Darren dan Nuha saling berhadapan dengan sedikit canggung. Ke dua mata mereka terkunci beberapa detik dalam pusaran waktu yang terus melaju. Andai tak ada sekat karena sebuah masalah barangkali kini mereka langsung meluapkan rindu yang membebat dada. Hingga Darren yang mulai berinisiatif membuka suara lebih dulu.“Baiklah, Mas duluan. Mas ingin meminta maaf padamu soal kata-kata Mas beberapa hari yang lalu. Mas memang egois. Jujur, Mas hanya ingin Nuha selalu di sisi Mas dan anak-anak. Menjadi seorang istri dan ibu yang bahagia. Mas tak ingin kau letih dengan kegiatan diluar ya … semacam kuliah. Namun Mas tau diri ketika Nuha bersedia menjadi ‘istri sesungguhnya’, Nuha seorang mahasiswi yang masih harus meneruskan study.” Seyogyanya seorang pria sejati harus berani meminta maaf lebih dulu. Bagaimanapun seorang wanita acapkali menempatkan perasaan lebih depan ketimbang logika. “Aku juga Mas, minta maaf karena kebawa emosi. Maaf ya akhir-akhir ini mungkin karena letih aku cepat tersul
“Selamat datang Adisty, silahkan duduk!” Usai bersalaman Nuha berupaya keras membungkus rasa gugupnya dengan keramah tamahan. Nuha merangkul lengan suaminya dan memperkenalkannya pada Adisty. “Mas, ini Adisty tetangga sebelah yang terhalang dua rumah. Rumahnya bergaya arsitektur Bali lo.” Darren hanya mengangguk ringan, “Darren Dash,” katanya pada Adisty dengan seutas senyum tipis. Sementara itu Adisty begitu terpana melihat pemandangan indah, sosok Darren yang tampan mirip Keanu Reev*, hingga tak sadar menikmati beberapa detik paras rupawan di hadapannya. Tatapannya kembali pada Nuha yang terlihat menggerakkan bibirnya. Sepasang suami istri tersebut membuatnya insecure. Ke dua nya bibit unggul yang mana memiliki pesona penampilan fisik yang maha sempurna. Pantas saja si kembar dikerubungi para ibu sewaktu di taman karena begitu menggemaskannya mereka. “Kenalkan saya Adisty.” Adisty mengulurkan tangannya dan menyematkan senyuman yang indah menatap Darren yang terlihat dingin.
Sebatang kayu terhempas sudah menghantam seekor anjing herder yang tengah menggonggong. Badannya tegak dan sorot matanya galak. Pemandangan yang menyempurnakan sebuah kemarahan luar biasa.Gadis yang dilanda rasa takut dan gelisah itu tengah sembunyi di balik pohon ketapang dengan nafas yang terengah-engah. Salah siapa anjing itu mengamuk terkena hantaman kerikil yang salah sasaran. Gadis itu bersungut-sungut dan memaki dirinya sendiri karena aksi teledornya. Tak sengaja ia menendang botol kemasan yang tadinya mengarah pada tong sampah malah menimpuk anjing ras tersebut. Tak terima dengan perilaku gadis itu alhasil anjing itu mengejarnya untuk membalaskan dendam kesumat.Setelah merasa aman, Salwa Salsabila kembali ke jalan dan meneruskan perjalanannya menuju rumah sang kakak. Masih beberapa ratus meter lagi. Pasalnya ia diturunkan di depan pos satpam kawasan perumahan elit tersebut. Tak bisa sembarang orang yang memasuki kawasan elit tersebut. Para penghuni termasuk para pekerjanya
Darren terperenyak bangun tatkala melihat si kembar tak ada di sisinya. Hanya ada tangan halus nan lentik memeluk tubuhnya dari belakang. Deru nafasnya halus merambat ke telinganya. Begitu menyadari Nuha yang mendekapnya, perlahan Darren melepaskan tangannya dan memutar tubuhnya pelan agar tak mengusiknya. Tatapannya beredar mencari keberadaan si kembar. Rasanya lega si kembar sudah berada di dalam box nya. Mungkin Nuha yang memindahkannya. Beruntung Darren tidak aktif tidur bersama mereka karena akan sangat berbahaya bagi ke dua bayi tersebut. Ditatapnya bidadari dunianya dengan lekat. Wajahnya senantiasa damai ketika tidur. Caranya ia tidur mirip seorang bayi. Di luar hujan begitu deras. Darren semakin mendekap istrinya dengan penuh kelembutan. Namun ia teringat sesuatu. Ia meraih gawai dari saku celananya dan mengirim pesan pada seseorang. Setelahnya ia kembali membaringkan tubuhnya dan memeluk istrinya. Sesekali ia menikmati ranum bibir istrinya. Kembali menghabiskan sisa waktu
