Betul tebakan akak Beberapa bab lagi season dua Makasih supportnya Ramaikan kolom komentar ya
Wanita paruh baya sedari tadi berbicara merepet mirip orang ngerap di hadapan putrinya. Dalam kesehariannya ia termasuk sang ibu yang irit bicara tetapi sore itu mendadak menjadi ibu yang bawel karena sebuah alasan. Putri ke duanya termasuk anak yang cerdas di sekolah dan anak yang hiperaktif. Namun untuk urusan tertentu ia tak bisa mengingat nama benda atau nama orang dengan baik. Sang ibu sudah beberapa kali mengingatkan kantong mana saja yang akan dibagikan untuk tetangganya. Alhasil semua keliru. Itu terjadi beberapa bulan yang lalu. Untuk mengantisipasi kejadian serupa, sang ibu kini senantiasa mengingatkannya agar tidak lupa. Bisa lebih mudah dengan menamainya atau memberinya tanda tetapi anak itu pasti akan keenakan. “Jangan sampai tertukar lagi, Salwa! Kantong putih untuk Tante Sarah, kantong Hitam untuk Teh Nuha dan kantong biru untuk Bu Kinan. Awas!” Aruni sedari tadi mengulangi perkataannya. Karena hasil panen beberapa sayuran melimpah, Aruni memilih istirahat. Di waktu s
Setelah dibujuk agak lama akhirnya Nuha menghentikan tangisannya. Matanya sudah sangat sembab bekas menangis. Darren dengan mengerahkan segenap kesabaran level tertinggi, ia menjadi samsak bagi istrinya. Ia baru sadar ketika Nuha cepat mengalami perubahan mood itu ternyata karena kehamilan muda.Darren menyimak semua keluh kesah istrinya termasuk rasa bersalahnya karena tidak mengatakan soal ia alergi alat kontrasepsi. Sebagai suami, Darren merasa sangat bersalah.“Sayang, Mas tidak marah sama sekali. Mas sayang sama Nuha. Apapun yang terjadi …”“Apapun? Benar apapun? Bagaimana kalau aku menjadi gemuk dan jelek setelah melahirkan lagi? Apa Mas masih sayang sama aku?”“Tentu, Sayang. Nuha tak usah meragukan lagi soal kasih sayang Mas pada Nuha.”Darren mengangkat dua jarinya ke hadapan wajah Nuha. Nuha akhirnya tersenyum kemudian berkata lagi. “Jadi Mas senang ‘kan aku hamil lagi?”Darren menghela nafas. Pertanyaan itu kalau tidak salah sudah ke sepuluh kali sejak setengah jam berlalu
Kinan dan Jonathan terlihat melangkah maju ke depan bersama, di sana ada podium minimalis di mana mereka bisa mengucapkan sambutan dan terima kasih pada keluarga yang datang baik yang diundang maupun tidak diundang.Setelah acara makan-makan Pak Tri mendorong sebuah troli di mana di sana ada kue ulang tahun lima tingkat lengkap dengan lilin yang banyak. Kinan terpelongo melihat kue ulang tahun tersebut. Pasalnya tidak ada acara tiup lilin dalam list acara yang ia rencanakan. Hanya sekedar makan-makan.“Ide, Daddy,” cetus Daniel memeluk sang ibu mengucapkan selamat ulang tahun pada ke dua nya. Mata Kinan berembun karena merasa sangat terharu atas kejutan yang diberikan oleh Jonathan.“Thanks, Honey, sudah menemaniku sampai tua begini!” Jonathan merengkuh Kinan ke dalam dekapannya.Riuh tepuk tangan membahana. Semua orang tampaknya ikut bersukacita melihat betapa mereka berbahagia di usianya yang sudah tak lagi muda. Dari paling pojok Salwa pun ikut terharu melihat kebahagiaan sepasa
Malam itu Daniel tak bisa tidur karena merasa gelisah. Padahal secara diam-diam ia sudah menyalakan murottal yang berasal dari dalam aplikasi di ponselnya, tentu tanpa sepengetahuan sang ibu. Biasanya suara murottal yang dibacakan oleh Syekh yang bersuara lembut senantiasa menenangkan jiwanya kendati hingga detik itu ia tak tahu apa alasannya.Pikirannya melanglang buana. Malam ini gadis yang selalu mengusik pikirannya berada satu atap bersamanya meski tidak sekamar. Daniel tidur di kamarnya sedangkan gadis itu tidur di kamar tamu di lantai bawah bersama keponakannya. Jika tidak tahu adab, ia ingin sekali mengajaknya mengobrol. Namun tentu hal tersebut hanyalah angan-angan semata.Jarum pendek terdengar berdetak keras saking suasana hening. Acara pesta usai dini hari sekitar pukul dua pagi. Semua kerabat terdekat sudah pulang dan menginap di hotel.Karena rasa ngantuk tak kunjung datang, ia memilih turun ke lantai bawah ia akan mengambil air minum. Namun sebelumnya ia menyempatkan dir
