[Ini bangunan yang baru saja Bapak renovasi, Neng.] Dengan bangga, Mandor Soleh menjelaskan satu per satu bangunan yang menjadi salah satu proyek yang dipegang olehnya. Mandor Soleh ialah seorang pria yang mencintai pekerjaannya. Ia benar-benar menjalani profesinya dengan penuh syukur. Setiap detik dan menit teramat berharga untuknya. Mandor Soleh telah menyelesaikan proyek pertamanya dengan dr. Ernest Rajendra SpA dalam membangun bangunan rumah sakit dan merenovasi bangunan lama. Sore itu ia sudah berkeliling melihat-lihat bangunan rumah sakit yang menjadi proyeknya. Merasa puas dengan hasil kerjanya, ia melakukan video call dengan putri sulungnya yang cerewet ingin mengetahui hasil kinerja sang ayah selama bekerja. Satu per satu Mandor Soleh memperlihatkan area gedung melalui sambungan video call. Dengan sabar ia menjelaskan satu per satu hasil kerja kerasnya bersama para pekerjanya. [Bapak memang keren! Jadi kapan Bapak mengajakku ke sana? Padahal masih satu kota, seharusnya Ba
“Farah kecilku, Daniel …” lirih Darren dengan terisak. Suaranya terdengar berat dan frutrasi. “Mas Darren, ini musibah bagi kita semua. Aku juga sedih Mas,” Daniel semakin menarik kakaknya dalam pelukannya. Ke dua kakak beradik tersebut saling berpelukan erat. “Nuha, bagaimana kondisinya?” tanya Darren merenggangkan pelukannya dan menyeka air matanya. “Nuha adalah orang yang paling bersedih saat ini, Mas,” lirih Daniel kembali mengingatkan kakaknya untuk tegar di hadapan istrinya. “Terima kasih, Daniel,” Darren bangkit kemudian menghampiri Nuha yang berada di ruang instalasi gawat darurat bergabung bersama pasien yang lain. Semua pasien akan segera dievakuasi dari rumah sakit Ibu dan Anak Rajendra ke rumah sakit lain. Setelah mendapat kabar dari Daniel, Nuha beberapa kali tak sadarkan diri dan menangis. Kini tangisannya sudah kering seperti saat dulu ketika ia mengalami trauma. Begitulah Nuha. Namun kali ini karena tak hanya dirinya yang mengalami musibah, pasien lain pun menga
“Apa yang kau lakukan hah?” Wanita memakai kemben kain kamen yang mencetak tubuh semampainya dengan rambut yang digelung rapi berhiaskan bunga di pinggir telinganya menarik kerah kemeja seorang pria berambut gondrong hingga ia nyaris mati karena kehabisan nafas karena tangannya terkunci olehnya, diikat dengan tali temali. Sikut tangannya semakin menekan area lehernya. Bagaimana pria berwajah sangar itu bicara jika lehernya ditekan oleh sikut sekaligus sebuah belati kecil yang nyaris merobek tenggorokannya. Terlihat jakun naik turun mirip pompa piston. Dalam posisi terkunci ia kewalahan menghadapi wanita yang terlihat aneh menurutnya. Wanita yang memiliki dua kepribadian yang kontradiktif dan seringkali muncul dalam waktu berdekatan. Selain sikapnya yang impulsif, wanita itu akan bertindak semau dan sesuka hatinya berdasarkan sudut pandangan dirinya terhadap sesuatu. Kemarin ia begitu manis bersikap pada orang suruhannya. Mereka ditraktir makan sepuasnya ketika ia merasa senang. Na
“Sudah, jangan menangis lagi!] Jonathan berkali-kali menghibur Kinan-istrinya yang tengah bersedih setelah mendengar kabar tentang insiden kebakaran di rumah sakit ibu dan anak Rajendra. Entah dari mana muasalnya, kabar ledakan bom tersebut kini berubah menjadi kebakaran akibat korsleting listrik dan berbagai berita simpang siur lainnya.Kinan merasa bersalah dan menyesal karena tidak bisa mengantar ke dua cucu kembarnya ke rumah sakit tersebut. Ia tidak tahu jika Aruni tiba-tiba demam dan mereka hanya pergi bersama pengasuh dan Salwa.Meskipun andaikata Kinan yang mengantar, peristiwa tragis tersebut bisa saja tetap terjadi. Kinan hanya merasa bersalah, merasa bukan nenek yang baik untuk cucu-cucunya.Siapa sangka Jonathan lebih tegar daripada istrinya. Meskipun jantungnya berdegup kencang dan terasa sakit mendengar kabar buruk yang menimpa keluarganya, ia harus terlihat tegar di hadapan istri, anak dan menantunya.Sewaktu kejadian Jonathan sedang beristirahat di kediamannya. Akhir-
