Salwa mendesah pelan ketika melihat sosok wanita muda berpakaian minim bahan tengah duduk ongkang-ongkang kaki di atas sofa berbahan kulit sintetis di dalam ruang tamu unit apartemen milik Kevin.Ia baru mendapat kabar jika Kevin sudah berangkat ke Korea dua hari yang lalu. Pantas saja, meskipun apartemen kosong tetapi berantakan karena memang ditinggali oleh seseorang.Hari ke empat membersihkan unit itu barulah terlihat biang keladi yang membuat apartemen berantakan. Seorang gadis yang ternyata pacarnya Kevin.Gadis berambut curly itu memindai Salwa dari pucuk kepala hingga ujung kaki seakan tengah menggali informasi siapakah gadis di depannya ini.‘Pasti anak mahasiswi miskin yang dapat beasiswa.’ Perempuan itu bermonolog dalam batinnya.“Anak Cakra?” todongnya dengan menyilangkan kakinya hingga bagian celana dalamnya ikut mengintip.“Anak Aruni,” jawab Salwa dengan santai sesantai hidupnya menjalani hukuman Kevin.Gadis itu mendecih setelah memalingkan wajahnya.“Mon, maaf, permi
“Maaf kau tak usah khawatir. Bibik loh yang mengganti pakaianmu. Soalnya kau, um, ...” Raja berkata dengan agak canggung. Ia bermaksud mengatakan jika gadis itu tengah kedatangan tamu bulanannya hingga membuat pakaiannya basah kebanjiran darah menstruasi. Namun ia malah merasa malu membahas hal sensitif tentang kewanitaan.Sewaktu Raja pulang berkendara dari Jakarta ia melihat Salwa yang tengah pingsan di halte kosong. Kebetulan saat itu tiba-tiba ia menerima panggilan telepon dari karyawannya sehingga mau tak mau ia harus menepikan mobilnya ke tepi jalan. Dan, saat itulah ia melihat gadis itu tergolek di atas paving block. Ia pun membawanya pulang.“Oh, maaf, aku sudah suudzon. Makasih sudah menolongku, Ka,” ucap Salwa merasa canggung. Ia menurunkan pandangannya, berupaya mengelola perasaannya yang berkecamuk. Bagaimanapun, ia terbangun di kamar seorang lelaki…Kalau cerita di novel online biasanya seorang wanita terbangun di kamar seorang pria asing dan terjadilah apa yang disebut
“Ough!” Belum sempat Salwa menjawab pertanyaan Daniel soal mengapa ia mengunjungi sebuah apartemen, ia merasakan kepalanya berdenyut. Tak terasa darah menetes di pelipisnya karena saking keras ia terbentur ujung meja nakas yang runcing.Saat gadis itu mulai kehilangan kesadarannya, ia hanya mendengar dengungan Daniel yang tengah bicara tak jelas.“Sally, Mas harap kau jangan bepergian sendiri. Apalagi malam hari. Bahaya, Sayang!”Daniel terus bicara karena merasa Salwa tak menanggapinya. Ia memandang lurus ke arah jalan. “Mas sangat khawatir, Sayang. Mas takut sekali Raja melakukan sesuatu yang buruk padamu.”Merasa tak mendapat tanggapan, Daniel mendengus kasar dan menoleh ke kursi penumpang. Salwa sudah tak sadarkan diri. Kepalanya terkulai ke sisi jendela dengan darah yang mengaliri wajahnya.“Oh, no! Sally!” pekik Daniel merasa panik. Karena perbuatannya Salwa menjadi korban.“Sally bangun!” gumam Daniel mengusap wajahnya dengan tisu. Ia syok melihat darah itu menetes.Ia pun lan
“Sudah bangun Princes?” sambut Daniel ketika melihat Salwa baru saja bangun jam delapan pagi. Ia sudah terlihat lebih baik dan segar.Daniel tersenyum menatapnya, memindai penampilannya. Gadis itu memakai hoodie dan celana training miliknya sebab pakaian Kinan tak ada yang muat. Adapun penutup kepala yang digunakan milik Mbok Tinah.“Lihat apa?”Merasa diperhatikan dengan cara yang aneh, gadis bermata sembab itu memicingkan matanya menatap pemuda yang sudah terlihat cemerlang. Daniel sudah mengenakan outfit ke kantor.Beberapa detik tatapan mereka bersiborok, mengagumi keindahan masing-masing.Buru-buru gadis itu memutus tatapan lebih dulu. Mengapa semakin hari semakin tampan. Daniel Dash terlihat semakin dewasa.“Mas sedang melihat calon istri Mas.”Daniel menarik sudut bibirnya kemudian menarik lengan gadis itu.“Mau kemana?” sahut Salwa panik seperti kebiasaan. Daniel suka menarik lengannya agar ikut dengannya.“Sarapan!” serunya dengan sumringah.Daniel mengajak Salwa menikmati sa
