Home / Romansa / Dipaksa Nikah / 11. Goes To Brunei

Share

11. Goes To Brunei

Author: Abarakwan
last update Last Updated: 2021-03-23 10:07:13

Aku berdiri di depan pintu kayu rumah megah ini, memandang ke bawah melihat penampilanku. Coat pink selutut dengan renda keluaran ModCloth dipadu dengan dark wash jeans dan sepatu balet pink keluaran JimmyChoo, secara keseluruhan penampilanku sangat layak dan sopan. 

Kuketuk pintu di hadapanku sekali,... tak ada jawaban, kuketuk lagi pintu itu, ... tak ada jawaban lagi.

"Humm... pertanda buruk dari langit!!" Ucapku pelan dengan kesal.

Kuketuk lagi pintu di depanku dengan kesal, dan masih tak ada jawaban, kulihat tanganku yang sudah memerah akibat mengetuk, no.. no.. menggedor lebih tepatnya pintu nyebelin di depanku ini.

Supir yang tadi mengantarku akhirnya datang menghampiriku dengan senyum ramah, pria yang rambutnya semua berwarna abu-abu mungkin 50an menurutku, dia memencet bel rumah yang... ternyata oh ternyata ada di sebelah kananku, tepatnya di dinding dan berada 10 centi dari kepalaku. 

"Memang orang Brunei jangkung-jangkung apa ya... masang bel rumahnya tinggi banget," dumelku dalam hati.

Dipencetnya bel rumah dua kali oleh sang bapak supir, lalu pintu itupun dibuka oleh seorang wanita dengan kerutan halus diwajah, dan berbusana muslim sederhana. Wanita itu tersenyum ramah kepadaku. Kesan pertamaku,"...gak jangkung.. terus maksud bell rumahnya tinggi apa coba?" Batinku.

"Faiza? You're so beautiful!" Ucapnya sambil memelukku, aku yang dipeluk malah bengong, kalau dipuji cantik sudah biasa, tetapi ini langsung dipeluk ibu-ibu yang tidak kukenal, di negara orang pula.. kalau aku warga keturunan arab mungkin ekspresiku saat ini adalah, "ajiiiibbb."

Saat pelukan itu berakhir, wanita di depanku ini mengelus rambutku perlahan, dari pucuk kepalaku sampai ke pundak, dan diulangnya sebanyak 4 kali sambil tersenyum manis menatap manik mataku.

Reaksiku? Jangan tanya reaksiku seperti apa.. heran, speechless, dan kesal.. kesal karena ibu-ibu ini mengelus rambutku seperti gukguk, isshhh.

"Ayo masuk..." Ucap sang ibu dengan bahasa Inggris logat melayunya.

Aku hanya mengagguk sambil tersenyum tipis dan mengikuti langkahnya, kami berjalan cukup jauh untuk sampai di ruang tamu, atau apapun nama ruangan ini, karena ruangan ini berisi sofa-sofa besar berwarna cokelat tua dan beralaskan karpet senada. 

Sepanjang perjalananku dari pintu masuk sampai ke ruangan ini, aku sudah melewati beberapa lorong-lorong besar yang entah menuju kemana, jadi pintu masuk rumah ini terdapat diruangan sejenis foyer atau ruangan transit yang menghubungkan beberapa ruangan disekitarnya. Jelas sekali kediaman calon suamiku (kalau jadi dan mudah-mudahan enggak) sangat luas. 

Rumah luas dan berfoyer seperti ini lumayan langka di Jakarta, ya iyalah.. mahalnya kayak apa tanahnya, tetapi di Australia sana sering kutemui rumah teman kampusku yang bermodel seperti ini.

"Silahkan duduk," tawar wanita yang belum kuketahui namanya, dan oh.. iya... kok dia bisa tau namaku yah.

"Maaf.. tapi ibu siapa ya?" Tanyaku sambil menikmati empuk dan lembutnya sofa ini.

"Oh... Ayahmu belum cerita ya nak? Saya ini ibunya Benjamin, calon suamimu." Jelasnya sambil duduk di sampingku dan terus memandangiku dengan senyumannya.

Heran, apa mungkin orang Brunei hobbynya nyengir apa yah... dari supir sampai majikan senyumnya non-stop.

