“Kenapa Mis-ter?” tanya Salwa heran.Daniel tidak menjawab, hanya saja raut wajahnya terlihat dingin, apalagi ia melepas kacamatanya. Matanya yang sipit nan tajam mirip Kinan terlihat ngeri saat marah.Lantas Salwa mencoba berpikir lagi, apakah ia salah ucap. Ia baru ingat jika ia menceritakan soal dua orang lelaki yang menaksirnya. Secemburu itukah pemuda itu padanya. Menakutkan.“Mis, Mis, Mis Universe! Mis, Mis apa yang gak punya apa-apa? Ayo jawab Mister?”Salwa mencari strategi untuk mengubah suasana mood nya yang mirip ombak banyu.Daniel masih terdiam.“Miskin!” jawab Salwa. Ia menjawab tebakannya sendiri.Tak mempan, bibir tipis pemuda itu rapat macam di lem.“Mis … Mis … apa yang suka dimakan? Gampang nih! Mister, jawab dong! Kasihan Mommy nunggu,”Daniel memutar ke dua bola matanya jengah. Kenapa gadis itu tak peka dengan perasaannya. Menyebut lelaki lain di hadapannya adalah haram. Setidaknya minta maaf. Ia malah main tebak-tebakan.“Ah, ya, ayo jawab! Nanti aku traktir! Se
“Kenapa wajahmu kusut misut begitu? Seharusnya pulang dari pertandingan senang lah! Kan juara! Selamat ya!”Neng Mas menyambut kedatangan Salwa penuh sukacita. Ia memeluknya erat. Neng Mas hanya ikut mengantarnya ke tempat turnamen sebab ia mengerjakan tugas kelompok.“Makasih, aku hanya letih.”Salwa meletakan piala berkaki empat di atas lemari. Kemudian langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Tubuhnya terasa sangat letih seperti habis dibanting-banting ke dinding.“Neng, ada es krim. Masukin ke kulkas ya!”“Asik!”Mendengar apapun berbau makanan atau minuman, tubuhnya langsung bangkit bersemangat. Ia langsung memasukkan dua ember kecil berisi es krim delapan liter dengan varian rasa yang berbeda ke dalam lemari pendingin kecil di sana.“Pulang telat dari mana dulu? Tumben, gak dihukum ‘kan?”Salwa beberapa kali menguap.“Aku habis ditraktir makan sama …”“Mister? Jadi juga kau mengundangnya?”“Hem, enggak! Ceritanya gak gitu! Aku gak sengaja ketemu Mommy Kinan sewaktu di arena p
Daniel naik pitam ketika mendengar seseorang berusaha mengaturnya. Ia tidak suka diatur dan diperintah oleh siapapun. Apalagi Adriawan dengan seenak jidatnya menyuruhnya untuk menikahi putrinya. Melibatkan persoalan perusahaan dengan masalah pribadi.Pernikahan bisnis. Sungguh sesuatu yang berada di luar nalar. Tidak ada dalam kamus hidup Daniel Dash.Daniel langsung teringat Salwa. Salwa ialah cinta matinya. Tak mungkin ia menerima cinta wanita lain. Baginya Salwa ialah dewi tercantik sejagad raya, takkan pernah tergantikan oleh siapapun. Sekalipun ia harus menukar nyawa, apapun akan ia lakukan untuk mendapatkan gadis yang membuatnya kehilangan setengah kewarasannya.Katakanlah semenjak mengenal gadis bertahi lalat itu setiap hari pikirannya tak luput dari bayang-bayang wajahnya. Di manapun dan kapanpun.Jika tidak sedang mengikuti proses pengobatan, ia tak mau lagi tinggal di Kanada. Ia ingin tinggal berdekatan dengannya. Ingin melihatnya terus dan tak ingin jauh darinya meskipun
“Sally! Look Sally datang!” teriak Farah ketika melihat tantenya datang menjenguk mereka. Salwa tiba di rumah kakaknya malam hari karena harus mengaji terlebih dahulu.“Halo, Cantiknya Aunty, Assalamu’alaikum!” sapa Salwa langsung meraih tubuh Farah dan menggendongnya.“Kalian kangen Aunty gak?”Alih-alih menjawab pertanyaan tantenya, gadis kecil berambut tebal yang dikepang dua itu langsung menghujani tante kesayangannya dengan ciuman di wajahnya.“Sally, datang Ibu! Hore! Sally datang!” pekik Asyraf ketika mendapati tantenya.Asyraf langsung memeluk betis tantenya. “Sally, I miss you.”“I miss you too, handsome!”Salwa mengecup pipi gembil Asyraf.“Wa!” Suara Nuha mengalihkan perhatian Salwa. Salwa langsung menurunkan Farah dari gendongannya. Ia berjalan menghampiri kakaknya dan langsung memeluknya.Karena tubuhnya lebih tinggi dari Nuha, terpaksa Salwa sedikit membungkukan badannya.“Maafin aku Teh, baru bisa ke sini,” ucapnya namun dengan pundak yang sedikit berguncang.“Gak apa