Beberapa hari ini Neng Mas tidak bisa tidur dengan pulas. Ia selalu gelisah saat tidur dan terkadang bermimpi buruk tentang Acep.Barangkali penyebabnya ialah ia masih kepikiran Acep dan belum mengikhlaskan kepergiannya sehingga alam bawah sadarnya secara tidak langsung mengundang kehadiran pria lugu itu seingatnya. Yang ia tahu Acep seorang anak baik dan tak neko-neko.Setiap kali melihat surat darinya, tak kuasa ia menahan bulir air matanya yang luruh. Karena terlalu fokus pada diri dan perasaannya, Neng Mas sudah jarang berbagi kisah dengan sahabatnya. Mereka hanya berbincang seperlunya. Bukan karena Salwa tak mengajaknya bicara atau dengan sengaja mengabaikannya, namun Neng butuh ruang privasi sendiri; mengatasi kesedihannya.Salwa mulai memahami perasaannya. Tak mudah ditinggalkan orang yang tersayang. Ia pun pernah merasakan kehilangan orang tersayang. Sepeninggal Abi Hilal ia begitu tenggelam dalam kesedihan.Namun setelah mendapat telepon dari Daniel Dash, Neng Mas mendadak sy
“Farah belum tidur?” Nuha membuka pintu kamar Farah yang masih menyala lampunya. Sekarang Farah sudah tidur terpisah dengan saudaranya, Asyraf. Asyraf tidur sekamar dengan Farrel. Farah tidur sendirian. Terlihat Farah sedang memainkan boneka barbienya dengan anteng. Padahal sebelumnya ia berkata pada ibunya agar tak usah menemaninya tidur karena ia sudah bisa tidur sendiri. Rupanya, anak itu sepertinya belum mengantuk. Nuha menengok jam di weker. “Sayang, sudah jam sembilan tidur ya! Ibu bacain buku,” bujuk Nuha. Sebelumnya ia baru saja menidurkan Asyraf dan Farrel terlebih dahulu, bergantian. Lumayan repot untuk ibu anak tiga yang usianya berjarak dekat. Belum lagi menidurkan yang besar, bagian terakhir. “Ibu, aku masih mau main sebentar saja,” sahut Farah sembari menggerakan bonekanya, seakan tengah berjalan berlenggak lenggok. “Farah, besok kau harus pergi sekolah. Nanti kalau tidur terlalu malam bisa kesiangan.” Nuha mengelus surai panjang gadis kecilnya. Seketika ingatan bu
Malam semakin larut. Hanya desau angin dan suara pekikan orang yang tengah bertarung di sekitar alun-alun kota yang sepi. Menciptakan senandung pertarungan yang sengit dan menggetarkan jiwa. Aroma permusuhan dan darah terhidu kentara. Hanya karena sebuah kekonyolan semata.Beberapa tunawisma memilih berpindah tempat dari gedung-gedung kosong yang disinggahi para anggota kawanan geng motor liar daripada mengambil resiko. Sudah hidup susah, tak ingin menjadi korban kebiadaban mereka.Rupanya, serbuan anggota geng motor Slytherin belum usai. Daniel dan Salwa mengira jika kawanan geng motor itu hanya berjumlah delapan orang namun dugaan mereka keliru. Ada banyak anggota geng motor Slytherin lainnya.Kini posisi mereka bagai seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Tak bisa melarikan diri karena sudah dikepung.Berdatanganlah kurang lebih sepuluh orang yang dipimpin oleh seorang pria bertubuh menjulang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari Daniel Dash. Mungkin postur tubuhnya di atas rata-r
Dokter muda itu menangis penuh haru, tak menyangka malam itu ia merasa seperti menang lotere. Bukan tanpa alasan, maaf, untuk seribu maaf. Klinik yang baru dibuka itu ramai oleh pasien yang berdatangan. Dan, pasien yang datang bukan berasal dari kalangan rakyat jelata, tetapi anak-anak sultan. Pun, media massa langsung meliput peristiwa aksi pertempuran geng motor termasuk klinik di mana menampung para korban. Klinik yang baru didirikannya belum genap setahun sudah populer. Ketika Salwa menantang Black Jaguar, sebuah pertolongan tiba, kawanan kesatuan patroli malam datang menolong mereka, bahkan langsung menangkap beberapa anggota geng Slytherin sebab aksi mereka sudah kelewat batas, menganiaya orang. Black Jaguar berhasil melarikan diri. Begitupula dengan Kevin. Dokter yang menangani langsung menjelma menjadi hero di mana ia bisa mengobati korban pengeroyokan geng motor bersama timnya. Ia pun dengan senang hati dan tepaseliro menghadapi jurnalis dan diwawancarai. Perawat di bela