Siap coba tebak???
“Mbak Farah, coba ceritakan apa yang terjadi saat penculikan itu! Apa kau memukul penculik itu seperti ini? Hiya?!!!”Farrel yang bawel langsung menyerbu sang kakak dengan berbagai pertanyaan dan memperagakan aksi hajar-menghajar dengan ke dua tangannya yang tak bisa diam. Seakan-akan penculikan itu sebuah petualangan yang seru. Padahal jauh panggang dari api, petualangan itu begitu menakutkan dan membuat jantung deg-degan.“Farrel, Mbak mu masih syok. Jangan tanya yang aneh-aneh! Gimana sih,” tukas Ummi Aruni yang tengah menyuapi Farah makan buah-buahan. “Ummi, aku mau mangganya aja. Jeruknya asam.”Farah memprotes neneknya dengan meringis pelan.Karena tak mendapat respon, Farrel pun ikut duduk di samping neneknya. “Ummi, aku juga mau makan buah. Suapin!”Farah langsung mendelik tajam pada adiknya. “Ngapain minta disuapin! Farrel udah gede.”“Biarin, ya Ummi!! Mbak Farah juga udah gede disuapin,” sergah Farrel tak mau kalah. Aruni memang sangat dekat dengan cucu-cucunya. Tak ayal
Darren Dash merasa menyesal telah membawa istrinya ke kantor polisi. Pada akhirnya Mariyam Nuha, istrinya terlihat begitu sedih dan kecewa setelah mengetahui siapa otak dari dalang penculikan anak kesayangan mereka. Mau tak mau ia mendengarnya langsung dari hasil investigasi.Nuha menunduk dalam sembari menatap secarik foto salah satu asisten rumah tangga terbaik yang pernah mengasuh ke dua anak kembarnya. Dialah Mbak Ratih!!Nuha selalu menyimpan fotonya di dalam dompetnya untuk mengenang kebaikannya.Naasnya, pelaku yang berusaha menculik putrinya ialah anak sulungnya Mbak Ratih. Nuha tak habis pikir, mengapa putra sulung Mbak Ratih bisa berbuat senekad itu. Padahal ia merasa telah berbuat baik pada mereka. Setiap bulan ia meminta suaminya untuk mengirimkan uang untuk mereka, menanggung biaya hidup mereka termasuk pendidikan mereka sebagai bentuk tanggung jawab mereka.Sebetulnya insiden bom yang menewaskan Mbak Ratih sebuah kecelakaan murni. Hanya saja, Nuha dan Darren ikut bertangg
“Yeay, aku bisa pulang!!”Farah berseru saat mendengar hasil terakhir pemeriksaan dokter bahwa ia bisa pulang hari itu. Ia senang sekali bisa menghirup udara bebas. Selama di rumah sakit ia merasa seperti berada di ruangan sempit yang membosankan.“Farah, senang?” tanya Nuha dengan mengusap-usap kepala Farah dengan lembut. Ia begitu bersyukur karena akhirnya bisa bersama lagi dengan putrinya. Tak terbayangkan jika Farah benar-benar menghilang, ia pasti terpukul sekali. Apalagi ada banyak peristiwa yang telah mereka lewati bersama.Nuha mengecup kening putrinya dengan penuh perasaan cinta kasih. Air matanya menggenang di pelupuk matanya karena perasaan yang mengharu biru.Darren Dash yang sedang mengemudi sesekali melihat interaksi yang dilakukan antara istri dan putrinya. Kini mereka berada dalam perjalanan pulang ke rumah. Sebagai seorang ayah, Darren pun merasa bersyukur atas keselamatan Farah. Sebagai ungkapan rasa syukurnya, Darren Dash akan memberikan santunan bagi anak yatim.
