Happy weekend. Jangan lupa support novel ini ya. Makasih..
Dua orang sahabat kini sedang menikmati acara makan siang di sebuah food court yang berada di mall. Mereka memilih makanan cepat saji untuk makan siang hari itu mengingat waktu mereka tak banyak. Di sela-sela menunggu pesanan tiba, mereka saling bertukar cerita untuk membunuh waktu.“Bagaimana perasaanmu?”Nada bertanya pada Farah yang terlihat sumringah setelah beberapa hari yang lalu bertemu dengan Yusuf. Farah kini terlihat ceria dan begitu bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Sebagai sahabat seiya sekata, Nada tahu betul semua tingkah Farah.Kendati ke duanya sibuk, mereka masih tetap bisa meluangkan waktu bersama meski sekedar menghabiskan waktu hanya dengan makan siang bersama. Farah memilih magang untuk mengisi waktu libur semester panjangnya. Sementara itu Nada memilih magang di kantor ayahnya menjadi asisten CEO di salah satu perusahaan cabang milik sang ayah.“Aku b-baik,” jawab Farah sembari mengulum senyum.“Bentar, baik kabarnya atau suasana hatinya nih,” goda Nada me
Suara tawa seorang pria mengusik indera pendengaran Farah. Gadis cantik itu bangun setelah menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh tantenya. Ia menoleh ke arah sumber suara dengan sedikit terkesiap. Kemudian ia tertawa kecil hingga memperlihatkan deret giginya yang rapi.“Yusuf? Argh, kau menertawakanku,” katanya dengan bibir yang mencebik. Sumpah demi apapun, Yusuf terkagum-kagum melihat tingkah gadis di hadapannya. Ia tidak melihat cela apapun dari gadis itu. Sungguh, Farah terlihat menggemaskan saat ia tertawa, tersenyum, cemberut bahkan mencebik.“Maaf, kau lucu sekali saat mengomel.”Yusuf menatap gadis itu dengan tatapan yang lembut. Tatapannya beralih dari Salwa yang sudah pergi menjauh dari sana pada gadis bermanik hazel di depannya.Farah tertegun sejenak lalu berkata. “Aku memang lucu dan imut.”Mendengar perkataan Farah yang narsis, Yusuf hanya manggut-manggut dengan mengulum senyum.“Kalau aku bisa berjalan. Aku akan menggantikanmu untuk menjalani hukumanmu.”Tiba-tiba sa
“Berani sekali kau menampar wajahku, Bitc*!” umpat pemuda itu tak terima karena tamparan Farah yang sukses mempermalukannya. Pemuda itu menjadi tontonan dan hiburan para pengunjung kedai. Sebagian besar mendukung Farah karena melihat sikap pemuda itu yang tidak sopan.Karena tak terima, pemuda tadi langsung mengangkat tangannya hendak menampar balik Farah. Yusuf hanya bisa menggeram pelan menyaksikan adegan itu. Ia pun lantas menggerakan kursi rodanya ingin menghadang pemuda yang lancang itu.Namun sebelum rencananya terwujud, seseorang menahan tamparan pemuda tadi. Seorang pemuda bertubuh tinggi menjulang mencekal pergelangan tangan pemuda tengil tersebut seraya menatapnya dengan tatapan yang menghunus tajam. Bahkan ia berhasil mengunci tubuh pemuda itu dan mem-piting lehernya. Hingga ia memohon-mohon minta dilepaskan.“Ampun, ampun!” katanya dengan penuh harap.“Kau bilang ampun? Keluar kau dari sini!”Pemuda bermasker itu langsung mendorong pemuda tengil tadi hingga jatuh terhuyung
Seminggu berlalu dengan begitu cepat, setelah pertemuan dengan Yusuf, Farah merasa gelisah. Bukan tanpa alasan, Yusuf tidak bisa dihubungi. Hal tersebut membuatnya tersiksa karena Yusuf lagi-lagi menghilang tanpa kabar. Farah sempat berpikir jika Yusuf menjauhinya karena bullyan pemuda tengil sewaktu di kedai es krim. Namun ia merasa ada alasan lain yang tidak diketahuinya. Mungkin Yusuf kecewa padanya? Bisa jadi kan?Gadis itu berusaha memaklumi kondisi mental Yusuf mungkin begitu rapuh setelah mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh. Ia berusaha memahaminya kendati ia juga ingin dipahami olehnya.“Yusuf, kau masih marah ya?”gumam Farah sembari mengaduk-aduk jus mangga yang berada di atas meja. Ia duduk termenung lama di kafetaria rumah sakit sembari memikirkan tentang Yusuf. Padahal makan siang sudah selesai sedari tadi. Itupun ia hanya makan porsi nasi sedikit seperti orang sedang diet.Bahkan selama ia ngantor menjadi asisten dr. Ni Luh, ia tidak bisa bertemu dengan pemuda ta
