Setelah acara prosesi pemakaman usai, perlahan satu per satu pelayat mulai berangsur berkurang, mundur teratur dan pamit undur diri. Giliran Darren dan Nuha pun bisa maju ke depan mendekati kuburan dan Diana yang tengah dipeluk Kinan.Barulah dari jarak dekat, Nuha bisa melihat frame raksasa berkalung bunga yang menampilkan wajah Clara yang diletakan di atas kuburan yang masih basah dan bertabur bunga. Tak salah lagi, gadis yang ia lihat ialah Clara yang seringkali diam-diam diajak Daniel ke rumah mertuanya.Perasaan Nuha makin tak karuan. Setelah mengetahui kedekatan adiknya dengan Daniel, ia merasa kecewa pada mereka kemudian sekarang melihat fakta yang tampak di depan mata, rasa kecewa itu semakin bertambah. Bukan Nuha tidak ikut senang melihat perubahan Daniel menjadi lebih baik. Bukan pula ia merasa lebih suci atau bersih darinya. Nuha hanya tak rela saja jika adiknya yang polos dekat dengan mantan playboy. Ia takut penyakit lama Daniel akan kembali kambuh.Sepengetahuan dirin
“Grandma!”Suara Farah yang kencang membuat Kinan dan Daniel menoleh ke arahnya.Daniel langsung loncat dari kasur, nyaris membuat ibunya oleng di atas kasur dan menghampiri Farah yang berjalan ke arah mereka. Tanpa meminta ijin darinya, Daniel langsung mengangkat tubuh Farah yang gemuk hingga memekik karena kaget. Ia memangkunya sembari mengajaknya berputar-putar. “Kangen Uncle gak Beauty?”Daniel menghujani pipi gembil Farah dengan ciuman hingga anak itu tertawa renyah karena merasa geli.“Geli, Daniel! Stop it!” kata Farah berusaha menghindari ciumannya namun tak berhasil sebab Daniel dengan gemasnya menahan anak itu agar tidak berontak. Memeluknya seperti memeluk boneka.“Lah, kok Daniel? Uncle dong!” protes Daniel dengan menekuk bibirnya, berpura-pura marah pada gadis kecil yang cantik itu.“Sorry, Uncle!” katanya terkikik geli. Cara ia tertawa mirip seseorang. Tawanya lepas.“Mom coba lihat dia? Tawanya mirip siapa?”Daniel menoleh pada Kinan yang masih duduk di tepi ranjang.“
Lama terdiam Nuha dan Darren bingung mau merespon apa pengakuan Daniel. Sepasang suami istri tersebut terlihat saling lirik dengan perasaan gelisah. Berbeda dengan Daniel yang terlihat santai. Ia sama sekali tidak takut jika kakaknya tidak merestuinya. Yang paling penting, Salwa menerima cintanya. Jika keluarganya tidak mendukungnya, mungkin opsi terakhir kawin lari. Begitulah pikiran liar Daniel.“Darren, Nuha, Daddy tau ini tak mudah. Daddy juga sempat kaget mendengar pengakuan Daniel. Kami paham sekali alasannya Salwa adiknya Nuha. Mereka masih memiliki hubungan kekerabatan meski memang tak masalah jika ipar dengan ipar menikah.Ke dua Daddy juga paham, Nuha, Daniel bukan pemuda idaman atau sholeh yang sesuai kriteria kalian. Tapi Daddy yakin, Daniel sudah sejauh ini. Ia memutuskan mualaf. Dia juga orangnya mau belajar,”Daniel merasa di atas awan mendengar perkataan bijak ayahnya. Gayung bersambut, ayahnya mendukung semua keinginannya.‘Makasih, Jonathan! Eh, Daddy Jonat,’ batin
Salwa menoleh dengan keterkejutan di wajahnya, melihat tiba-tiba Daniel Dash berada di belakangnya dan mengomentari ocehannya. Sudah tanggung kepergok. Mau melarikan diri juga percuma. Gadis itu tidak memiliki jurus menghilang ataupun pintu ajaib doraemon yang bisa membawanya ke suatu tempat. Ia hanya mencoba sebaik mungkin menampilkan sebuah mimik muka normal, terkejut seperti baru pertama kali melihatnya berada di sana. “Mister, kenapa sih suka ngagetin? Kau mirip jelangkung! Datang dan pergi tak diantar. Untung aku gak terkena serangan jantung lalu dilarikan ke NICU dan …” “Dan aku sedih sekali melihat Sally ku sakit?!” Daniel mengucek-ucek matanya dengan gerakan merengek seakan menangis. Membuat gadis itu merasa pemuda yang bersama selama ini seperti menjadi pribadi yang berbeda. Seingatnya sebelum menyatakan cinta padanya ia terlihat normal, pemuda yang dingin, bicara seperlunya dan jaga wibawa tentunya. Namun apa yang ia temukan saat ini, barangkali karena virus merah jamb