Ernest senang bukan main melihat kedatangan mantan istrinya. Sontak Rika meninggalkan mereka. Mungkin mereka butuh bicara empat mata dari hati ke hati.“Adis!” serunya begitu antusias. Ernest beranjak dari kursi ergonomis yang ia duduki. Ia berjalan menghampiri Adisty yang terlihat semakin kurus semenjak perceraian paksa setahun silam.Melihat wanita itu, Ernest mencelos, sedih, rindu, senang, terluka dan segala macam perasaan yang rumit. Ia memindai penampilan jelita Adisty dari pucuk kepala hingga ujung tumit. Ia terlihat kurang gizi dan tak perawatan tubuh. Namun warna kulitnya yang eksotis tetap terlihat seksi di matanya. Ia merindukan segala hal tentang dirinya.“I miss you, Baby,” seru Ernest memangkas jarak di antara mereka. Ia mendekatinya sangat dekat. Ia merengkuh tubuhnya untuk didekapnya dalam pelukannya. Adisty tak menolak, normal, kerinduan pun seringkali berkelindan dalam sanubarinya. Ia bisa menghidu aroma maskulin dari pria yang pernah bertahta di hatinya.Ernest pun
PrangTerdengar suara piring jatuh dari dapur hingga membuat semua orang yang berada di sana kaget.“Ummi, ada apa?” tanya Ratih setengah berlari ke arahnya dengan wajah panik.Tatapannya tertuju pada piring porselen yang jatuh pecah hingga berkeping-keping. Aruni tampak membereskannya dengan memungutnya satu per satu dan memasukkannya ke dalam plastik berwarna hitam.“Licin, Mbak,” kata Aruni singkat dan kembali fokus membereskan pecahan piring. Semoga bukan pertanda buruk, batin Aruni.“Ummi, biar saya saja yang beresin. Ummi gak kenapa-kenapa ‘kan?”Ratih menurunkan bobot tubuhnya untuk membantu Aruni. Namun Aruni mengibaskan tangannya pertanda menolak bantuannya.“Jaga anak-anak saja, Mbak.”“Ada Bu Kinan, Ummi. Beliau sedang bermain dengan mereka. Yo wish saya yang bantuin,”Ratih tak kalah bersikukuh membantu Aruni.Aruni akhirnya menyerah. Ia berjalan menuju wastafel kemudian mencuci tangannya. Kemudian ia membawa botol susu formula yang sudah ia buat untuk si kembar menuju ru
Desau angin terasa lembut menyelusup ke dalam kerudung yang dikenakannya. Menggelitik area leher dan helaian rambutnya yang menjuntai tak terikat oleh ikat rambut. Terasa dingin sekaligus geli.Salwa Salsabila membenahi kerudungnya yang sedikit berantakan akibat angin yang berulah. Lantas ia menaruh buku tebal berhard cover ke atas meja untuk kemudian menutup pintu depan di area ruang tamu. Padahal jarak ruang tamu dan ruang keluarga sekitar dua puluh meter akan tetapi embusan angin menjelang sore tersebut tiba-tiba membesar hingga menggetarkan beberapa kaca jendela. Sebelum pintu tertutup oleh dorongan angin yang besar, Salwa berlari ke arah pintu kemudian menutupnya. Ia bernafas lega ketika sampai di depan pintu tepat waktu karena di luar deru angin menggoyangkan pepohonan tanpa ampun. Cuaca sukar ditebak. Belakangan hujan tak turun. Baru hembusan angin yang selalu menampakkan diri pertanda akan turun hujan. Angin seringkali meniup awan pembawa hujan atau cumulonimbus yang tampak
Suara ledakan terdengar memekakan telinga diikuti suara alarm kebakaran. “Cepat keluar!” pekik perawat mendatangi tiap ruangan di rumah sakit Rajendra. Hilir mudik orang-orang yang berada di sana baik dokter, perawat hingga staf rumah sakit berlarian panik keluar ruangan dengan membantu pasien sebisa mungkin. Ada yang pasien tengah mengejan karena akan melahirkan. Ada ahli bedah yang tengah membawa pasien yang tak sadarkan diri karena baru saja melakukan operasi cesar. Ada pula anak yang tengah dirawat karena berbagai macam penyakit serius, tifus dan demam berdarah. Ada pula anak-anak yang menjalani operasi karena mengalami kecelakaan di tempat bermain.Suasana rumah sakit yang awalnya hening kini ramai oleh chaos yang terjadi akibat dampak ledakan bom di area parkir gedung belakang rumah sakit Rajendra. Ledakan bom terjadi disertai korsleting listrik hingga menyebabkan area sayap selatan gedung terbakar dilahap si jago merah.“Sus, ada apa?”Nuha mengumpulkan segenap kesadaran dan