Sebulan kemudian, dalang penculikan Farah sudah ditemukan dan sudah ditahan di rutan. Semua saksi dan bukti sudah ditemukan. Nuha berkunjung ke sel tahanan karena masih penasaran, ingin mengetahui motif sebenarnya yang membuat Erianto menculik Farah. Motif yang dijelaskan selama persidangan sam sekali tak memuaskannya.“Mengapa kau tega menculik Farah??”Nuha bertanya di balik telepon. Kini ia bisa melihat wajah asli dalang penculik putrinya terhalang teralis besi yang memisahkan mereka.Erianto tersenyum culas menatap Nuha. Ia menatap wajah cantik Nuha dengan penuh kebencian.“Jawab!!”Nuha menuntut jawaban. Ia tak terima dengan sikap pemuda di depannya.“Kau telah menghancurkan keluargaku! Puas!!” jawab Erianto pada akhirnya. Ia kembali melayangkan senyuman penuh ejekan dan cemoohan padanya. Bahkan ia menatap Nuha dengan tatapan melecehkan.“Siapa yang menghancurkan keluargamu!! Apa maksudmu! Jika yang kau maksud menghancurkan keluargamu itu karena ibumu meninggal sewaktu insiden b
“Mau kemana Sayang?” Nuha bertanya pada Farah yang sudah tampil cantik dan rapi. Ia memakai setelan tunik berwarna biru muda lengkap dengan hijab dengan warna senada. Sebuah tuspin berbahan emas putih berbentuk mawar putih kecil menghiasi bagian kerudungnya.Farah terlihat semakin cantik di usianya yang akan menginjak delapan belas tahun. Ia berpenampilan syar'i ala mahasiswi. Kendati menggunakan syar'i namun ia terlihat trendy. Ia memakai topi baseball dan sepatu sneaker untuk melengkapi penampilannya. Penampilan yang mengingatkan Nuha pada adiknya yang kini sudah memiliki rumah sakit sendiri. Daniel Dash membangun rumah sakit yang langsung dikelola oleh adiknya. “Sini!”Nuha meminta putrinya untuk duduk di sofa bersamanya.Farah kini terlihat lebih kalem dan pendiam, tak seperti dulu sangat aktif. Semenjak putus komunikasi dengan Yusuf, Farah menjadi murung. Ia begitu marah, kesal sekaligus khawatir pada Yusuf. Mungkin Nuha tidak tahu apa yang dirasakan Farah saat ini.Hanya Asyra
Di sebuah restoran Korea tampak dua orang gadis cantik tengah menikmati makan siang sembari mengobrol. Mereka adalah Farah dan Nada, sahabatnya. Tak jauh dari sisi mereka, Nia dan Rakha ikut duduk dan menikmati sajian makan siang di meja yang berbeda. Padahal tidak ada yang menyuruh mereka duduk terpisah, namun mereka sengaja memilih duduk terpisah dari nona muda karena tahu diri dengan posisi mereka. Mereka juga ingin memberikan waktu privacy untuk Farah bersama sahabatnya.Usai berbelanja buku di toko Gramedi*, mereka pun memutuskan makan di sana sembari menuntaskan rasa rindu karena lama tak jumpa.Saat itulah, Farah mencurahkan beban pikirannya pada Nada. Ia menceritakan apa yang dialaminya.“Aku merasa ada sesuatu yang janggal, Farah. Sepertinya keluarganya berusaha menjauhkanmu dengan Yusuf.”Nada-sahabat Farah berkomentar setelah mendengar curhatan Farah soal Yusuf. Selama ini Farah hanya diam dan tak berniat membagi ceritanya. Namun kali ini ia merasa sudah tak kuat lagi menah
Maesarah Basri menarik nafas dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Ia berusaha tenang mendengar pertanyaan putranya yang memang ia tak berkenan mendengarnya.Bukan tanpa alasan, Maesarah tidak akan pernah mengijinkan Yusuf dekat dengan anak mantan calon suaminya-Mariyam Nuha. Ia tidak ingin berhubungan dengan keluarga Farah.Sebelumnya ia berpikir jika Yusuf hanya menganggap Farah cinta anak remaja semata, namun kenyataannya Yusuf ternyata memang masih mencintainya hingga sekarang. Bahkan nama Farah muncul dalam alam bawah sadarnya. Saat ia kehilangan ingatannya. Hanya satu nama yang justru masih teringat olehnya. Sialnya, nama itu adalah Farah!!Maesarah tidak berniat berbohong soal nama yang disebutkan oleh Yusuf. Ia akan tetap menceritakan soal siapa pemilik nama itu. Hanya saja, ia tidak akan menjelaskan kedekatan mereka selama ini. Wanita paruh baya itu merasa semesta tengah mendukung rencananya, menjauhkan Yusuf dari Farah. Ia juga sudah mengatur perjodohan Yusuf dengan Elia.
“Farah, tunggu!”Nada berlari mengejar Farah yang begitu cepat pergi meninggalkannya. Mengabaikan Nada, gadis bermanik hazel itu menghampiri seorang pria bertubuh jangkung yang berada di halaman rumahnya sembari menggendong seorang bayi.Langkah Farah terhenti saat baru menyadari jika ia berlari seperti orang gila hanya karena melihat pria itu-yang ia kira Yuusuf.Perawakan Yusuf mirip pamannya bernama Ziddan. Ada juga garis wajah yang mirip dengannya. Farah nyaris jatuh karena kurang berhati-hati saat berhenti. Manik mata pria itu menatap Farah dengan keterkejutan. Beberapa saat, ia mengamati Farah kemudian ia tersenyum saat ia baru mengingat sosok gadis cantik di depannya.“Farah ya? Masyaallah, sudah besar.”Ziddan menyapa Farah dengan penuh keramahtamahan. Seketika ia teringat beberapa tahun silam. Ia masih mengingat ketika Nuha datang ke pondok saat Attar menikahi Maesarah. Ia yakin wanita yang dilihatnya itu adalah Mariyam Nuha. Hanya saja, Nuha berlari begitu cepat setelah me