Salwa terkagum-kagum melihat interior sebuah restoran Korea mewah di daerah Pakuan. Beberapa kali tak sadar matanya yang berwarna irish coklat muda nan bening mengerjap dengan bibir tipis yang terbuka.Katakanlah ia seperti orang kampungan yang baru datang ke sebuah restoran mewah. Ia memang berasal dari kampung. Pernah beberapa kali diundang makan di resto mewah oleh kakaknya dan keluarga Alatas. Namun karena gadis itu orang yang ekspresif sehingga perasaan apapun mudah dilihat dari air muka wajahnya.Jika Salwa bahagia, maka wajahnya berseri-seri. Jika ia bersedih hati maka wajahnya ditekuk tanpa kompromi tak tahu waktu dan tempat. Biasanya ia terlihat dingin dan judes berhadapan dengan makhluk bernama lelaki. Namun entah kenapa berurusan dengan Daniel Dash berbeda. Mungkin karena berawal merasa akrab karena ikatan saudara awalnya hingga bersemi cinta di hati ke duanya.Keinginan Salwa makan nasi kebuli jauh panggang dari api meskipun ia sempat berapi-api. Keinginannya tak terlaksan
Aruni diam menatap putrinya yang terlihat gelisah. Nuha sengaja datang ke rumah sang ibu dan menceritakan apa yang terjadi semalam, apa yang ia dengar dalam rapat penting keluarga. “Bagaimana pendapat Ummi soal itu?”Nuha bertanya dengan serius. Ada nada khawatir yang tesirat dari suaranya.Sebelum menjawab, Aruni menarik nafas sedalam-dalamnya. “Nuha, soal itu … Ummi sudah tau.”Jawaban Aruni membuat Nuha terperangah. “Ap-pa?”“Ummi sudah tahu dari dulu, Nak.”“Kapan? Sejak kapan kedekatan mereka muncul? Ini tidak bisa dibiarkan. Kenapa Ummi diam? Kenapa Ummi tidak cerita?”Nuha mendesak sang ibu untuk bercerita.“Selama ini Ummi memang diam. Ummi hanya mengira jika anak itu terobsesi wanita yang mirip dirimu jadi dia seolah menemukan dirimu pada adikmu.Namun setelah Ummi lihat dan perhatikan. Yang benar saja, kau dan adikmu jelas berbeda. Ternyata Salwa, adikmu, alasan dirinya sembuh. Alasan dirinya berubah. Alasan dirinya bahkan menjadi mualaf, mungkin salah satunya. Daddy mu b
Setelah dibujuk macam anak kecil, akhirnya Daniel Dash bersedia mendengar ucapan Salwa. Salwa mengatakan padanya bahwa ia tidak akan menerima lamaran dari lelaki manapun. Ia akan menunggu Daniel yang datang melamarnya. Ia pula akan memakai cincin hadiah darinya sebagai bentuk bukti.Daripada terjadi aksi drama yang tak diharapkan, negosisi berjalan mulus. Senyum kembali terbit di bibirnya yang semanis madu. Apalagi setelah mendengar jika Salwa akan memperjuangkan hubungan mereka andai kakaknya tak merestuinya. Salwa yang polos mengiyakan saja karena memang ia tidak mengetahui respon Darren dan Nuha tentang hubungan mereka. Biarlah menjadi urusan nanti.“Well, Mister, aku mau bayar dulu ya?” ucap Salwa meninggalkan Daniel yang terlihat lebih baik dan merasa lega. Daniel pun mengangguk.Salwa mengambil bill dan membayar menu yang ia makan, seketika ia terlonjak kaget. Sesuai dugaannya harganya sangatlah mahal. Namun jika dibandingkan pengorbanan lelaki itu untuknya tak seberapa.“Mbak,
Mobil sport mewah melaju meninggalkan restoran Korea menuju area pondok pesantren Babussalam. Pak Li membawa mobil sport terbaru milik Daniel dengan kecepatan tinggi sehingga tak butuh waktu lama mereka sudah melewati berbagai macam bangunan pertokoan, sekolah hingga kampus menuju bangunan pondok pesantren di tengah kota tersebut.“Stop di sini Bang!” seru Salwa meminta Pak Li menurunkannya dalam radius lima puluh meter dari gerbang pondok. Ia tak ingin menjadi pusat atensi karena diantar dengan mobil mewah. Khawatir akan menimbulkan spekulasi yang aneh-aneh seperti dulu. “Abang, abang, emang Mamang Greb,” desis Daniel. “Mana bayar dulu! Goban!”Daniel menoleh ke belakang dan menengadahkan tangannya.“Ini!”Salwa menarik uang selembar dengan nominal dua ribu rupiah dan meletakkannya di atas telapak tangan lelaki itu.“Ya ampun, baik banget penumpangnya. Minta goban dikasih pego.”Daniel berkomentar.“Iya lah, aku ‘kan dokter sepe-sialis! Gajiku tinggi ya seharga mobil pikap. Aku juga