Natasya merasa bingung sebab bayi bernama Kirana bukanlah bayinya. Dari wajah saja berbeda. Meskipun sama-sama berkulit putih bersih, memiliki manik mata berwarna hazel tetapi ia tak memiliki tahi lalat dan tanda merah di bagian tertentu. Satu hal lagi, rambut Kirana tebal dan hitam. Tentu saja mewarisi jenis rambut ibu kandungnya.Natasya dan Jared saling pandang kemudian mereka memutuskan untuk berbincang kembali dengan ke dua orang tua adopsi Kirana. Ia ingin membahas hal tersebut dengan sejelas-jelasnya di luar ruangan. Sementara itu Kirana kini ditemani seorang perawat wanita di dalam ruangan. Ia tengah tertidur pulas.Ibu angkat Kirana menarik nafas dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Nafasnya terasa sesak. Setumpuk debu seolah saling mendesakkan diri menjejali paru-parunya. Matanya yang semula berbinar karena melihat Kirana sudah membaik kini menjelma sendu ketika mendapati sepasang kekasih yang mengaku ke dua orang tua kandung Kirana. Natasya menunjukan foto-foto dirinya
Tubuh Natasya luruh ke lantai mengetahui fakta bahwa bayinya sudah meninggal. Ia sangat menyesal karena telah membuang bayi yang tak diharapkan itu pada perawat bernama Lia. Nasi sudah menjadi bubur dan tak bisa kembali seperti semula. Lantas terbesit pertanyaan dalam kepalanya. Bayi siapakah yang memiliki nama yang sama dengan nama putrinya. Jared dan Natasya mendatangi kontrakan Lia. Natasya mengetuk pintu dan langsung dipersilakan masuk oleh Lia. Jared menunggu di luar sembari menyesap sebatang rokok. Lia tak bisa mengelak lagi. Ia pun mengatakan sejujurnya bahwa Kirana telah meninggal agar Natasya berhenti tak menganggunya lagi. “Mbak Lia, kau tega sekali berdusta padaku. Apa salahku padamu Mbak?” katanya berlinangan air mata. “Maaf, Natasya …” Lia terpaksa bicara jujur karena Natasya menekannya. Sepulang dari Lombok, Natasya dan Jared menyambangi Bidan Marini. Jared terus mengancam Bidan Marini untuk mengatakan di mana keberadaan putrinya bernama Kinara. Ancaman Jared k
Bab 17“Jika kau tidak memberitahu kami di mana makam Kirana, aku akan melaporkanmu atas penculikan anak.”Jared menatap sengit Lia yang kini ibarat seekor kerbau yang dicocok hidungnya.Melangkah maju dihadapkan jurang sedangkan mundur ada kawanan serigala yang hendak menerkam. Begitulah situasi yang dihadapi oleh Lia. Akibat pikirannya yang dangkal dan licik ia langsung mendapat karmanya.“Jared, aku sungguh tidak tahu.”Lia berkelit mati-matian. Ia memang tidak mengetahui di mana Kirana di makamkan.Klik!Tiba-tiba pintu mobil terkunci. Lia panik.“Natasya, tolong turunkan aku di sini, please! Aku akan ada wawancara kerja. Lain kali aku akan mengantar kalian ke sana. Saat ini aku benar-benar tak tahu di mana dia dimakamkan. Saya akan mencari informasi dari rumah sakit.”Dengan diselimuti ketakutan dan kegelisahan, Lia menyingkirkan segala ego dan keangkuhannya agar bisa melunakkan hati Natasya. Ia merendahkan dirinya dengan memelas.Natasya melayangkan sorot mata yang tak kalah taj
“Satu, dua, tiga! Gol!” pekik para pelayan rumah ketika melihat Daniel Dash si bintang basket berhasil memasukkan bola ke dalam ring dengan sempurna. Ia terlihat lebih bugar usai diharuskan tirah baring berhari-hari di rumah sakit. Mau tak mau selama menjalani pemulihan, Daniel dipaksa pulang ke kediaman ayahnya dan berhenti sejenak dari aktifitasnya sebagai seorang barista. Terpaksa karena kesehatan yang kurang stabil, Daniel mengubur asanya terlebih dahulu. Kamil yang asik menyiangi rumput bersorak terkagum-kagum melihat kepiawaian Daniel menaklukan ring basket. Jari jemarinya yang bertekstur kasar hingga tanpa sadar meraup apa saja selain rumput liar, batu, kerikil dan belukar. Saking gemas menyaksikan Daniel Dash bermain bola basket secara solo. Jono tak kalah terbius melihat aksi yang memukau tersebut, hingga mulutnya menganga tanpa sadar dan ia ikut terengah-engah melihat pergerakan yang lincah dan gesit Daniel yang memantul-mantulkan bola untuk kemudian melakukan shooting. Bo
