"Ini kunci kamar apartemen Pak Husein yang baru." ucap pegawai lelaki yang datang menghampiri kedua orang itu di meja bundar lobi.Jika kalian berpikir kalau kunci apartemen itu berupa kunci besi, kalian salah besar. Kunci mereka itu terbuat dari kartu yang harus di scene ulang dan memasukkan sidik jari ulang. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga-jaga siapa tahu ada yang menemukan kartu yang hilang dan membuka pintu apartemen dengan maksud jahat.Jadi jika semua diatur ulang seperti awalnya, maka kartu yang hilang tidak akan berfungsi. Mau tidak mau, Husein harus ikut ke atas untuk mendaftarkan ulang sidik jarinya dan password kamar.Selagi lift berjalan naik ke lantai empat, sepanjang itulah Husein menghadapi situasi yang cukup mengguncang. Ia menutup mulutnya dengan kuat karena ia tak tahan dengan bau jus buah alpukat milik salah satu penghuni apartemen lain. Ingat beberapa saat lalu Husein mabuk karena buah alpukat di rumahnya kan?Maka sekarang, ia harus merasakan mual lagi selagi ia
Reynata POV.~~~~Pagi indah telah menggantikan malam gelap dan tepat pukul tujuh pagi, keluarga harmonis ini sedang menikmati sarapan di meja makan karena aku sungguh lagi semangat buat masak enak. Ada sayur lodeh dan lontong sayur, juga sambel goreng kentang.Seperti biasa, setelah sholat subuh baik aku atau Akang gak ada yang memejamkan mata kembali, karena aku bakal sibuk berkutat dengan pisau dan penggorengannya di dapur demi menyiapkan sarapan dan bekal makan siang. Bekal makan siang buat siapa? Ya buat Akang lah, karena ternyata di bulan ini, akang Husein memiliki kesibukan baru. Kemarin kita sempet bicarain semuanya dan kesibukan itu akan dimulai bulan ini hingga beberapa bulan ke depan."Aku gak nyangka Kang, As-Salam mau dijadikan pesantren besar.. anak-anak di sana pasti bakal lebih maju, mengikuti perkembangan zaman dengan metode islamiyah.." Yaps, sesuai dengan apa yang aku bilang barusan, kalau kesibukan akang sekarang adalah terkait pembangunan pondok pesantren Assala
"Pak Yezaaaa..."panggilan heboh dari kedua bocah kembar non identik milikku menginterupsi kedua manik Reza yang tadinya sedang fokus pada ponsel, kini beralih menatap kedatangan kami."Eh ada Zula dan Zulfi, selamat pagi.. apa kabar..."Entah apa yang terjadi di dalam sekolahan, tetapi aku merasa kalau kedua buah hatiku amat sangat dekat dengan Reza. Padahal sedari tadi banyak guru yang berpapasan dengan kami tapi kulihat Zula dan Zulfi seakan cuek saja, hanya melempar senyuman tipis ke mereka.Tapi begitu melihat Reza yang bahkan tak menghiraukan kedatangan kami, kedua buah hatiku langsung berlarian ke arahnya, dengan semangat. Aneh gak sih? Sejatinya aku gak suka situasi ini, aku takut selama ini Reza sudah memberikan ultimatum yang aneh-aneh pada dua anakku yang pada akhirnya bisa mengakibatkan mereka lebih menyukai Reza ketimbang-"Ya Allah, apa yang sedang aku pikirkan ini? Aku sudah buruk sangka pada dua orang sekaligus. Kurang dzikir aku ini sampe membuat celah buat setan mas
Gak mau bergelut dengan pemikiran aneh-aneh lainnya, lebih baik aku segera kembali ke pondok dan sebentar lagi jam mengajar komputer aku tiba. Pondok Al-aqso masih memegang metode pondok modern yang mengharuskan mereka menguasai kecanggihan teknologi juga.Sekarang, aku memegang komputer yang mengutamakan tentang Corel draw, Photoshop, power poin, dan teknik menggambar lainnya. Jaman semakin canggih, jadi mereka yang meski sedang berdiri dalam ruang lingkup agama tetap harus mengikutinya. Jangan sampai ada istilah ketinggalan jaman.Sedangkan guru baru yang dijadwalkan mengajar nanti, dia akan datang bulan depan untuk mengajar dan menerapkan ilmu tentang perfilman. Proyek dari stasiun televisi tempat Akang siaran dulu ingin berbagi ilmu tentang cara pembuatan film pendek, dan jika mereka mahir maka akan direkrut menjadi pegawai stasiun televisi itu.Hebat kan? Selain dapat pelajaran agama untuk keperluan akhirat, mereka juga dapat pengalaman untuk memulai pekerjaan nanti. Pokoknya apa
