Salwa menoleh dengan keterkejutan di wajahnya, melihat tiba-tiba Daniel Dash berada di belakangnya dan mengomentari ocehannya. Sudah tanggung kepergok. Mau melarikan diri juga percuma. Gadis itu tidak memiliki jurus menghilang ataupun pintu ajaib doraemon yang bisa membawanya ke suatu tempat. Ia hanya mencoba sebaik mungkin menampilkan sebuah mimik muka normal, terkejut seperti baru pertama kali melihatnya berada di sana. “Mister, kenapa sih suka ngagetin? Kau mirip jelangkung! Datang dan pergi tak diantar. Untung aku gak terkena serangan jantung lalu dilarikan ke NICU dan …” “Dan aku sedih sekali melihat Sally ku sakit?!” Daniel mengucek-ucek matanya dengan gerakan merengek seakan menangis. Membuat gadis itu merasa pemuda yang bersama selama ini seperti menjadi pribadi yang berbeda. Seingatnya sebelum menyatakan cinta padanya ia terlihat normal, pemuda yang dingin, bicara seperlunya dan jaga wibawa tentunya. Namun apa yang ia temukan saat ini, barangkali karena virus merah jamb
Salwa terkagum-kagum melihat interior sebuah restoran Korea mewah di daerah Pakuan. Beberapa kali tak sadar matanya yang berwarna irish coklat muda nan bening mengerjap dengan bibir tipis yang terbuka.Katakanlah ia seperti orang kampungan yang baru datang ke sebuah restoran mewah. Ia memang berasal dari kampung. Pernah beberapa kali diundang makan di resto mewah oleh kakaknya dan keluarga Alatas. Namun karena gadis itu orang yang ekspresif sehingga perasaan apapun mudah dilihat dari air muka wajahnya.Jika Salwa bahagia, maka wajahnya berseri-seri. Jika ia bersedih hati maka wajahnya ditekuk tanpa kompromi tak tahu waktu dan tempat. Biasanya ia terlihat dingin dan judes berhadapan dengan makhluk bernama lelaki. Namun entah kenapa berurusan dengan Daniel Dash berbeda. Mungkin karena berawal merasa akrab karena ikatan saudara awalnya hingga bersemi cinta di hati ke duanya.Keinginan Salwa makan nasi kebuli jauh panggang dari api meskipun ia sempat berapi-api. Keinginannya tak terlaksan
Aruni diam menatap putrinya yang terlihat gelisah. Nuha sengaja datang ke rumah sang ibu dan menceritakan apa yang terjadi semalam, apa yang ia dengar dalam rapat penting keluarga. “Bagaimana pendapat Ummi soal itu?”Nuha bertanya dengan serius. Ada nada khawatir yang tesirat dari suaranya.Sebelum menjawab, Aruni menarik nafas sedalam-dalamnya. “Nuha, soal itu … Ummi sudah tau.”Jawaban Aruni membuat Nuha terperangah. “Ap-pa?”“Ummi sudah tahu dari dulu, Nak.”“Kapan? Sejak kapan kedekatan mereka muncul? Ini tidak bisa dibiarkan. Kenapa Ummi diam? Kenapa Ummi tidak cerita?”Nuha mendesak sang ibu untuk bercerita.“Selama ini Ummi memang diam. Ummi hanya mengira jika anak itu terobsesi wanita yang mirip dirimu jadi dia seolah menemukan dirimu pada adikmu.Namun setelah Ummi lihat dan perhatikan. Yang benar saja, kau dan adikmu jelas berbeda. Ternyata Salwa, adikmu, alasan dirinya sembuh. Alasan dirinya berubah. Alasan dirinya bahkan menjadi mualaf, mungkin salah satunya. Daddy mu b
Setelah dibujuk macam anak kecil, akhirnya Daniel Dash bersedia mendengar ucapan Salwa. Salwa mengatakan padanya bahwa ia tidak akan menerima lamaran dari lelaki manapun. Ia akan menunggu Daniel yang datang melamarnya. Ia pula akan memakai cincin hadiah darinya sebagai bentuk bukti.Daripada terjadi aksi drama yang tak diharapkan, negosisi berjalan mulus. Senyum kembali terbit di bibirnya yang semanis madu. Apalagi setelah mendengar jika Salwa akan memperjuangkan hubungan mereka andai kakaknya tak merestuinya. Salwa yang polos mengiyakan saja karena memang ia tidak mengetahui respon Darren dan Nuha tentang hubungan mereka. Biarlah menjadi urusan nanti.“Well, Mister, aku mau bayar dulu ya?” ucap Salwa meninggalkan Daniel yang terlihat lebih baik dan merasa lega. Daniel pun mengangguk.Salwa mengambil bill dan membayar menu yang ia makan, seketika ia terlonjak kaget. Sesuai dugaannya harganya sangatlah mahal. Namun jika dibandingkan pengorbanan lelaki itu untuknya tak seberapa.“Mbak,
