Haturnuhun gemnya teman teman Pada masih baca gak, komen dong he ....
Bab 12Live music sudah berhenti. Suasana kafe Bujang Elok hening dan beberapa karyawan sudah berangsur pulang satu per satu. Yang tersisa hanyalah staf cleaning service yang tengah merapikan bangku sembari mengelap meja yang kotor, Raja sang empunya kafe dan beberapa barista termasuk Daniel. Satu lagi, seorang wanita muda berwajah imut dan berambut panjang dikuncir kuda dengan setia menunggu Daniel selesai melakukan pekerjaannya.Daniel dan Violetta duduk berdua di meja yang sudah kosong. Kafe kopi sudah mau tutup tepat jam sembilan malam akan tetapi Violetta dengan keinginan sekeras baja tetap menunggu Daniel karena ingin melakukan pendekatan yang sudah sekian lama hanyalah angan.Sebuah kesempatan emas takkan datang dua kali. Begitulah apa yang ada di kepala Violetta saat ini. Kawan-kawannya satu kampus sudah terlebih dahulu meninggalkan kafe. Mereka hanya menepuk pundak Violetta sebelum pergi sebagai bentuk empati dan semangat.“Good luck, badgirl!” ucap wanita berambut pendek den
Dengan langkah mendugas Darren memasuki ruangan anak di mana Asyraf dirawat. Asyraf tiba-tiba terserang demam tinggi. Nuha pun membawanya ke rumah sakit umum diantar Riko.“Maafkan, Sayang, Mas baru datang.”Darren melepaskan jaketnya dengan cepat. Mencium pipi istrinya kemudian duduk menyaksikan putranya yang tampan tengah tidur pulas sehabis menangis karena kesakitan ketika ditusuk jarum infus.“Aku terkejut sekali Mas. Soalnya Asyraf sebelumnya baik-baik saja. Dia sedang makan buah-buahan sendiri malah. Namun ketika aku mengajaknya berbincang, saat itu aku bertanya padanya. Apakah Asyraf rindu dengan Farah?”Nuha menggantung sesi ceritanya dan melambaikan tangannya pada Mutia untuk menggantikannya menunggui Asyraf di dekat ranjang.Jikalau berbicara soal Farah maka Nuha akan lekas melankolis. Cairan bening sudah menggenang di pelupuk matanya. Ia tak kuasa untuk menahan diri. Nuha memilih menepi dan duduk di sofa khawatir tangisannya terdengar oleh Asyraf-yang bisa membangunkannya.
Insting Nuha kembali menajam setelah terjerembab dalam lebam duka. Seolah harapan itu muncul ke permukaan. Feeling seorang ibu takkan pernah meleset. Selarik cahaya berpendar dan menjelma sebuah keyakinan.Mimpi dan petunjuk-petunjuk yang menampakkan diri seolah mengundang Nuha untuk masuk ke dalamnya. Kematian Farah menjadi momok misteri baginya dan semua orang. Kisah kronolog yang diceritakan oleh adiknya. Mimpi-mimpi yang sama tak semata-mata hadir dalam bentuk sebuah ungkapan hasrat kerinduan. Namun lebih dari sekedar itu.Nuha yang memiliki ketajaman intuisi dan kemampuan deduksi memforsir dirinya untuk memutuskan sebuah keputusan yang terombang-ambing di antara logika dan perasaan. Nuha meminta suaminya untuk melakukan ekshumasi, autopsi ulang pada jasad yang ‘dianggap’ Farah. Darren awalnya menolak keras. Apa yang Nuha lakukan tak masuk akal. Atas dasar apa Nuha menuntut penggalian kuburan Farah. Bukankah bagian forensik sudah melakukannya lebih dulu.“Mas, please! Setelah ini
Natasya merasa bingung sebab bayi bernama Kirana bukanlah bayinya. Dari wajah saja berbeda. Meskipun sama-sama berkulit putih bersih, memiliki manik mata berwarna hazel tetapi ia tak memiliki tahi lalat dan tanda merah di bagian tertentu. Satu hal lagi, rambut Kirana tebal dan hitam. Tentu saja mewarisi jenis rambut ibu kandungnya.Natasya dan Jared saling pandang kemudian mereka memutuskan untuk berbincang kembali dengan ke dua orang tua adopsi Kirana. Ia ingin membahas hal tersebut dengan sejelas-jelasnya di luar ruangan. Sementara itu Kirana kini ditemani seorang perawat wanita di dalam ruangan. Ia tengah tertidur pulas.Ibu angkat Kirana menarik nafas dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Nafasnya terasa sesak. Setumpuk debu seolah saling mendesakkan diri menjejali paru-parunya. Matanya yang semula berbinar karena melihat Kirana sudah membaik kini menjelma sendu ketika mendapati sepasang kekasih yang mengaku ke dua orang tua kandung Kirana. Natasya menunjukan foto-foto dirinya