"Nama ibu..." Lanjutku dan sebelum kalimatku selesai ia langsung menjawab.

"Fatimah,..nama saya Fatimah dan suami saya Yusuf Ahmed, Benjamin anak sulunh kami. Kamu cukup memanggil saya ibu, semua memanggil saya seperti itu, dan kamu kan memang calon menantu, jadi mulai dari sekarang harus terbiasa memanggil saya ibu." Jelasnya panjang lebar.

"Ooh..." Jawabku sambil memutar kedua ibu jariku, kebiasaan saat aku menghadapi moment -moment ajaib. Bingung mau berbicara apa lagi, aku hanya mengaggukkan kepalaku sambil menyenderkan tubuhku lebih dalam ke sofa empuk ini.

Menyadari ke enggananku ibu Fatimah memanggil asisten rumah tangganya untuk membuatkan ku minuman. "Ben sebentar lagi datang, tadi dia menelpon ibu."

"Oo.. iya." Jawabku kaku, bingung juga mau jawab apa coba.

Satu jam berbasa-basi dengan Ibu Fatimah, yang ditunggu akhirnya datang juga. Note ya... BUKAN AKU.. tapi emaknya, sorry-sorry deh. Saat kudengar suara baritone pria mengucapkan salam, aku menengok ke asal suara.

Seorang pria dengan tinggi sekitar 180cm dan berambut hitam dengan beberapa helai warna keabuan terlihat dari tempatku duduk sejak satu jam yang lalu. Wajah dan rahangnya tegas. Sangat manly.

"Ben.." Bisik Bu Fatimah kepadaku yang kujawab dengan anggukan dan senyum terpaksa.

 

Si pria jangkung ganteng tapi ubanan itu berjalan melewatiku tanpa sedikitpun menoleh, mata hitam tajamnya tertuju pada Ibunya. Ben mengecup pipi ibu Fatimah dan duduk di sampingnya. Pria bernama Ben itu mengenakan sebuah kemeja hitam dengan celana jeans, sebuah perpaduan aneh untuk seorang pebisnis. 

"Ben, this is Faiza. Your future wife." Ucap ibunya lembut. Matanya seakan bangga menyebutkan namaku. Mata Bu Fatimah tertuju padaku, Ben hanya menoleh ke arahku sebentar lalu asik dengan handphonenya lagi. 

"Okay, Aku ke kamar dulu Bu."

Eh buset, cewek kece dikacangin sama om-om, anjlok sudah harga diri princess. Kupalingkan wajahku memandang ke arah lukisan abstrak di samping lukisan keluarga, pura-pura tertarik. Kalau ia tampan tapi tingkahnya sok kece gini, malah aku yang ilfil abis. 

"Maafkan Ben ya... Mungkin dia lelah. Sudah seminggu dia lembur tidak pulang ke rumah." Ucap Ibu Fatimah sedikit memelas, berusaha tak terpengaruh akupun keluarkan senyum jurus maksimal...  and it works! 

Senyumku itu bisa melumerkan bongkahan es di kutub utara, makanya aku gak boleh banyak senyum, bisa banjir alam semesta ini gaes! 

Aku tidur di lantai dua tak jauh dari kamar Ben, dan... apa yang membuatku heran adalah... Kamar Ben sewaktu kulewati tadi sedang di beri pernak-pernik. Lucu pikirku, pria tanpa ekspresi itu centil juga rupanya... banyak pernak-pernik kamarnya, bah. Apakah ia girly atau... lebih parah ia feminime? Aduh.. langsung ngibrit kalau begini si calon. 

Masih cekikikan dengan pemikiran pria jutek centil itu, Ibu Fatimah memasuki kamarku membawakan cemilan dan air, wajahnya tulus tersenyum padaku. 

"Makan ini dulu Nak... Ini ibu buatkan khusus untukmu, kamu sudah tau kan acaranya diadakan besok lusa. Nanti kalau sudah halal... pindah ke kamar Ben yah. Itu kamar kalian nanti, Ibu sedang proses hias kamar pengantin."

"Oh... Iya. " Jawabku pasrah. Jebakan batmen namanya... Akhirnya aku sendiri yang kena. Semoga terjadi sebuah keajaiban, yang berakibat gagalnya pernikahan jahanam ini, atau tiba-tiba besok lusa ada angin tornado kencang dan mengahancurkan rumah ini. Tragis amat doaku, ya akunya mati juga dunk. Apapun itu, aku berdoa besok bisa gagal.. gal.. gal. Gagal total, aku bisa pulang ke Aussy lagi. Aamin. 