“Maafkan Mas, Sayang, sempat meragukanmu,” Darren menatap istrinya yang tengah memegang sehelai kertas hasil lab pemeriksaan tes DNA. Nuha tampaknya sedang gusar. Terlihat dari air mukanya yang mendung. Sebelumnya Nuha merasa puas dengan hasil tes tersebut yang menunjukan bahwa bayi yang meninggal bukanlah Farah. Namun sedetik kemudian ia merasa risau sebab keberadaan Farah belum diketahui. Sebagai seorang ibu, ia mengkhawatirkan Farah jatuh pada orang yang salah. Atau kemungkinan terburuk Farah dijual oleh mafia perdagangan anak. Bergidik ngeri Nuha membayangkan hal terburuk terjadi padanya. Sepulang Kombes Heru dan adiknya Brimob Risma, Darren, Nuha, Daniel dan Salwa berkumpul di ruang tamu untuk membahas soal kelanjutan kasus yang menimpa Farah. “Tak apa, Mas. Aku hanya merasa khawatir saja takut Farah dijual atau apa. Naudzubillah,” tukas Nuha menaruh secarik kertas itu ke atas meja. Sempat terpikir jika pelakunya ialah Adisty tetapi setelah tahu dari tetangganya bahwa Adisty
Tak biasanya Daniel bangun pagi bahkan tanpa memasang alarm. Suasana hatinya sangat baik dan tubuhnya terasa ringan. Di depan wastafel ia mencuci wajahnya dengan facial foam dan menggosok gigi. Kemudian ia menyambar handuk langsung pergi ke kamar mandi. Di bawah shower Ia membasuh sekujur tubuhnya dengan air dingin kemudian menyabuni tubuhnya dengan sabun cair beraroma lemon serta tak lupa keramas.Usai membersihkan diri ia tersenyum sendiri menatap pantulan wajahnya di depan cermin. Betapa menggelikan mimpi yang ia alami semalam hingga membuatnya harus memaksakan diri bergelut dengan hawa dingin kota hujan dan guyuran air shower yang menusuk-nusuk hingga tulang belakang.Ia memakai handuk sepinggang dan mengusak rambutnya yang basah dengan handuk kecil sembari sedikit bersiul dan sesekali menggumamkan lagu-lagu romance.Setelah mandi tanpa mengambil tempo ia beranjak menuju walk in closet, memilah dan memilih pakaian apa yang cocok untuk ia kenakan hari itu. Daniel kembali menjadi se
Darren mengecek beberapa kali nomor yang ia simpan sebagai nomor seorang pria yang mengadopsi Farah. Ia mencocokan nomor yang tertera dalam berkas dengan nomor yang ia tekan pada kontak di dalam ponselnya.Nomor yang Darren simpan sama sekali tak keliru. Kesimpulannya nomor sang orang tua asuh ialah tak lain dan tak bukan Wirabangsa, seorang pengusaha berasal dari Pulau Lombok yang sudah memiliki janji temu dengan dirinya sore nanti.Melihat raut wajah kakaknya yang terlihat bingung, Daniel menepuk pundaknya pelan sedangkan Detektif Bono yang ingin dipanggil Detektif Bon mirip tokoh Detektif James Bond* ikut menatapnya dengan penasaran.“Apa ada informasi yang keliru Pak Darren?” tanya Detektif Bon. “Alamat dan nomor telepon?”Darren menelan saliva yang terasa gersang. Tak percaya dengan takdir yang menghampirinya. Alih-alih menjawab pertanyaan sang detektif eksentrik itu, ia balik bertanya. “Apakah aku bisa bertemu dengan Natasya dan Jared? Aku hanya ingin berbincang langsung dengan
Tiga buah mobil dan dua buah motor serta patwal di belakangnya tiba di sebuah kompleks perumahan asri di kota Bandung. Rombongan pertama terdiri dari Wirabangsa dan asistennya.Rombongan ke dua terdiri dari Darren Dash, Nuha, Asyraf, Salwa dan Mutia. Rombongan ke tiga terdiri dari Daniel, Jonathan, Kinan, Bik Ningsih dan Pak Li. Di belakang mereka dua buah motor yang dikemudikan oleh Riko dan Raka. Patwal berada di rombongan paling belakang. Ide Jonathan memboyong seluruh keluarganya demi menemui Farah.Kedatangan mereka menarik atensi semua orang termasuk para penghuni kompleks. Mereka penasaran mengapa ada mobil mewah yang memasuki area perumahan. Namun melihat salah satu mobil SUV milik warga di sana, yang tak lain mertua Wirabangsa mereka langsung mengira jika mobil-mobil mewah tersebut merupakan tamu Wirabangsa.Mereka turun dan mengikuti langkah Wirabangsa yang sudah lebih dulu. Wirabangsa telah menghubungi istrinya soal apa yang terjadi ketika dirinya bertatap muka dengan Darre