[Mister!]Suara voice note terputus. Ketika Daniel sudah menelusuri tempat di mana buruh pabrik berdemo, Salwa sempat mengirim voice note. Namun ia tak sempat menyebutkan posisinya di mana. Kata-katanya terputus sebab yang terdengar suara grasak grusuk tak jelas dan pukulan membabi buta. Tak lama kemudian hanya terdengar suara operator ketika Daniel mencoba menghubunginya.Pikiran Daniel sudah berkelana ke sana kemari, menggelinding bagai roda. Kekhawatiran dan ketakutan menyergap pikirannya. Ia takut wanitanya dihabisi, dipukuli apalagi yang paling menakutkan ialah dirudapaksa. Jangan sampai itu terjadi!Daniel memukul tangki depan motornya dengan begitu keras. Ia kesal dan marah kenapa ia tidak bisa menyelamatkan wanitanya. Mungkin tak selamanya kondisi gadis itu baik-baik saja, mengingat ia terkadang ada lengahnya. Dan, ia hanyalah seorang perempuan yang belum genap delapan belas tahun. Gadis yang masih makan eskrim saja belepotan.Para pengawal sudah menyebar, mencari keberadaan
Entah apa yang terjadi pada Salwa, tubuhnya basah kuyup. Ia seperti terjun ke sungai entah ia didorong ke sungai oleh para pria misterius yang mengejarnya sehingga menyebabkannya tenggelam.Salwa menggigil sehingga pakaiannya harus segera diganti jika tidak ia akan mengalami hipotermia. Setidaknya mengganti pakaian luarnya. Namun apakah Daniel sanggup melakukannya. Ia takut dianggap mengambil kesempatan. Wajah Salwa pucat pasi, ia jadi teringat momen di mana gadis itu pula terjebak di kamar mandi sepi nan gelap. Tak mau kejadian terulang lagi, Daniel buru-buru melepas gaun yang sudah robek itu dengan perlahan meski dengan perasaan tak karuan. Darurat! Hanya berniat menolong. Gaun itu menyimpan air berbeda dengan kerudungnya yang tak terlalu basah.Hatinya sakit melihat wanitanya dalam keadaan menyedihkan. Jantungnya berdebar-debar, takut jika ia mengalami pelecehan. Andai yang terburuk terjadi telah menimpanya, Daniel sudah bulat akan tetap di sisinya. Takkan pernah meninggalkannya.
Daniel terlihat begitu mencemaskan Salwa. Sedalam itukah Daniel menyayanginya. Salwa akan mengetesnya, iseng.Tercetus sebuah ide tiba-tiba. Ia jadi teringat cinta Attar pada kakaknya yang diuji. Setelah tahu Nuha sudah terenggut kehormatannya, Attar memutuskan meninggalkannya. Apakah setiap lelaki akan melakukan hal yang sama?Mendengar pertanyaan yang sama untuk ke dua kalinya, Salwa menangkup wajahnya dengan ke dua tangannya kemudian ia mengangguk.Tangan Daniel mengepal erat. Raut wajahnya menegang. Ia benar-benar muntab. Ia akan habisi siapapun yang melakukannya. Namun ia akan tetap menjaga emosinya di hadapan gadis yang kini menurutnya sangat terpuruk. Tanpa aba-aba, Daniel merengkuh tubuhnya yang masih lemah, mendekapnya erat dan berkata lembut dengan suara bergetar. Memberontak pun tak kuasa, tubuhnya benar-benar tak bertenaga. “Sally, menangislah jika bisa membuatmu tenang! Aku akan selalu berada di sisimu. Apapun yang terjadi! Aku tak mungkin meninggalkanmu! Aku akan men
“Semalam ku tahan, ku tahan semalam, lama lama rindu, tak mampu ku tahan, tapi sayang cintamu cuma semalam, kini kau pergi menghilang …”Terdengar suara orang yang bernyanyi, mengusik ketenangan Salwa yang tengah terbaring di atas brankar.Buru-buru gadis itu menarik selimut dan menutup kepalanya dengan bantal.“Suara siapa sih bikin kepala puyeng,” gerutu Salwa di balik bantal. Suaranya makin terdengar jelas dan suara itu tak asing. Suara yang bikin senar gitar putus. Suara yang bikin tikus lari terbirit-birit. Suara yang bikin ayam masuk kandang. Pokoknya suara yang menyalurkan resonansi yang di luar nalar.Perlahan ia membuka selimut dan mengintip siapa yang datang kali ini membesuknya.Seorang wanita bertubuh berisi dengan wajah bayi tengah senyum lebar usai menyelesaikan satu bait lagu.“Halo, Wawa gombel? Assalamualaikum!” katanya dengan mengerjapkan matanya bergaya imut.“Dasar Marmot! Kau jangan nyanyi! Kalau kau tak mau para dokter dan suster kumpul panggil security rumah sak