Semua orang dikejutkan oleh kedatangan Salwa yang misterius di depan gerbang rumah sang kakak. Jono sebutkanlah satpam rumah di sana yang begitu ngebet dipanggil Pak Jon biar nasibnya sama dengan Pak Jonathan kilahnya tak kalah terkejut melihat sosok gadis dengan penampilan basah kuyup bersimbah air hujan dengan sebuah ransel besar memayunginya. Hujan tengah begitu deras saat itu. Barulah setelah mengkonfirmasi gadis itu, mewawancarainya soal tujuan kedatangannya ke sana, Pak Jon memberikan ijin akses masuk pada gadis itu. Di bawah rebas hujan deras siluet wajah Salwa tak kelihatan jelas sehingga Pak Jon mengira jika Salwa hanyalah seorang gelandangan yang hidupnya nomaden. Apalagi melihat tas ransel yang mendukung asumsinya. Ratih lebih terkesiap lagi. Kemunculan Salwa ditengarai munculnya petir yang seakan menambah mencekam suasana siang hari menjelang sore itu. Ratih mengira Salwa sosok yang dikirim dari langit. Nuha membiarkan Salwa mengganti pakaiannya yang basah kuyup karena
Kurang lebih sudah tujuh puluh dua jam Salwa Salsabila dinyatakan telah terdampar di rumah Mariyam Nuha, kakaknya. Mendadak ia mogok pulang dan mogok belajar. Seolah ia tengah melakukan aksi protes terselubung pada dunia, alam semesta dan kepala sekolah laknat yang telah menghukumnya dengan cara yang tak adil. Pun, memberikannya sebuah opsi yang rumit. Tentu saja seorang gadis idealis akan menolak permintaannya tentang soal ‘meminta maaf pada pelaku’. Lebih baik ia pindah sekolah saja jika itu opsi terakhir.Setiap hari, setiap malam ibunya terus menghubunginya agar pulang ke rumah. Sebagai seorang ibu yang baik dan bijaksana sudah saatnya Aruni menyingsingkan lengan bajunya dan menghadap kepala sekolah yang menyebabkan semangat putrinya dalam belajar nyaris merosot. Apapun yang terjadi seharusnya ia tidak memperlakukan semena-mena anak secerdas putrinya. Bukankah putrinya telah ikut berpartisipasi mengharumkan nama sekolah di kejuaraan olimpiade beberapa mata pelajaran sekolah antar
“Carenina. It’s my baby. Dia meninggal sewaktu kami sekeluarga berlibur di Pantai Mawun. Bapak mantan tim penjinak bom tetapi cucunya menjadi korban ledakan bom. Ironis!”Adisty muncul di belakang Nuha. Nuha terlonjak kaget melihat kedatangannya tiba-tiba. Ia merasa bersalah meskipun secara tak sengaja menemukan foto mengenaskan bayi Adisty yang meninggal akibat terluka, tertimpa puing-puing bangunan.Adisty menghela nafas panjang sebelum kembali berkisah.“Ada banyak musuh Bapa. Keluarga jadi sasaran. Salah satu musuh Bapa mengirim orang untuk meledakan resort di mana kami bermalam. Sebuah aksi teror. Bom rakitan dengan daya ledak rendah tetapi berhasil memisahkan aku dengan Carenina.”Tak ada air mata kala Adisty mengisahkan peristiwa pilu tentang putrinya. Seolah air mata itu habis ditelan waktu. Hanya saja wajahnya yang biasa hangat dan ceria seketika berubah dingin seolah membeku.Satu kata yang ingin Nuha sampaikan pada Adisty ialah permintaan maaf. Sedari awal Nuha menghindari
Setelah kepergian Salwa, Nuha kembali menghampiri suaminya yang terlihat kecut macam anak kecil yang kehilangan mainannya akibat direbut orang. Nuha tersenyum simpul dan mendekati suaminya yang terlihat merajuk. Darren tengah letih karena setumpuk pekerjaan yang tak pernah ada habisnya dan ia butuh mood booster istrinya. Namun kehadiran Salwa mengusiknya malam itu sehingga menyebabkan suasana hatinya jungkir balik. Nuha duduk mepet dekat suaminya mirip penumpang bus yang tak kebagian bangku. Sengaja. Mungkin sudah saatnya ia bersikap agresif seperti seekor singa betina yang menggoda seekor singa jantan. Ia menoleh dan menatap suaminya dari arah samping. Tangannya terulur, menari-nari di bagian pipi dan dagunya. Terkadang dari kening menuju hidung kemudian menuju bibirnya yang merah. Darren memang bukan seorang perokok. Bibirnya merah alami. Menggelikan. Perasaan yang Darren rasakan saat ini selain gelenyar aneh yang menyebabkan sesuatu gelisah. Namun ia masih kesal pada istrinya. Ia