal. 

Ben tertawa lebih nyaring, rahangnya yang terbuka memperlihatkan deretan gigi rapi putihnya. Dalam sedetik ia mendekat ke arahku dan menempelkan her lips pada my lipsku. 

"Kita lanjutkan nanti, Wife!" Bisiknya setelah mengecupku, membuatku membatu saat ia berjalan santai ke kamar mandi.

 

Sepuluh menit Ben memakai kamar mandi, saat ia keluar hanya memakai celana kaos berwarna hitam tanpa baju menutupi tubuh bagian atasnya.

 

Aku menyesal saat mataku tak sengaja menoleh ke arah bagian depannya yang polos. Kok jadi aku yamg deg-degan? Dulu aku sering melihat cowok cowok nude dada... model pula! 

Aku pura -pura sibuk dengan ponselku, berusaha acuh dengan pria bertelanjang dada yang berjalan mendekat ke arahku. Ia duduk dan membereskan laptop, kertas dan pulpennya yang berserakan. 

"Sleep! Besok sehabis subuh kita ada flight ke Seoul!" ulUcapnya berbaring dan menarik selimut. 

"Flight? Seoul?" Aku bertanya kaget dengan statementnya barusan. Apa bulan madu? Aku sudah berharap senang bisa liburan.

"Ya.. besok aku ada meeting dengan pemilik agensi. Kamu tau kan pekerjaanku?"

Aku menggeleng polos. Karena memang sungguh-sungguh tidak tahu. 

"Seriously? Masa gak penasaran browsing-browsing tentang suami?"

"Beh... ke pe-dean, kaya gak ada kerjaan aja." Jawabku jutek. Sorry sorry deh yee... Dikira kite antusias dengan die, diih. 

Ben tertawa kecil, seakan tahu dengan hatiku yang ngedumel. 

"Aku tahu tentang kamu. Kuliah, jurusan, temanmu... Masa kamu ga tau tentang aku sih?!"

"Dih... Itu mah kamu emang dasaran stalker kali..!"

"Ha.. Ha.. ya deh emang stalker. Aku kerja di agensi YG, aku produser dan pencipta lagu untuk agensi itu." Jelasnya santai. Saat seperti ini, ia terlihat seperti pria seumurku yang playful, tak terlihat guratan kaku di wajahnya yang membuat Ben terlihat lebih tua. 

"YG? Bigbang dong?!" Jawabku histeris. 

"Iya kenapa?" Tanyanya jutek, "kenapa rmang Bigbang?"

"Ya GD lah... my idol... aku mau dong ketemuan, boleh yaa?" Ku keluarkan jurus manis manja. Ku gelandoti lengannya, ku elus-elus punggung tangannya, kutatap wajahnya dengan wajahku yang paling imut. 

"NO. NEVER!"

"Iih... Ben maah..." Ini jurus centilku, dengan suara mendengau kucubiti perutnya yang rata. Si target hanya melirik heran padaku. 

"NOPE! Masa di depan suami sendiri ngomongin cowok lain..! Dosa tu!"

"Kan my Idol, " jawabku polos, "Ya... Ya... Ya... Ben ganteng deh... jadi sayang sama Ben." Ku tempelkan pipiku ke punggung tangannya. 

"Gak dari hati... keliatan fake- nya!" Jawabnya ngambek. Deh.. Bisa gitu orang udah berumur ngambek model gini.


Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fitri Lee
saya suka ceritanya thor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dipaksa Nikah   15. GD Culik Aku...!