Maaf typo, karena typo adalah manusiawi. awokwwowk ****Daripada semakin rumit, kubiarkan anak-anak lainnya mengerjakan tugas yang aku kasih dan kini di ruanganku aku sedang duduk berhadapan dengan tiga anak yang sejak tadi membuat kepalaku pusing. "Langsung aja ya, saya gak mau banyak berpikir macam-macam yang mengakibatkan saya salah paham sama suami saya." Aku melipat tangan di dada, menatap tiga bocah lucknut itu dengan serius. "Ada yang bisa jelaskan, Kenapa kalian bilang semua ini disuruh oleh ustadz Husein?"Kulihat mereka kayak ketakutan gitu, saling sikut kiri kanan dan bergumam lirih yang aku tau isinya dumelan semua."Mulai dari kamu deh Heri, kenapa itu kuku pada hitam, tadi juga sandal kamu becek, banyak tanahnya. Kamu habis main lumpur?"krik krik.. hening..."Kalau gak ada yang jawab, saya panggil ustadz Husein sekarang nih-""HII JANGAN USTADZAH!!!!"Ketiganya membuat aku terlonjak kaget dan memundurkan badan di senderan sofa."Ya makanya ayok cerita, kalian disuruh
"Assalamualaikum, Ay.. honey, darling.. daddy pulang..."Teriak-teriakan aja terus sampe tu suara habis!Sepi sunyi, gak ada sahutan sama sekali. Mungkin itu pikiran Akang kali, karena aku hanya diam, mengintip di balik pintu perbatasan antara rumahku dan rumah ibu. Biarin aja, aku penasaran dia mau ngapain. Kutaruh keong emas di meja ruang depan dan aku pengen tau apa yang mau dia lakukan.Ketika melihat rumah sepi, dia pun menaruh tas kerjanya di atas kursi kemudian pandangannya berubah jadi berbinar saat liat dua keong lagi uget-uget di dalam toples kaca."Aww, keong emasnya udah ada.. MasyaAllah imuuuut bangeud... sini sini kita main yah.." Senyumnya lebar sampe gigi-gigi putihnya kelihatan berbaris rapih dan dimple yang turut menghiasi wajah tampannya.Aduh, dia itu seorang ustadz, pemilik dan pemimpin pondok pesantren. Penceramah dan guru ngaji, figur itu seketika hilang gegara main keong emas. Sekarang kenapa malah keliatan kayak bocah esde gitu sih??Udah dia keluarkan dari da
Rey mengambil langkah duluan ke kamar mandi untuk berwudhu karena Husein harus menjawab panggilan telepon dari rekan kerjanya. Setelah suci dari hadas kecil, Rey terduduk di sisi ranjang menyenderken tubuhnya di senderan ranjang menunggu sang suami selesai dengan segala urusannya.Saat ditelisik lebih jauh, sepertinya sesuatu di balik celana suaminya itu sudah mengembang dan sesak.. Rey hanya tertawa saja dan ya.. mungkin tak sabar ingin merasakannya."Diam ya, jangan ke mana-mana saya mau wudhu dulu."Husein pun masuk ke dalam kamar mandi, lalu mengambil air wudhu dan seperti biasa, ia tinggalkan bajunya di kamar mandi hingga kini keluar dalam keadaan bertelanjang dada.Husein itu meski ustadz yang sibuk, tapi dia selalu punya waktu untuk menjaga bentuk tubuhnya. Jarang tidur setelah makan dan yang pasti olah raga kecil sehingga tidak ada tuh perut buncit seperti kebanyakan bapak-bapak lainnya. Dan yang pasti, makanan yang masuk ke perutnya adalah makanan yang dipastikan halal dan ja
Senengnya hatiku, turun panas demamku, kini aku bermain dengan ceria..Iklan bentar! Jangan tegang atuh!Aku senang itu karena liat dua buah hati dan suami tampanku dengan lahap makan masakan yang aku masak. Sederhana sih, cuma ayam panggang oven yang kudapat resep dari ibu. Aku semalaman bertelepon dengan beliau yang masih berlibur ke pesantren milik almarhum kiayi Manshori. Sekaligus doa bersama dalam rangka haulan almarhum.Dulu ingat banget, pertama aku datang ke sana aku memiliki kesan yang tidak baik karena terus dibanding-bandingkan dengan Ustadzah Aisyah, bahkan oleh ibu mertuaku sendiri. Btw, bagaimana keadaan ustadzah Aisyah ya sekarang? Semenjak menikah, sudah tak terdengar lagi kabarnya. semoga suatu saat dikasih kesempatan untuk bertemu lagi. Balik lagi ke kenangan saat itu!Aku disuruh cuci piring dan membuat Akang marah habis-habisan pada ibunya. Segitu khawatirnya dia pada keadaan aku sampai berani membentak ibunya. Hehe, tapi itu masa lalu. Sekarang alhamdulilah hub
