Share

66. Kecemasan Luisa

Aku melambaikan tangan saat Kang Abdi menoleh ke arahku. Siang ini suamiku pergi untuk mencari rejeki. Untuk saat ini memang hanya inilah yang bisa membuat kami semua bisa bertahan hidup.

Tabungan papa menipis. Uang tabungan hasil pesangon saat diberhentikan dari perusahaan. Memang uang pesangon itu sangat banyak menurutku. Menyentuh angka tiga milyar untuk sekelas presiden direktur, tetapi karena papa masih harus bolak-balik ke dokter dan juga biaya hidup sehari-hari, maka perlahan uang itu pun menipis.

Papa bahkan membeli dua petak sawah di kampung Nisa ini dan juga membeli sebuah rumah sederhana seharga seratus delapan puluh juta saja. Sangat murah karena pemilik rumah memang sedang butuh.

"Assalamualaikum." Aku tersentak dari lamunan, saat suara yang saat ini tengah aku pikirkan, terdengar di balik pintu. Lekas aku memakai jilbab besarku, lalu membuka pintu untuk papa.

"Wa'alaykumussalam, Papa. Ayo, masuk, Pa!" Aku menarik tangan papa dengan perlahan untuk membawanya duduk di ku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status