Dalam hening aku bermunasabah, he.. he.. gayanya. Setelah mengetahui situasi dan kondisi, lalu setelah melihat sang calon, yang ternyata agak ganteng dan sekaligus agak tua, apa yang harus kulakukan? ia tak masuk kategori dalam simulasiku sebelumnya, haruskah aku pura-pura kesurupan atau pura-pura hamil? Tapi di sisi lain tingkahnya dingin dan cenderung tak menghiraukanku, what should I do? George Clooney mantan pacarmu harus bagaimana?

Related chapters

  • Dipaksa Nikah   12. Duda KPOP

    Aku sudah ditelepon oleh ibu jauh-jauh hari. Ibu bilang bahwa sang calon akan datang sore ini. Memang sudah dari jauh-jauh hari Pak Reza memberitahuku jadwal kepulangan anak satu-satunya itu. Aku sudah memesan tiket penerbangan pulang, dan semua persiapan debut projek Lea juga sudah mau rampung, hanya menunggu beberapa MOU dari beberapa perusahaan untuk mendukung promosi debut Lea, dan thanks God bukan urusan aku, semua kerjaanku di sini selesai… aku sudah ijin dengan bos Yang, aku harus pulang karena diminta oleh ibu. Aku jujur kepadanya.. bahwa aku akan menikah, awalnya ia kaget dan tak setuju karena beralasan aku tak bisa fokus seperti semula, namun aku berkilah.. kalau aku tak menikah sekarang, ibuku akan terus khawatir. Akhirnya ia setuju dan memintaku merahasiakan ini semua dari rekan kerja yang lain.. karena bisa membuat iri.Pak Reza sudah mengirimkan foto tiket penerbangan anaknya.. hanya berbeda satu jam pendaratannya denganku. Aku akan meminta sa

    Last Updated : 2021-03-23
  • Dipaksa Nikah   13. Pesan Mertua

    Pagi hari, di hari yang telah ditetapkan oleh ibuku, setelah subuh, rumahku sudah sangat ramai. Ada beberapa orang yang keluar masuk kamarku. Seorang perias dan petugas yang membantuku memakaikan pakaian yang akan kupakai nanti saat akad nikah. Ya… hanya akan ada akad nikah, tak akan ada respesi. Pak Reza juga mau pernikahan anak satu-satunya sederhana. Enath kenapa seperti itu.Ada seorang pria yang membantuku memakai pakaian melayu dengan aksen bordir, sebuah adat pernikahan di sini. Ia melilit sarung dengan sangat rapih dan memakaikanku peci yang diberi beberapa bordir putih melati. Aku diberi wewangian dari dupa yang harum, aku diasapi. Lucu memang… tapi menurut ibuku dengan cara ini harumku akan berbeda.. dan akan lebih tahan lama. Aku jadi termenung, sambil menunggu proses pengasapan ini selesai, kesan pertamaku saat melihat gadis itu beberapa hari yang lalu, lucu... imut dengan fisik berisi… padahal aku sering melihat close-up wajahnya dari akun sosial medianya, tap

    Last Updated : 2021-03-23
  • Dipaksa Nikah   14. Pernikahan

    Keajaiban yang kunanti tak kunjung datang, karena saat ini di depanku Ben berjabat tangan dengan Ayahku, mengucapkan ijab qabul. Ben berpakaian tradisional dan aku menggunakan baju kurung khas melayu dengan tema emas dan peach. Beberapa perhiasan emas di sematkan kepadaku, dan disempurnakan dengan mahkota berbatu ruby di puncak kepalaku.Gadis cantik, kece, seksi sepertiku ber ending menikah dengan om-om ubanan dengan baju kurung pula, bukannya menghina... pakaian ini memang indah dan berkelas, tapi mimpiku sejak kecil menikah dengan gaun berekor panjang dengan belahan dada yang seksi.Ben walau tersenyum, wajahnya terlihat dingin. Alisnya taut lebat berwarna hitam kecoklatan. Bahunya tegak dengan dada bidang dibungkus baju koko berhias bordir dengan sarung tradisional terikat di pinggangnya.Ben menoleh ke arahku, wajahnya tanpa ekspresi dan aku berjalan mendekat. Ibunya mengarahkan untuk memasangkan cincin di tanganku, lalu menyu

    Last Updated : 2021-03-23
  • Dipaksa Nikah   15. GD Culik Aku...!