Mobil sport mewah melaju meninggalkan restoran Korea menuju area pondok pesantren Babussalam. Pak Li membawa mobil sport terbaru milik Daniel dengan kecepatan tinggi sehingga tak butuh waktu lama mereka sudah melewati berbagai macam bangunan pertokoan, sekolah hingga kampus menuju bangunan pondok pesantren di tengah kota tersebut.“Stop di sini Bang!” seru Salwa meminta Pak Li menurunkannya dalam radius lima puluh meter dari gerbang pondok. Ia tak ingin menjadi pusat atensi karena diantar dengan mobil mewah. Khawatir akan menimbulkan spekulasi yang aneh-aneh seperti dulu. “Abang, abang, emang Mamang Greb,” desis Daniel. “Mana bayar dulu! Goban!”Daniel menoleh ke belakang dan menengadahkan tangannya.“Ini!”Salwa menarik uang selembar dengan nominal dua ribu rupiah dan meletakkannya di atas telapak tangan lelaki itu.“Ya ampun, baik banget penumpangnya. Minta goban dikasih pego.”Daniel berkomentar.“Iya lah, aku ‘kan dokter sepe-sialis! Gajiku tinggi ya seharga mobil pikap. Aku juga
“Harus hati-hati! Awas jangan sampai terbentur atau jatuh! Apalagi lecet!”Seorang pemuda bertubuh jangkung menuntun dua orang pekerja yang tengah membawa sebuah pogura kaca raksasa kemudian memintanya untuk membawanya ke dalam kamarnya.“Pasang di mana Mas?” tanya salah satu pekerja yang sudah berada di dalam kamarnya.Pemuda itu terlihat mengernyitkan dahinya, berupaya berpikir keras, di manakah ia akan meletakan foto yang berukuran tinggi besar itu?“Pak, letakan di tengah saja! Lukisan itu diturunkan!” titahnya dengan menggerak-gerakan tangannya. “Baik, Mas,” sahut mereka kompak, menurunkan lukisan pegunungan Himalaya yang belum lama terpajang di sana.“Sedikit geser! Sepuluh centi geser ke kanan!” titahnya menempatkan posisi pigura dengan gerakan tangannya mirip seorang komposer musik di tengah orkestra.“Bukan! Geser lagi ke kiri!”“No! Geser ke kanan sedikit! Ke atas sedikit!”“Salah-salah! Ke kiri sedikit lagi!”“Bukan! Ke kanan sedikit!”Ke dua orang pekerja yang memegang pi
Definisi pengorbanan sebuah cinta. Demi cinta, seseorang mampu mendaki gunung tertinggi. Demi cinta, seseorang mampu menyelami samudera Hindia. Demi cinta, seseorang mampu gelut dengan harimau Benggala.Demi cinta, seseorang yang lemah bisa berubah sekonyong-konyong menjadi sosok pahlawan, meski kesiangan, tubuh babak belur, muka benjol-benjol, kaki gempor dan lain sebagainya.Begitulah sebagian menganggap cinta itu buta. Apapun akan dilakukan demi menggapai cintanya.Di hari pertamanya bekerja di perusahaan sang ayah, Daniel dikerjai oleh sang kakak untuk mengambil alih pekerjaan Anggara. Memeriksa semua laporan keuangan perusahaan termasuk merevisinya sebelum diserahkan kepada pemimpin tertinggi. Bukan pekerjaan enteng.Anggara dan Jodi, mereka orang terdekat, tangan kanan kakaknya yang terpercaya dan memiliki kemampuan mumpuni dalam posisi yang ditugaskan oleh pemimpin tertinggi.Dulu Anggara menempati posisi sekretaris sedangkan Jodi menempati asisten sekaligus satu-satunya orang
“Sayang, Ayah bawa apa?” tanya Darren menjinjing dua kantong kresek berwarna putih di sebelah tangan kanan dan kirinya.“Yeay! Papa bawa es krim Boba!”Farah meloncat-loncat tatkala melihat sang ayah membawakan pesanannya sore itu. Ia langsung menyambar kantong yang berisi es krim boba dengan rasa coklat dan stroberi kemudian menciumi wajah ayahnya.Darren merasa sangat bahagia setiap kali kepulangannya disambut heboh oleh anak-anaknya.“Mana pesanan punyaku Ayah?”Asyraf mengulurkan tangannya, menengadah meminta jatahnya.“Maaf, Sayang, toko mainan sudah tutup. Paling besok Ayah carikan lagi pesananmu.”Darren merendahkan tubuhnya dan mengusap pucuk kepala Asyraf.Asyraf tidak merespon, ia terlihat kecewa dan kesal pada ayahnya.“Hai, mau kemana?”Darren menarik tubuh Asyraf agar menghadapnya.“Aku kecewa sama Ayah.”Asyraf menggembungkan pipinya terlihat lucu dan menggemaskan.“Maafin, Ayah, Nak, besok insyaallah janji Ayah cari mainan yang kau inginkan.”“Benar apa kata Ayah, Mas A