Setelah keluar dari kantor Mr Bono, Daniel mengemudikan motor sportnya menuju rumah sakit. Ia akan mengunjungi Salwa, melihat kondisinya terkini. Sudah tiga hari gadis itu dirawat.Sebelum tiba di rumah sakit, ia mampir ke sebuah florist dan membeli satu buket bunga berukuran kecil berisi beberapa tangkai mawar putih yang diselipkan di dalamnya sebuah kartu penyemangat untuknya.Ia tahu jika Salwa kurang menyukai bunga. Namun ia bingung mau membawa apa saat menjenguknya. Tak mungkin ia membawa tangan kosong. Mungkin Salwa bisa menaruhnya di dalam vas bunga kaca.Daniel baru teringat, jika Salwa suka makan. Ia pun menghubunginya dan menanyakan makanan apa yang ingin ia pesan. Meski tak mau merepotkan namun karena Daniel dengan gaya ngototnya, akhirnya Salwa mengemukakan keinginannya. Menyebutkan makanan satu per satu yang ingin ia makan.Daniel merekam dalam ingatannya, makanan apa saja yang dipesan Salwa.“Nasi ayam balado dan mie bakar. Minumannya es tebu.”Daniel kebingungan. Nasi p
Prangg!Sebuah gelas kaca terlempar pada dinding beton yang menyebabkannya pecah berkeping-keping. Seorang gadis tengah mengamuk dan menghancurkan barang-barang yang berada di sekitarnya.“Apa yang kau lakukan Vio?”Sang ibu panik karena memergoki putrinya tengah mengamuk di ruang makan.Pelayan yang berada di dekatnya sampai berjengit kaget melihat nona mudanya. Ia pikir mungkin menu yang disajikan untuk makan siang tidak sesuai hingga memancing emosinya yang naik turun.“Aku bosan, Mama! Aku mau keluar saja! Kenapa Papa tega sekali menghukumku?”Violeta menggeram pelan. Sang ibu langsung memberi kode pada pelayan untuk pergi dari sana. Ia perlu bicara dengan putri semata wayangnya.“Dengar! Papa sudah merencanakan sesuatu dengan matang namun kau telah menghancurkannya! Wajar saja Papa marah padamu! Kenapa kau begitu bodoh melakukan sesuatu? Lihatlah cara Papamu bekerja. Bersih!”Lidia, ibunda Violeta bersungut-sungut.“Cara Papa bekerja? Licik! Munafik!” hardik Violeta dengan cemoo
Malam sudah sangat larut, Rasyid terus menengok jam dinding di kamarnya. Ia menantikan kepulangan ibunya dengan perasaan cemas. Setelah tahu kejadian yang menimpa Salwa, Rasyid memutuskan pulang dari kegiatan camping. Ia menginap di rumah kakaknya sehari dan pulang ke rumah. Ia tinggal ditemani Alwi dan Sarah sebab Aruni menemani Salwa selama menjalani pengobatan.Seharusnya hari itu Aruni sudah pulang sesuai janjinya. Sudah pukul sebelas malam sang ibu tak menampakkan batang hidungnya. Ia mulai khawatir, takut terjadi apa-apa pada ibunya. Setelah menghubungi Nuha, katanya ibunya sudah pergi dari siang tadi dari rumahnya. Mungkin Aruni mampir dulu menemui para pekerjanya, buruh kebun yang setia bekerja di kebunnya untuk membayar gaji mereka.Terdengar suara ketukan pintu depan rumah, Rasyid langsung mengintip dari lubang pintu siapa yang datang ke sana. Pasalnya jika ibunya datang maka akan terdengar mobil pikap legen miliknya.“Syid, buka!” “Om!” Rasyid langsung membuka kunci pin
Salwa tersenyum menyambut kedatangan Daniel Dash. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya mendengar kalimat yang Daniel ucapkan padanya. Mencoba memahami arti terjemahan dalam bahasa Indonesia.Kemudian keningnya berkerut.“Mister, beliin sepatu heels untukku? Beli dari toko Sopi nge-live?”Salwa terkekeh berat. “Mister, aku lebih suka sepatu sneaker daripada heel! Yang benar aja! Kasihan sepatunya kalau aku yang pake. Hem, dulu sepatu yang dikasih Teh Kania saat wisuda aja langsung di musiumkan. Karena hak nya patah.”Dengan kepolosannya, gadis yang berpenampilan seperti seorang asisten rumah tangga itu tertawa. Ia mengira perkataan Daniel itu lelucon receh.Daniel mengatakan begini. “But I’m head over heels for you. You are the reason I am alive.”Karena pelafalannya yang fasih dan cepat, kalimat yang Salwa tangkap, hanyalah, bagian, heels dan live. Kesimpulannya sepatu heels hasil beli dari menonton acara toko online yang sedang live.Daniel dan Farah saling lirik. Daniel menghela na