    Apartemen Ben terletak di pusat kota Seoul, tak jauh dari kantornya. Ia bilang baru saja membeli mobil dan mobil baru Ben itu, di parkir di basecamp agensi besar itu. Aku dengan segala daya-upaya, merengek agar bisa ikut Ben hari ini, walau Ben bilang ia akan rapat seharian, aku tetap kekeh. Cafetaria YG kan terkenal dengan kelezatan makanannya, ah... kali aja kaya di drakor gitu... pas lagi di cafe nabrak GD yang lagi lunch... ah so sweet... adek rela di tabrak abang GD.. Suwerr deh Bang."Jangan sampai ada yang tau kalau kita sudah nikah! Ngerti kan? Aku ada kontrak untuk stay single!" Ucap Ben ketus.Entah setelah sampai di Seoul ia jadi manusia kejam, dingin, ketus. Aku bodo amatlah, aku akan enjoy se-enjoy yang kubisa, hidup di lingkaran tempat tinggal grup idol favoriteku, kali aja si babang-babang tampan mau nyulik aku sambil nyanyiin lagu khusus buatku."Iya... Iya... aku juga single berarti ya...!" Balasku tak terima.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07
  • Dipaksa Nikah   16. Persetan Dengan Perjodohan!

    Kami tiba di Seoul dan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku. Sebentar lagi jadwal release album Lea, aku sudah bilang kepadanya… aku mungkin hanya akan memproduseri Lea, aku sudah memberikan banyak ide dan lagu untuk sang big boss, terserah ia mau memberikannya kepada siapa.Pada awalnya aku hanya memproduseri dan melakukan urusan promosi untuk konser dan road tour.. tapi pada kenyataannya urusan debut dan materi yang akan ditampilkan aku juga yang mengurus, walau tak sepenuhnya. Aku membantu sebisaku, dan akhirnya sang pengantin baru perempuan itu duduk cemberut di atas kasur apartemenku. Ia beberapa kali merengek ingin ikut ke kantor dengan harapan bertemu GD, dan syukurnya ia sampai sekarang belum berhasil. Kemarin aku mengajaknya perdana ke kantor, aku harus dengan sangat buru-buru menyelesaikan pekerjaanku karena aku tahu Fay menungguku di bawah. Aku bilang kalau ia hanya sepupuku… dan aku sudah memintanya tak mengakui re pernikahan kami. Ia setuju dengan meng

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Dipaksa Nikah   17. Dih...Situ Oke?

    "Rasa ini membunuhku!" Adakan lagu judul seperti itu? Ya itu tepat apa yang terjadi padaku saat ini!"But... wait... wait, aku kan ga pernah cinta sama Ben! Aki-aki sok ganteng yang dijododhin papi untukku? Iya... Ngapain banget aku sakit hati? Hello...? Aku selalu dikerubungi cowok kece... Ga akan abis cowok ngantri kalau aku buka lowongan pacar!" Monologku di depan cermin.Kusempurnakan riasanku, aku akan kembali ke ruangan karaoke itu dan jadi diriku sendiri. Get Wild!"Sorry... aku baru dari toilet!" Ucapku sok asik dan sok cool memasuki ruangan itu.Sepertinya saat ini giliran Tuan Su Min yang bernyanyi, karena ia memegang buku panduan untuk memilih lagu."Ya ampun... kita bahkan ga tau kalau kamu ga ada di sini!" Jawab Lea ketawa cekikikan, jemari kukunya berwarna shocking pink bertengger mesra di bahu Ben."Bodo Amat!" Ucapku tak bersuara, "Aku mau duet doong!" Kuhampiri Tuan Su Mi

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • Dipaksa Nikah   18. Gak Mau Cerai?!

    Aku dan Ben berada di mobil dalam perjalanan pulang. Ben diam tak berkomentar dengan kejadian tadi, akupun juga diam berusaha tak terpengaruh. Kukeluarkan ponsel dan mencari kontak Evan, sahabatku yang berparas mirip sedikit dengan Clark Kent."Evan.." Ketikku.Satu menit berselang, kulihat nomor Evan aktif dan sedang mengetik balasan."Yo girl... sssuuuuppppp?!" Membaca jawabannya aku tersenyum sendiri, ah... manusia ajaib ini berhasil membuatku lupa dengan ketragisan hidupku. Aku kesal, aku marah.. aku ingin menyudahi saja pernikahan sialan ini. Beruntung ia belum melakukan apapun denganku. Kalau memang ia tak mau menjamahku... dan masih mau berpacaran dengan idol itu.. ngapain dia mau dinikahin sama aku?"Evan, I need your help! Aku butuh pengacara untuk mengurus perceraianku, cari yang paling bagus! Aku ada di Seoul, segera!!" Ketikku cepat membalas."Whattttt! Kau harus menjelaskannya padaku Babe! Ok wait