“Mas, ada berita buruk!”Salwa segera menghampiri suaminya yang kini tengah memainkan laptop miliknya, memeriksa laporan keuangan cafe. Meskipun ia mengelola perusahaan, ia pun masih mengelola cafe kopi yang kini sudah memiliki banyak cabang di beberapa daerah di tanah air.“Apa Yang? Bentar ya,” jawab Daniel Dash sembari membetulkan kacamata bacanya. Salwa yang merasa diabaikan mendecak sebal mendengar jawaban sang suami. Ia mendadak malas membicarakan hal penting tentang keponakan mereka padanya. Melihat suaminya yang sangat sibuk hingga membawa urusan pekerjaan ke rumah, membuatnya jengkel. Padahal ia juga sudah sangat sibuk sebagai seorang dokter bedah sekaligus pemilik rumah sakit yang dikelolanya. Wanita bertubuh jangkung itu memilih merebahkan tubuhnya yang letih di atas ranjang king size. Ia pun memainkan ponselnya dengan ogah-ogahan, berharap rasa kantuk menyambanginya.Jarum pendek sudah merangkak pada angka sepuluh, namun suaminya masih saja berkutat dengan layar laptopny
“Sayang, apa kau menyesal menikah dengan Mas?”Daniel tiba-tiba saja teringat masa lalunya hingga membuatnya overthinking dan khawatir. Ia begitu takut jika keponakan kesayangannya-Farah akan membencinya setelah mengetahui bahwa ia pernah melukai dan menyakiti ibunya.Pria bermanik amber itu bukan mengkhawatirkan soal hubungan Farah dan Yusuf. Namun sangat jauh! Kisah mereka dimulai oleh dendam dirinya pada Mariyam Nuha. Semua berawal darinya. Rasa cinta, kagum dan benci pada Mariyam Nuha membuatnya melakukan aksi balas dendam yang sangat keji.Awal kisah itu tentu saja berdampak pada hubungan Farah dengan lelaki yang dicintainya.“Apa ya?”Salwa berpura-pura tengah berpikir keras. Beberapa kali ia menjentikkan jarinya pada dagu lancip. Ia senang sekali menggoda suaminya. Sial, ia tidak tahu isi kepala suaminya yang berisik.“Aku menyesal!”Daniel tersentak mendengar perkataan istrinya. Seketika raut wajahnya berubah masam.“Aku menyesal mengapa aku tidak bertemu dengan Mas saat Mas m
Bugh! Seorang gadis dalam balutan khimar hitam terjatuh, sehingga menyebabkan bunyi debam sesaat setelah salah satu kakinya tergelincir di area paving block yang bolong. "Arrgh...." Dia meringis kesakitan sebab merasakan jika area pergelangan kakinya seperti terkilir. Dia berusaha tetap bangkit dan mengabaikan rasa sakit tersebut. Sesekali, Mariyam Nuha menoleh ke belakang memastikan tiga lelaki yang mengejarnya itu sudah tak terlihat batang hidungnya. Nuha kini hanya mampu melihat matahari yang bergantung rendah di balik pagar semak-semak berwarna kuning. Tak peduli malam sudah mengambil alih senja, gadis itu terus saja berlari seperti orang tidak waras. Dia berlari begitu cepat, hingga beberapa kali menabrak apa saja yang dilewatinya. Mendadak tubuhnya mengeras seperti beton, sama sekali tak merasa sakit. Yang terpenting, dirinya bisa melarikan diri dari tempat itu dan menyelamatkan diri. Dengan cekatan, Nuha kembali mengangkat gamis berwarna hitam miliknya tinggi-tin
Samar-samar temaram lampu tidur terlihat kala Nuha membuka mata. Gadis itu baru saja sadar dari pengaruh obat bius. Sontak, dia mengecek tubuhnya saat ini. Tangan dan kakinya terikat tambang yang kuat. Tak ada tanda-tanda tubuhnya disentuh oleh para penjahat mesum tadi. Nuha sedikit bernafas lega. "Allah, makasih," lirihnya.Dia masih aman. Mereka tidak melakukan sesuatu yang buruk pada tubuhnya atau mungkin ... belum?Yang jelas, ia merasa bersyukur. Nuha lantas mengedarkan pandangannya untuk mencari jalan keluar dari ruangan yang mirip bentuk kamar tersebut. Diperhatikannya sekeliling ruangan. Tidak ada banyak barang di kamar yang sangat luas tersebut, kecuali ranjang king size, lemari pakaian, dan sofa. Nuha terus mencari celah. Pertama, dia harus mencari benda tajam yang bisa memotong tali tambang. Sayang, untuk sekedar beringsut saja, dia mengalami kesulitan. 'Daniel memang benar-benar psycho,' batinnya mengumpat menyadari diri yang terikat, seperti binatang.Nuha kembali menan