    Apartemen Ben terletak di pusat kota Seoul, tak jauh dari kantornya. Ia bilang baru saja membeli mobil dan mobil baru Ben itu, di parkir di basecamp agensi besar itu. Aku dengan segala daya-upaya, merengek agar bisa ikut Ben hari ini, walau Ben bilang ia akan rapat seharian, aku tetap kekeh. Cafetaria YG kan terkenal dengan kelezatan makanannya, ah... kali aja kaya di drakor gitu... pas lagi di cafe nabrak GD yang lagi lunch... ah so sweet... adek rela di tabrak abang GD.. Suwerr deh Bang."Jangan sampai ada yang tau kalau kita sudah nikah! Ngerti kan? Aku ada kontrak untuk stay single!" Ucap Ben ketus.Entah setelah sampai di Seoul ia jadi manusia kejam, dingin, ketus. Aku bodo amatlah, aku akan enjoy se-enjoy yang kubisa, hidup di lingkaran tempat tinggal grup idol favoriteku, kali aja si babang-babang tampan mau nyulik aku sambil nyanyiin lagu khusus buatku."Iya... Iya... aku juga single berarti ya...!" Balasku tak terima.

    Last Updated : 2021-04-07
  • Dipaksa Nikah   16. Persetan Dengan Perjodohan!

    Kami tiba di Seoul dan aku langsung sibuk dengan pekerjaanku. Sebentar lagi jadwal release album Lea, aku sudah bilang kepadanya… aku mungkin hanya akan memproduseri Lea, aku sudah memberikan banyak ide dan lagu untuk sang big boss, terserah ia mau memberikannya kepada siapa.Pada awalnya aku hanya memproduseri dan melakukan urusan promosi untuk konser dan road tour.. tapi pada kenyataannya urusan debut dan materi yang akan ditampilkan aku juga yang mengurus, walau tak sepenuhnya. Aku membantu sebisaku, dan akhirnya sang pengantin baru perempuan itu duduk cemberut di atas kasur apartemenku. Ia beberapa kali merengek ingin ikut ke kantor dengan harapan bertemu GD, dan syukurnya ia sampai sekarang belum berhasil. Kemarin aku mengajaknya perdana ke kantor, aku harus dengan sangat buru-buru menyelesaikan pekerjaanku karena aku tahu Fay menungguku di bawah. Aku bilang kalau ia hanya sepupuku… dan aku sudah memintanya tak mengakui re pernikahan kami. Ia setuju dengan meng

    Last Updated : 2021-04-08
  • Dipaksa Nikah   17. Dih...Situ Oke?

    "Rasa ini membunuhku!" Adakan lagu judul seperti itu? Ya itu tepat apa yang terjadi padaku saat ini!"But... wait... wait, aku kan ga pernah cinta sama Ben! Aki-aki sok ganteng yang dijododhin papi untukku? Iya... Ngapain banget aku sakit hati? Hello...? Aku selalu dikerubungi cowok kece... Ga akan abis cowok ngantri kalau aku buka lowongan pacar!" Monologku di depan cermin.Kusempurnakan riasanku, aku akan kembali ke ruangan karaoke itu dan jadi diriku sendiri. Get Wild!"Sorry... aku baru dari toilet!" Ucapku sok asik dan sok cool memasuki ruangan itu.Sepertinya saat ini giliran Tuan Su Min yang bernyanyi, karena ia memegang buku panduan untuk memilih lagu."Ya ampun... kita bahkan ga tau kalau kamu ga ada di sini!" Jawab Lea ketawa cekikikan, jemari kukunya berwarna shocking pink bertengger mesra di bahu Ben."Bodo Amat!" Ucapku tak bersuara, "Aku mau duet doong!" Kuhampiri Tuan Su Mi

    Last Updated : 2021-04-09
  • Dipaksa Nikah   18. Gak Mau Cerai?!