Tubuh Natasya luruh ke lantai mengetahui fakta bahwa bayinya sudah meninggal. Ia sangat menyesal karena telah membuang bayi yang tak diharapkan itu pada perawat bernama Lia. Nasi sudah menjadi bubur dan tak bisa kembali seperti semula. Lantas terbesit pertanyaan dalam kepalanya. Bayi siapakah yang memiliki nama yang sama dengan nama putrinya. Jared dan Natasya mendatangi kontrakan Lia. Natasya mengetuk pintu dan langsung dipersilakan masuk oleh Lia. Jared menunggu di luar sembari menyesap sebatang rokok. Lia tak bisa mengelak lagi. Ia pun mengatakan sejujurnya bahwa Kirana telah meninggal agar Natasya berhenti tak menganggunya lagi. “Mbak Lia, kau tega sekali berdusta padaku. Apa salahku padamu Mbak?” katanya berlinangan air mata. “Maaf, Natasya …” Lia terpaksa bicara jujur karena Natasya menekannya. Sepulang dari Lombok, Natasya dan Jared menyambangi Bidan Marini. Jared terus mengancam Bidan Marini untuk mengatakan di mana keberadaan putrinya bernama Kinara. Ancaman Jared k
Bab 17“Jika kau tidak memberitahu kami di mana makam Kirana, aku akan melaporkanmu atas penculikan anak.”Jared menatap sengit Lia yang kini ibarat seekor kerbau yang dicocok hidungnya.Melangkah maju dihadapkan jurang sedangkan mundur ada kawanan serigala yang hendak menerkam. Begitulah situasi yang dihadapi oleh Lia. Akibat pikirannya yang dangkal dan licik ia langsung mendapat karmanya.“Jared, aku sungguh tidak tahu.”Lia berkelit mati-matian. Ia memang tidak mengetahui di mana Kirana di makamkan.Klik!Tiba-tiba pintu mobil terkunci. Lia panik.“Natasya, tolong turunkan aku di sini, please! Aku akan ada wawancara kerja. Lain kali aku akan mengantar kalian ke sana. Saat ini aku benar-benar tak tahu di mana dia dimakamkan. Saya akan mencari informasi dari rumah sakit.”Dengan diselimuti ketakutan dan kegelisahan, Lia menyingkirkan segala ego dan keangkuhannya agar bisa melunakkan hati Natasya. Ia merendahkan dirinya dengan memelas.Natasya melayangkan sorot mata yang tak kalah taj
“Satu, dua, tiga! Gol!” pekik para pelayan rumah ketika melihat Daniel Dash si bintang basket berhasil memasukkan bola ke dalam ring dengan sempurna. Ia terlihat lebih bugar usai diharuskan tirah baring berhari-hari di rumah sakit. Mau tak mau selama menjalani pemulihan, Daniel dipaksa pulang ke kediaman ayahnya dan berhenti sejenak dari aktifitasnya sebagai seorang barista. Terpaksa karena kesehatan yang kurang stabil, Daniel mengubur asanya terlebih dahulu. Kamil yang asik menyiangi rumput bersorak terkagum-kagum melihat kepiawaian Daniel menaklukan ring basket. Jari jemarinya yang bertekstur kasar hingga tanpa sadar meraup apa saja selain rumput liar, batu, kerikil dan belukar. Saking gemas menyaksikan Daniel Dash bermain bola basket secara solo. Jono tak kalah terbius melihat aksi yang memukau tersebut, hingga mulutnya menganga tanpa sadar dan ia ikut terengah-engah melihat pergerakan yang lincah dan gesit Daniel yang memantul-mantulkan bola untuk kemudian melakukan shooting. Bo
“Maafkan Mas, Sayang, sempat meragukanmu,” Darren menatap istrinya yang tengah memegang sehelai kertas hasil lab pemeriksaan tes DNA. Nuha tampaknya sedang gusar. Terlihat dari air mukanya yang mendung. Sebelumnya Nuha merasa puas dengan hasil tes tersebut yang menunjukan bahwa bayi yang meninggal bukanlah Farah. Namun sedetik kemudian ia merasa risau sebab keberadaan Farah belum diketahui. Sebagai seorang ibu, ia mengkhawatirkan Farah jatuh pada orang yang salah. Atau kemungkinan terburuk Farah dijual oleh mafia perdagangan anak. Bergidik ngeri Nuha membayangkan hal terburuk terjadi padanya. Sepulang Kombes Heru dan adiknya Brimob Risma, Darren, Nuha, Daniel dan Salwa berkumpul di ruang tamu untuk membahas soal kelanjutan kasus yang menimpa Farah. “Tak apa, Mas. Aku hanya merasa khawatir saja takut Farah dijual atau apa. Naudzubillah,” tukas Nuha menaruh secarik kertas itu ke atas meja. Sempat terpikir jika pelakunya ialah Adisty tetapi setelah tahu dari tetangganya bahwa Adisty