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10
  • Dipaksa Nikah   19. Tanpa Busana

    Fay berdiam diri dan mengurung dirinya di kamar. Selama ini aku memilih tidur di ruang kerjaku. Leherku sakit dan kepalaku rasanya mau meledak. Akupun bingung dengan istriku, ia marah karena Lea mengaku sedang dekat denganku. Lalu ia meminta cerai, apa ia cemburu? Yang jelas aku tak akan menyetujui keinginannya itu.Aku tak akan menceraikannya... aku tak mau ibuku kecewa dan menangis lagi... ditambah aku sudah merasakan getaran aneh saat melihat wajahnya, senyumnya.Aku tadi sudah mengatakannya kepadanya.. bahwa aku menolak pengajuan cerai dari pengacara sahabatnya yang berada di Australia. Apa yang bisa kulakukan untuk mengatasi masalah ini? Sedangkan sebentar lagi aku akan mulai sibuk mengurus persiapan road show Lea. Urusan ini harus diselesaikan. Apakah... hmm aku berpikir sebuah penyelesaian yang seharusnya sudah kulakukan sejak awal menikahinya. Aku ini memang terkadang sangat bodoh! Bodo

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10
  • Dipaksa Nikah   20. Menjual Kebohongan

    Aku bangun pagi dan membersihkan diri. Kulihat Fay masih tertidur. Aku bangkit dan membersihkan diriku. Sesudahnya aku membangunkan Fay.Aku menggoyang bahunya. Ia tak bangun juga."Fay..." Aku memanggilnya dengan suara yang agak kencang.Aku masih menggoyang bahunya. Ia bergerak dengan memincingkan wajahnya. Ia terlihat kesakitan."Apa?" Jawabnya dengan suara serak."Bangun! Subuh!" Ucapku memperhatikan lehernya yang memiliki beberapa noda memerah, hasil karyaku semalam. Aku membangunkannya lagi tengah malam.. dan mengulangi kegiatan intim kami. Ia tak menolak dan hanya diam, ada sebuah air mata yang menetes lagi setelahnya. Aku hanya diam dan memandangi posturnya yang polos dan sekali lagi memuaskanku."Ehh..." Balasnya dengan suara serak."Ayo aku tunggu, solat berjamaah!" Ucapku.Fay berusaha bangun, dahinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-11
  • Dipaksa Nikah   21. Semoga Saja

    Aku bekerja seperti biasa, rapat sudah selesai kuhadiri. Ada beberapa pertanyaan mengenai daerah mana saja yang akan dilalui road-show Lea, karena kami membutuhkan daerah yang strategis yang bisa memudahkan para penggemar untuk datang. Untuk saat ini kami hanya memutuskan mengadakan di lima tempat...tempat-tempat dengan banyak fan-base Lea dan girlgroupnya yang dulu, diantaranya; Seoul, Tokyo, Beijing, Busan dan Daegu.Aku juga menyampaikan mengenai ada sebuah brand yang menginginkan Lea sebagai brand ambassador, sebuah produk sabun mandi dan perawatan tubuh. Eksekusi road show kurang lebih akan dimulai bulan depan, aku sudah memiliki channel para klien yang mau mensponsori road show ini, dan selama persiapan road show, Lea akn menghadiri beberapa reality show mentereng di negeri gingseng ini.Mr. Yang tak membahas mengenai love-line yang ia bahas denganku tadi. Aku juga tak mau memikirkannya lebih lanjut...semo

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Dipaksa Nikah   22. Tapi... Kau milikku!