Keesokan harinya,Suara klakson mobil beberapa kali menyala. Berisik. Gaduh. Namun Nuha sudah mengenal suara klakson tersebut siapa yang membunyikannya, jika bukan orang yang tak sabaran.“Mom, silahkan duluan! Aku masih nunggu anak-anak. Farrel bolak balik toilet. Badannya panas juga. Kayaknya masuk angin.”Nuha melongokan kepalanya di balik pintu.“Sudah kasih obat?”“Baru dikasih minyak telon sih perutnya biar hangat. Mommy bawa mobil sendiri?”“Iya, kangen soalnya sudah lama gak bawa mobil. Mobil baru tapi baru pake.”Kinan menepuk-nepuk setir, kemudian keluar dari mobil karena ingin melihat cucunya yang sedang sakit.“Nuha, bawa ke dokter aja udah acara. Sekarang kasih pereda demam dulu.”“Iya, Mom,”Kinan melesak masuk dan langsung menghampiri Farrel yang tengah duduk di kursi ruang keluarga. Anak itu tidak banyak bicara, dingin seperti ayahnya namun wajahnya begitu mirip Nuha versi lelaki.Farrel duduk dengan tenang sembari menonton acara kartun kesayangannya. Keningnya ditempe
“Darren sebaiknya acara dimulai saja! Lihatlah tamu undangan sudah berdatangan. Kita tak mungkin ‘kan membiarkan mereka menunggu lama.”Jonathan berbicara pada putra sulungnya dengan tenang. Kendati ia harus melawan rasa khawatir dalam hatinya sebab Kinan dan Salwa masih belum tiba di tempat acara. Daniel juga sudah satu jam yang lalu keluar menyusul mereka namun belum memberikan kabar apapun tentang Kinan dan Salwa.Darren menengok arlojinya kemudian melirik ke arah Nuha, meminta isyarat dengan kedipan mata. Ketika Nuha tersenyum dan mengangguk padanya, spontan Darren mengiyakan perintah Jonathan.“Dad, aku sudah minta pengawal menyusul Daniel.”Darren menyahut.Apa yang ayahnya katakan memang betul, acara harus segera dimulai. Para tamu undangan yang berasal dari berbagai kalangan pengusaha, petinggi pemerintah, hingga kalangan selebritas sudah terlihat gelisah karena acara belum dimulai juga. Barangkali mereka juga memiliki kegiatan lain setelah menghadiri ulang tahun perusahaan te
“Mom, kita di mana?”Salwa dengan nafas tersengal baru sadar ketika mereka sudah jauh menghindari tiga pengendara motor yang menghadang jalan mereka.Mobil yang mereka tumpangi sudah keluar dari jalan perkotaan dan memasuki jalan yang sepi seperti jalan pedesaan tanpa sadar.Dengan nekat tadi Salwa mempercepat kecepatan mobil hingga kecepatan maksimum dan menyenggol sisi kanan dan kiri pengendara motor. Body mobil Kinan sudah tak berupa. Bumper mobil Kinan sudah penyok depan dan belakang. Namun aksi Salwa berhasil menghambat pergerakan mereka sehingga mereka tertinggal jauh.CittBan berdecit. Sempurna sudah kemalangan mereka. Ban pecah tiba-tiba. Tak tanggung-tanggung, dua ban belakang pecah.Salwa baru sadar sedari tadi ia berbicara sendiri. Kinan tak merespon. Ia menengok ke belakang, baru ingat jika seorang pekerja rumah tangga Kinan ikut.Saat Salwa menoleh, mata Kinan sudah terpejam. Seketika pikiran Salwa menjadi keruh. Apakah tadi ia menabrak sesuatu sehingga menyebabkan kepa
[Mister!]Suara voice note terputus. Ketika Daniel sudah menelusuri tempat di mana buruh pabrik berdemo, Salwa sempat mengirim voice note. Namun ia tak sempat menyebutkan posisinya di mana. Kata-katanya terputus sebab yang terdengar suara grasak grusuk tak jelas dan pukulan membabi buta. Tak lama kemudian hanya terdengar suara operator ketika Daniel mencoba menghubunginya.Pikiran Daniel sudah berkelana ke sana kemari, menggelinding bagai roda. Kekhawatiran dan ketakutan menyergap pikirannya. Ia takut wanitanya dihabisi, dipukuli apalagi yang paling menakutkan ialah dirudapaksa. Jangan sampai itu terjadi!Daniel memukul tangki depan motornya dengan begitu keras. Ia kesal dan marah kenapa ia tidak bisa menyelamatkan wanitanya. Mungkin tak selamanya kondisi gadis itu baik-baik saja, mengingat ia terkadang ada lengahnya. Dan, ia hanyalah seorang perempuan yang belum genap delapan belas tahun. Gadis yang masih makan eskrim saja belepotan.Para pengawal sudah menyebar, mencari keberadaan