    Aku dan Ben berada di mobil dalam perjalanan pulang. Ben diam tak berkomentar dengan kejadian tadi, akupun juga diam berusaha tak terpengaruh. Kukeluarkan ponsel dan mencari kontak Evan, sahabatku yang berparas mirip sedikit dengan Clark Kent."Evan.." Ketikku.Satu menit berselang, kulihat nomor Evan aktif dan sedang mengetik balasan."Yo girl... sssuuuuppppp?!" Membaca jawabannya aku tersenyum sendiri, ah... manusia ajaib ini berhasil membuatku lupa dengan ketragisan hidupku. Aku kesal, aku marah.. aku ingin menyudahi saja pernikahan sialan ini. Beruntung ia belum melakukan apapun denganku. Kalau memang ia tak mau menjamahku... dan masih mau berpacaran dengan idol itu.. ngapain dia mau dinikahin sama aku?"Evan, I need your help! Aku butuh pengacara untuk mengurus perceraianku, cari yang paling bagus! Aku ada di Seoul, segera!!" Ketikku cepat membalas."Whattttt! Kau harus menjelaskannya padaku Babe! Ok wait

    Last Updated : 2021-04-10
  • Dipaksa Nikah   19. Tanpa Busana

    Fay berdiam diri dan mengurung dirinya di kamar. Selama ini aku memilih tidur di ruang kerjaku. Leherku sakit dan kepalaku rasanya mau meledak. Akupun bingung dengan istriku, ia marah karena Lea mengaku sedang dekat denganku. Lalu ia meminta cerai, apa ia cemburu? Yang jelas aku tak akan menyetujui keinginannya itu.Aku tak akan menceraikannya... aku tak mau ibuku kecewa dan menangis lagi... ditambah aku sudah merasakan getaran aneh saat melihat wajahnya, senyumnya.Aku tadi sudah mengatakannya kepadanya.. bahwa aku menolak pengajuan cerai dari pengacara sahabatnya yang berada di Australia. Apa yang bisa kulakukan untuk mengatasi masalah ini? Sedangkan sebentar lagi aku akan mulai sibuk mengurus persiapan road show Lea. Urusan ini harus diselesaikan. Apakah... hmm aku berpikir sebuah penyelesaian yang seharusnya sudah kulakukan sejak awal menikahinya. Aku ini memang terkadang sangat bodoh! Bodo

    Last Updated : 2021-04-10

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah   39. Hamilin Aku! End

    "Ben! Kamu itu..." Aku memukul bahu Ben, saat ia baru saja datang ke kamar. Wajahnya kaget dengan seranganku yang tanpa pemanasan. "Eh...what? Apa? Kenapa?" Tanyanya bingung. "Nih!" Ucapku menyodorkan ponselnya. "Kau dapat video dari mantan pacarmu!" Ucapku setengah berteriak. Ia duduk di atas kasur dan membuka isi video itu. Ia mendengarkan denganw ajah datar, aku memperhatikan reaksi wajahnya yang sama sekali tak berubah dari awal sampai akhir. "So?" Tanyanya kepadaku, seperti menantang. "Itu mantanmu minta balikan... Secara gak langsung nyuruh kamu pisah sama aku kan? Dia mau nunggu sampai kamu single lagi..." Ucapku setengah berteriak. Saat marah seperti ini, aku menjadi bar-bar. "Kan dia yang bilang...bukan aku." Ucapnya lagi. He? Apa dia bilang, aku seperti sudah dibutakan oleh amarah. Serasa ada asap yang menguap di k

  • Dipaksa Nikah   38. So Cuitt

    Su Min : Aku tahu, kau dan Fay adalah sepasang kekasih.Aku hampir saja memekik saat ikut membacanya. Ben menoleh dan memberi kode dengan matanya, agar aku diam tak bersuara.Ia dengan tenang membalas isi pesan itu.Ben: Maaf kau salah menyimpulkan.Ucapnya lalu dengan tenang mematikan ponselnya. Aku dengan otomatis memgang tangan Ben. Kalau sampai orang tahu, karirnya bisa selesai, dan aku akan sangat menyesal kalau itu semua karena aku."Ben...gimana kalau ketahuan?" Bisikku."Tak usah risau... Aku takkan jatuh miskin kalau tak bekerja sebagai produser." Jawabnya tenang, kami sudah memasangkan seat belt karena pesawat akan mau take off. Ia menjawab tanpa menoleh ke arahku. Namun genggamannya meremas telapak tanganku.Aku diam, ada banyak yang ingin kutanyakan nanti. Saat tiba di Busan...semoga kami punya waktu berduaan untuk

  • Dipaksa Nikah   37. I Know The Truth!