    Malamnya sekitar jam tujuh Fay akhirnya sadar, wajahnya tak terlalu pucat walau bibirnya sangat kering. Saat ia membuka amata, aku langsung menyodorkan air untuk ia minum. Walau dengan wajah penuh tanya...ia meminumnya."Kau baik-baik saja?" Tanyaku akhirnya."Aku mau cerai!" Ucapnya dengan tegas."Fay ...""Aku mau cerai pokonya!" Ulangnya lebih tegas. Ia baru bangun dan kalimat pertama yang ia ucapkan adalah permintaan cerai?"Kenapa? Sudahlah...aku pulihkan dulu tubuhmu...nanti kita bicarakan lagi." Balasku akhirnya. Mungkin Fay belum terlalu sadar.. aku harus menjadi orang yang lebih sabar.Ia mendengus kesal dan memalingkan wajahnya membelakangiku. Entah apa yang kubuat salah dengannya.Perawat datang membawakan makan malam, yang dengan susah payah akhirnya ia habiskan. Sepertinya Fay menelan dengan kesulitan. Aku tahu rasanya makanan rumah sakit...dan ia te

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11

Bab terbaru

  • Dipaksa Nikah   39. Hamilin Aku! End

    "Ben! Kamu itu..." Aku memukul bahu Ben, saat ia baru saja datang ke kamar. Wajahnya kaget dengan seranganku yang tanpa pemanasan. "Eh...what? Apa? Kenapa?" Tanyanya bingung. "Nih!" Ucapku menyodorkan ponselnya. "Kau dapat video dari mantan pacarmu!" Ucapku setengah berteriak. Ia duduk di atas kasur dan membuka isi video itu. Ia mendengarkan denganw ajah datar, aku memperhatikan reaksi wajahnya yang sama sekali tak berubah dari awal sampai akhir. "So?" Tanyanya kepadaku, seperti menantang. "Itu mantanmu minta balikan... Secara gak langsung nyuruh kamu pisah sama aku kan? Dia mau nunggu sampai kamu single lagi..." Ucapku setengah berteriak. Saat marah seperti ini, aku menjadi bar-bar. "Kan dia yang bilang...bukan aku." Ucapnya lagi. He? Apa dia bilang, aku seperti sudah dibutakan oleh amarah. Serasa ada asap yang menguap di k

  • Dipaksa Nikah   38. So Cuitt

    Su Min : Aku tahu, kau dan Fay adalah sepasang kekasih.Aku hampir saja memekik saat ikut membacanya. Ben menoleh dan memberi kode dengan matanya, agar aku diam tak bersuara.Ia dengan tenang membalas isi pesan itu.Ben: Maaf kau salah menyimpulkan.Ucapnya lalu dengan tenang mematikan ponselnya. Aku dengan otomatis memgang tangan Ben. Kalau sampai orang tahu, karirnya bisa selesai, dan aku akan sangat menyesal kalau itu semua karena aku."Ben...gimana kalau ketahuan?" Bisikku."Tak usah risau... Aku takkan jatuh miskin kalau tak bekerja sebagai produser." Jawabnya tenang, kami sudah memasangkan seat belt karena pesawat akan mau take off. Ia menjawab tanpa menoleh ke arahku. Namun genggamannya meremas telapak tanganku.Aku diam, ada banyak yang ingin kutanyakan nanti. Saat tiba di Busan...semoga kami punya waktu berduaan untuk

  • Dipaksa Nikah   37. I Know The Truth!