Di atas sajadah Aruni masih duduk dan berdzikir usai sholat magrib di mushola rumah sakit. Bibirnya senantiasa basah melafalkan kalimah toyibah, tahmid, takbir hingga tahlil. Ia menengadahkan ke dua tangannya, berdoa untuk keselamatan putri ke duanya-Salwa Salsabila dan cucunya yang kini masih belum ditemukan.Tak lupa ia menunaikan sholat taubat dengan alasan barangkali musibah apa yang menimpa keluarganya ialah bagian dari dosa masa lalunya. Setelah cukup mengadu pada sang pemilik takdir, ia melipat mukena dan menaruhnya kembali ke dalam tas besar miliknya. Dengan langkah lemah Aruni berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk kembali ke ruang tunggu. Di depan ruang tunggu sosok pria dewasa dengan setia menunggunya padahal Aruni sudah sedari tadi memintanya untuk pulang. Aruni bisa menunggu di sana sendirian.“Mas Naufal, sebaiknya pulang, ini sudah larut malam!” ucap Aruni duduk di sampingnya terhalang dua bangku besi.Naufal menoleh dengan menyematkan senyuman hangat padanya. “T
Sayup-sayup dari kejauhan suara azan terdengar merambat dan menyentuh gendang telinga. Seruan sang maha kuasa mengingatkan para hamba untuk kembali mengingatNya. Setelah terjerembab dalam urusan keduniaan sudah saatnya manusia kembali pada fitrahnya. Insiden yang telah terjadi bisa jadi musibah untuk menguatkan tauhid hamba pada sang Ilah. Kun fayakun ... Hujan turun membasahi bumi dan menyapu puing-puing bekas kebakaran. Aroma asap reruntuhan dan bahan kimia masih tercium pekat. Begitupula aroma kesedihan dan tangisan kian menyeruak. Rumah sakit ibu dan anak Rajendra berduka. Keluarga pasien berduka. Kota hujan tengah dihujani air mata. Namun lantunan suara azan yang menggema menguatkan mereka agar ridho menerima segala takdir yang hadir. Kematian ialah takdir mubram. Sebuah ketetapan yang tak mampu ditolak. Garis kuning membentang horizontal di sepanjang rumah sakit Rajendra. Suasana rumah sakit ibu dan anak Rajendra mulai kondusif kendati sempat terjadi chaos. Semua pasien rum
Salwa mengalami koma dan dirawat di rumah sakit ibukota. Aruni tak ingin membuat Nuha semakin khawatir. Oleh karena itu ia menyembunyikan kondisi Salwa dari siapapun kecuali keluarganya dan Darren saat ini. Salwa harus menjalani beberapa kali operasi. Selain kepalanya mengalami cedera serius, ia juga mengalami patah tulang kaki. Usai menjalani serangkaian operasi, Salwa melewati masa kritis dan bangun dari koma meski ia mengalami gangguan penglihatan dan patah tulang kaki. Aruni hanya mengatakan pada Nuha bahwa Salwa hanya perlu rawat inap untuk pemulihan pasca operasi bagian kaki saja dan dianggap tak terlalu serius. Namun Nuha tak lantas percaya sebab Aruni terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. “Ummi, aku kepengen menjenguk Salwa,” ucap Nuha mendekati Aruni. Kondisi Nuha cukup membaik. Ia tirah baring di rumah sebab Darren trauma jika harus meninggalkan Nuha di rumah sakit. Aruni menyerahkan Asyraf yang berada dalam pangkuannya pada Mutia. Ia memberi tempat duduk untuk putri
Epilog (free coin) Setelah melihat kondisi Salwa, Daniel merasa lega. Segala kekecewaan dan kekesalannya pada keluarga yang tak mengabari tentangnya menguap begitu saja. Memastikan Salwa selamat kendati kondisinya tak sesuai harapannya sudah cukup membuatnya tenang dan bahagia. Selama ia dirawat pikirannya justru dipenuhi oleh gadis yang kini tengah berada di hadapannya. Salwa gadis yang tegar. Ia bahkan tidak mengeluh ataupun marah-marah menjalani kondisinya saat ini. Daniel belajar dari gadis itu. Ia seorang yang tabah dan kuat mental. Daniel ingin sekali menemani Salwa selama ia menjalani rawat inap di rumah sakit akan tetapi ia sadar diri, untuk saat ini ia bukan siapa-siapa Salwa. Mungkin Salwa hanya menganggapnya sebagai seorang kakak, pikirnya. Daniel akan pulang karena ia harus mulai mengurus usaha. Ia berinisiatif untuk membuka bisnis dengan modal yang ia miliki sebab jika menunggu keputusan sang ayah dan kakaknya, ia tidak diperbolehkan bekerja mengingat kondisi kesehatan