    Kami berujung...berkendara bersama, kami akan pergi ke Busan dengan pesawat, karena akan memakan waktu sekitar empat sampai lima jam untuk tiba di sana dengan mobil, jalur paling cepat adalah pesawat…hanya akan memakan waktu kurang lebih satu jam di udara.“Kita akan langsung ke hotel, dan aku akan rapat dengan manajernya. Kalian bisa beristirahat dulu.” Ucap Ben, Lea dan Su Min akhirnya ikut mobil Ben ke bandara karena tim lainnya sudah berangkat dengan kereta cepat, yang hanya memakan waktu dua jam lebih perjalanan. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan kereta itu, tapi Ben sepertinya sangat buru-buru.Aku duduk di kursi depan, hasil kelincahanku di parkiran, Lea sebenarnya sudah membuka kursi penumpang depan, dan aku dengan sangat jenius langsung menunduk dan duduk di depan. Ia sempat protes, tapi Ben sudah meneriaki agar cepat karena penerbangan kami sudah sangat mepet.Di bandara aku merengek ingin caramel macchiato, aku belum

  • Dipaksa Nikah   36. Sexually Active

    Aku duduk seperti biasa di kursi tamu milik Ben, sebuah sofa kecil di pinggir ruangan. Lea duduk di depan Ben, ia dengan pakaian formalnya…sebuah blazer dan celana skinny. Ia mengikat rambutnya agar berkesan pintar. Apakah ia pintar? Aku pun tak paham. Tuan Su Min terlihat santai duduk di sampingku.“Kau terlihat santai..” Sapaku kepada Su Min.“Kau terlihat bersinar..” Ucap Su Min yang membuatku duduk lebih tegak.“What do you mean?”“Kau dan Ben… terlihat berbeda…ada aura yang bersinar. Kalau kalian bukan sepupu… aku pasti akan curiga kalian seorang suami istri.” Ucapnya santai, ia masih memainkan sebuah game di ponselnya.Jeder! Kok bisa Su Min bicara seperti itu?Mencoba untuk tak terpengaruh, aku alihkan topic. “Kau ikut ke Busan?”Su Min mengangguk.“Padat acara di sana?”Ia menggeleng, “kebanyakan sudah diu

  • Dipaksa Nikah   35. Leanikus Bau Kakus

    Ben sudah lebih dahulu mandi dan bersiap, saat kemarin ia bilang hari itu hanya untuk aku dan ia, ia benar-benar melakukannya. Seharian aku dan Ben hanya berada di kamar… walau sekali kami melakukannya di ruang tamu. Ah… sepertinya aku tak bisa lagi berpikiran lurus kalau melihat sofa hitam tua yang empuk itu. Ben…dengan segala idenya yang meledakkan kepalaku.“Fay… aku ada rapat di Busan mungkin akan seharian, kau mau ikut?” Tawar Ben.“Hmm…?” Aku masih bermalas-malasan ria, aku sudah mandi…jangan slah! Sebelum subuh… aku sudah mandi dan beribadah, tapi tidur lagi. Hehe…“Aku mau ke Busan, rapat untuk road tour.” Ulang Ben yang sudah rapih dengan kemeja plus celana jeansnya.“Oo… ok.”“Kamu mau ikut? Aku sepertinya akan seharian di sana… mungkin tengah malam baru pulang.