    Kami berujung...berkendara bersama, kami akan pergi ke Busan dengan pesawat, karena akan memakan waktu sekitar empat sampai lima jam untuk tiba di sana dengan mobil, jalur paling cepat adalah pesawat…hanya akan memakan waktu kurang lebih satu jam di udara.“Kita akan langsung ke hotel, dan aku akan rapat dengan manajernya. Kalian bisa beristirahat dulu.” Ucap Ben, Lea dan Su Min akhirnya ikut mobil Ben ke bandara karena tim lainnya sudah berangkat dengan kereta cepat, yang hanya memakan waktu dua jam lebih perjalanan. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan kereta itu, tapi Ben sepertinya sangat buru-buru.Aku duduk di kursi depan, hasil kelincahanku di parkiran, Lea sebenarnya sudah membuka kursi penumpang depan, dan aku dengan sangat jenius langsung menunduk dan duduk di depan. Ia sempat protes, tapi Ben sudah meneriaki agar cepat karena penerbangan kami sudah sangat mepet.Di bandara aku merengek ingin caramel macchiato, aku belum

  • Dipaksa Nikah   36. Sexually Active

    Aku duduk seperti biasa di kursi tamu milik Ben, sebuah sofa kecil di pinggir ruangan. Lea duduk di depan Ben, ia dengan pakaian formalnya…sebuah blazer dan celana skinny. Ia mengikat rambutnya agar berkesan pintar. Apakah ia pintar? Aku pun tak paham. Tuan Su Min terlihat santai duduk di sampingku.“Kau terlihat santai..” Sapaku kepada Su Min.“Kau terlihat bersinar..” Ucap Su Min yang membuatku duduk lebih tegak.“What do you mean?”“Kau dan Ben… terlihat berbeda…ada aura yang bersinar. Kalau kalian bukan sepupu… aku pasti akan curiga kalian seorang suami istri.” Ucapnya santai, ia masih memainkan sebuah game di ponselnya.Jeder! Kok bisa Su Min bicara seperti itu?Mencoba untuk tak terpengaruh, aku alihkan topic. “Kau ikut ke Busan?”Su Min mengangguk.“Padat acara di sana?”Ia menggeleng, “kebanyakan sudah diu

  • Dipaksa Nikah   35. Leanikus Bau Kakus

    Ben sudah lebih dahulu mandi dan bersiap, saat kemarin ia bilang hari itu hanya untuk aku dan ia, ia benar-benar melakukannya. Seharian aku dan Ben hanya berada di kamar… walau sekali kami melakukannya di ruang tamu. Ah… sepertinya aku tak bisa lagi berpikiran lurus kalau melihat sofa hitam tua yang empuk itu. Ben…dengan segala idenya yang meledakkan kepalaku.“Fay… aku ada rapat di Busan mungkin akan seharian, kau mau ikut?” Tawar Ben.“Hmm…?” Aku masih bermalas-malasan ria, aku sudah mandi…jangan slah! Sebelum subuh… aku sudah mandi dan beribadah, tapi tidur lagi. Hehe…“Aku mau ke Busan, rapat untuk road tour.” Ulang Ben yang sudah rapih dengan kemeja plus celana jeansnya.“Oo… ok.”“Kamu mau ikut? Aku sepertinya akan seharian di sana… mungkin tengah malam baru pulang.

  • Dipaksa Nikah   34. Yang Bisa Buat Kamu Hangat

    Kami tiba di apartemen Ben, hampir tengan hari di hari berikutnya. Ben sudah meemsan makanan yang akan diantar dalam beberala menit. Sebuah mie jjampong dengan logo halal. Yumm."Mau mandi?" Tanya Ben, ia melepaskan Jeansnya. Sekarang ia hanya mengenakan celana boxernya. Aish.."Gak deh. Kamu aja." Jawabku malu. Kenapa jadi canggung seperti ini sih? Tapi salah dia juga...ngapain pake buka-buka baju segala!"Bareng...yok!" Ucapnya lagi sudah berjalan menuju tempatku berdiri."Mmh.. dingin. Malas, mmmh..nanti aja!" Jawabku sekenanya."Ada aku ..yang bisa buat kamu hangat." Ucapnya dengan pandangan mata yang penuh maksud.Tapi aku cringe! Pake banget! Gimana dong!"Mmh..."Ben tak menjawab lagi, ia langsung menggandengku masuk ke dalam kamar mandi."Ben..." Rengekku dengan suara kecil. Aku benci diri

  • Dipaksa Nikah   33. Bukan Minumanmu, Tapi Bibirmu!

