Share

Bab 95 Bakti sosial, ketemu cogan

“Ummi, pelan-pelan tau! Sakit! Ummi mah kayak punya dendam terselubung.”

Salwa sedari tadi mengoceh pada ibunya yang tak biasanya menyisiri rambutnya yang tumbuh memanjang hingga ke punggung.

“Ini sudah pelan-pelan, bawel!” sahut Aruni seraya memperbaiki cara menyisiri rambutnya agar tidak perih dan kesakitan saat ditarik. “Wa, kau tak menyisir rambut? Malas sekali,”

“Hem, kapan ya Ummi, aku menyisir rambut. Ah, ya seminggu yang lalu,”

Pltak!

“Ummi sakit! Kalakah diteke!”

Salwa meringis perih mendapat jitakan di kepalanya.

“Jadi perempuan itu harus rapi! Tuh lihat Teh Nuha! Gimana mau jadi ibu rumah tangga kalau ngurus diri aja gak becus,”

Sekalinya bicara Aruni sangat menusuk, pedas mirip bon cabe.

“Terus dibandingin sama Teh Nuha! Beda pabrik lah, eh, beda bapak lah,”

Aruni menggeram pelan mendengar putrinya membahas hal yang super sensitif, tak lain ayah kandung Nuha.

“Kalau gak bisa ngurus rambut mending potong aja,”

“Ummi, aku bercanda! Asli! Hari ini doang aku gak nyisir, soaln
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status