  • Dipaksa Nikah   34. Yang Bisa Buat Kamu Hangat

    Kami tiba di apartemen Ben, hampir tengan hari di hari berikutnya. Ben sudah meemsan makanan yang akan diantar dalam beberala menit. Sebuah mie jjampong dengan logo halal. Yumm."Mau mandi?" Tanya Ben, ia melepaskan Jeansnya. Sekarang ia hanya mengenakan celana boxernya. Aish.."Gak deh. Kamu aja." Jawabku malu. Kenapa jadi canggung seperti ini sih? Tapi salah dia juga...ngapain pake buka-buka baju segala!"Bareng...yok!" Ucapnya lagi sudah berjalan menuju tempatku berdiri."Mmh.. dingin. Malas, mmmh..nanti aja!" Jawabku sekenanya."Ada aku ..yang bisa buat kamu hangat." Ucapnya dengan pandangan mata yang penuh maksud.Tapi aku cringe! Pake banget! Gimana dong!"Mmh..."Ben tak menjawab lagi, ia langsung menggandengku masuk ke dalam kamar mandi."Ben..." Rengekku dengan suara kecil. Aku benci diri

  • Dipaksa Nikah   33. Bukan Minumanmu, Tapi Bibirmu!

    Aku menghabiskan waktu sampai sebelum tengah hari. Untung Ben sudah memberitahu jadwal kepulangan kami, dan aku sudah berkemas, karena sesampainya di rumah Aisha kami hanya mengambil koper dan pamit. Kami akan langsung berangkat ke bandara…menuju terminal airport internasional Surabaya, lalu melanjutkan ke Seoul.“Kenapa sangat cepat, Ben?” Tanya Ibu Aisha memeluk Ben dengan erat, wajahnya amsih penuh dengan sedih, kehilangan suaminya.“Ben, ada yang harus dikerjakan di Seoul.” Jawab Ben dengan sabar. Ibu Fatimah juga akan langsung pulang ke Brunei, kami akan pergi bersama menuju Surabaya, lalu berpisah di penerbangan yang berbeda.“Aku mau main ke sana… nanti aku kabari ya!” Ucap Aisha yang hanya dijawab senyuman kecil dari Ben. Ingin rasanya aku mencubit perutnya saat ini, agar ia menjawab tidak.Ben dan aku, bersama Ibu Fatimah berangkat dengan supir yang akan membawa kami ke bandara. Di sepanjang perjalanan Ibu Fatimah tertidur

  • Dipaksa Nikah   32. Menikung?

    Aku dan Ben sekarang sedang berada di sebuah pantai, di pinggiran kabupaten Malang. Aku melihatnya di google dna tertarik dengan pemandangan pantai ini , yang mengingatkanku dengan Bali.Ia menyewa sebuah mobil dan mengemudi ke tempat ini dengan bantuan google map. Ibu Fatimah menolak ikut, karena ia sudah merasa lelah mendengar bahwa jarak tempuh yang lumayan jauh. Kami berkendara lebih dari tiga jam, baru sampai di pantai ini.Aku sempat kesal, saat Aisha memaksa untuk ikut, beruntung ia belum mandi dan siap-siap, sehingga aku beralasan takut kemalaman kalau tak berangkat saat ini juga.Ha..ha..ha. berhasil!Kami hanya berduaan, duduk di atas pasir putih kekcoklatan pantai Balekambang. Aku menikmati angin dan mataku sangat dimanjakan dengan pemadangan di depanku. Ombak yang cukup besar mematahkan air pantai yang terkadang tenang. Ada sebuah aliran kecil di pinggir pantai, dan digunakan untuk para anak kecil bermain air. Aliran it

  • Dipaksa Nikah   31. Broken Heart?

    Jadi semalaman mereka bersama?Aku tidur, dan ia asik-asikan sama si mantan?Haish….Rasanya amarahku mau menyembur keluar seperti gunung meletus. Aku kesal luar biasa. Bukan karena aku cemburu…no! aku merasa ini tak adil!Aku masuk ke dalam kamar dan memasukkan semua bajuku ke dalam koper. Ia suka tak suka, aku mau pergi dari tempat ini hari ini.Setelah selesai, aku masuk ke dalam kamar mandi dan berganti pakaian. Aku melampiaskan amarahku dengan memukuli sebuah curtain untuk mandi sampai ia jatuh dari tempatnya. Masa bodoh!Aku keluar dalam keadaan rambut basah dan sudah berpakaian baru. Dan disaat yang sama… Ben masuk ke dalam kamar, ia memandangiku dengan bingung, alisnya terangkat dan ada sedikit kerutan di dahinya saat melihatku dengan rambut basah kuyup dan mulut menggumam tak jelas.“Kau sudah mandi?” Tanyanya melihatku dari atas ke bawah.“Sudah.” Jawabku ketus, aku ke depan meja ria

DMCA.com Protection Status