    Aku menghabiskan waktu sampai sebelum tengah hari. Untung Ben sudah memberitahu jadwal kepulangan kami, dan aku sudah berkemas, karena sesampainya di rumah Aisha kami hanya mengambil koper dan pamit. Kami akan langsung berangkat ke bandara…menuju terminal airport internasional Surabaya, lalu melanjutkan ke Seoul.“Kenapa sangat cepat, Ben?” Tanya Ibu Aisha memeluk Ben dengan erat, wajahnya amsih penuh dengan sedih, kehilangan suaminya.“Ben, ada yang harus dikerjakan di Seoul.” Jawab Ben dengan sabar. Ibu Fatimah juga akan langsung pulang ke Brunei, kami akan pergi bersama menuju Surabaya, lalu berpisah di penerbangan yang berbeda.“Aku mau main ke sana… nanti aku kabari ya!” Ucap Aisha yang hanya dijawab senyuman kecil dari Ben. Ingin rasanya aku mencubit perutnya saat ini, agar ia menjawab tidak.Ben dan aku, bersama Ibu Fatimah berangkat dengan supir yang akan membawa kami ke bandara. Di sepanjang perjalanan Ibu Fatimah tertidur

  • Dipaksa Nikah   32. Menikung?

    Aku dan Ben sekarang sedang berada di sebuah pantai, di pinggiran kabupaten Malang. Aku melihatnya di google dna tertarik dengan pemandangan pantai ini , yang mengingatkanku dengan Bali.Ia menyewa sebuah mobil dan mengemudi ke tempat ini dengan bantuan google map. Ibu Fatimah menolak ikut, karena ia sudah merasa lelah mendengar bahwa jarak tempuh yang lumayan jauh. Kami berkendara lebih dari tiga jam, baru sampai di pantai ini.Aku sempat kesal, saat Aisha memaksa untuk ikut, beruntung ia belum mandi dan siap-siap, sehingga aku beralasan takut kemalaman kalau tak berangkat saat ini juga.Ha..ha..ha. berhasil!Kami hanya berduaan, duduk di atas pasir putih kekcoklatan pantai Balekambang. Aku menikmati angin dan mataku sangat dimanjakan dengan pemadangan di depanku. Ombak yang cukup besar mematahkan air pantai yang terkadang tenang. Ada sebuah aliran kecil di pinggir pantai, dan digunakan untuk para anak kecil bermain air. Aliran it

  • Dipaksa Nikah   31. Broken Heart?

    Jadi semalaman mereka bersama?Aku tidur, dan ia asik-asikan sama si mantan?Haish….Rasanya amarahku mau menyembur keluar seperti gunung meletus. Aku kesal luar biasa. Bukan karena aku cemburu…no! aku merasa ini tak adil!Aku masuk ke dalam kamar dan memasukkan semua bajuku ke dalam koper. Ia suka tak suka, aku mau pergi dari tempat ini hari ini.Setelah selesai, aku masuk ke dalam kamar mandi dan berganti pakaian. Aku melampiaskan amarahku dengan memukuli sebuah curtain untuk mandi sampai ia jatuh dari tempatnya. Masa bodoh!Aku keluar dalam keadaan rambut basah dan sudah berpakaian baru. Dan disaat yang sama… Ben masuk ke dalam kamar, ia memandangiku dengan bingung, alisnya terangkat dan ada sedikit kerutan di dahinya saat melihatku dengan rambut basah kuyup dan mulut menggumam tak jelas.“Kau sudah mandi?” Tanyanya melihatku dari atas ke bawah.“Sudah.” Jawabku ketus, aku ke depan meja ria

DMCA.com Protection Status