Dengan sangat perlahan Husein mendekati Rey yang tidur memunggunginya. dia memeluk tubuh kecil itu dari belakang sembari mencium kepala belakang Rey dengan sangat lama. Tak lupa sebelah tangannya juga mengelus perut bunci berusia lima bulan itu."Ana uhibbuka fillahi, Rey.. Demi Allah saya sangat mencintai kamu.. walaupun kamu milik Allah, tapi saya tidak mau Allah mengambilmu.."Tentu tak akan ada jawaban, karena Rey terlelap dalam tidurnya. Husein tahu mungkin saja istrinya itu kelelahan, sehingga sejak sore tadi menjadi lebih sensitif. Dan pikirnya, Masih banyak waktu untuk berbicara mengenai masalah mereka yang Husein tidak tahu karena apa, tetapi sepertinya Ini masalah serius. Dia akan menyelesaikannya besok pagi saat keduanya sudah merasakan tubuh yang segar.Tapi..Sayangnya ketika bangun tidur saat terdengar murrotal sebelum adzan subuh itu, Husein tidak menemukan Reynata. Pikir Husein, mungkin Rey ke dapur sedang memasak seperti hari-hari biasanya, jadi Husein hanya beranjak
Terdengar seperti kata-kata penuh ketegasan, dan seolah enggan mengatakan hal lebih dari itu. Jelas memang terjadi sesuatu pada istrinya, dan sukses membuat Husein tidak tenang."Rey, tatap saya dulu!"Reynata menoleh sejenak, menuruti perintah Husein tanpa mengatakan apapun."Jika kamu tidak keberatan, setelah makan malam, saya ingin berbicara denganmu."Meski sempat terdiam sebentar, Reynata kemudian hanya mengangguk dan mengatakan. "Ya!" dengan singkat. Baiklah, Husein tak akan menunda apapun lagi, dia mengambil tas yang dia simpan di sofa tadi lalu meninggalkan ruangan tersebut, dengan lemah masuk ke kamar mereka sembari sesekali melihat Reynata yang fokus menscrol ponsel dari arah belakang. Tubuh yang begitu lelah tak dirasanya lagi, justru Husein merasa sangat khawatir dan tak mau ini semakin berlarut-larut. Reynata, tidak pernah bersikap dingin padanya, selama ini sosok Reynata selalu mampu membuat Husein berdebar sepanjang saat. ***Waktu berlalu begitu cepat. Setelah bicara
Ketika Husein pulang ke rumah pada pukul setengah enam sore, ia mendapati istriinya sedang duduk menonton televisi. Wanita cantik itu terlihat segar karena sepertinya baru mandi, terlihat dari sisi kiri kanan bajunya yang masih kelihatan basah. Padahal tadi baru beberapa menit yang lalu Husein berkali-kali menghubungi Reynata untuk sekedar menanyakan mau pesan apa, atau mau makanan apa. Namun karena tak kunjung mendapatkan balasan Husein mengira Rey sedang sibuk.Dan apa yang dia lihat saat ini berbalik dengan pikirannya tadi. Justru ponsel yang tadi dihubungi Husein itu terlihat bertengger santai di atas meja tak jauh dari posisi duduk istrinya. Jelas Husein merasa heran karena Reynata tidak menyambut kehadiran dia seperti biasanya. "Assalamualaikum, Ay.." sapa Husein saat mencoba duduk di samping Istrinya."Waalaikumsalam." Hanya ucapan itu, tanpa menoleh tanpa embel-embel senyum dan teriakan kangen seperti biasanya. Duduknya pun tidak berpindah posisi bahkan televisi yang Rey to
"Loh itu kan mobil Akang?" Reynata jelas melihat siluet yang dia kenal, sedang duduk di dalam mobilnya, saat ia harus berhenti di lampu merah. Memang bagaimana bisa Reynata, tidak tahu?Dialah lelaki yang tidur bersamanya selama lima tahun. Tapi ke mana arah perginya? Bukankah seharusnya dia ada di lokasi pembangunan? Itu bukan arah pondok pesantren As-Salam yang baru dan ketika lampu sudah hijau mobil Husein lurus melewati Reynata. Tanpa pikir panjang lagi, Rey menggunakan lajur kanan untuk putar balik dan Ya! Dia mengikuti ke mana arah perginya mobil sang suami."Baiklah, ini sudah saatnya aku tahu ke mana perginya Akang yang bersembunyi di balik kata sibuk beberapa hari ini. Ada apa dengan kertas UGD dan segalanya, aku menjadi lebih penasaran." decit perempuan itu saat matanya tak henti untuk mengikuti ke mana arah laju mobilnya Husein.Dengan berat hati, Rey mengakui bahwa saat ini, dia sedang mencurigai suaminya. Lalu dia paksa terus mengikutinya hingga tak lama, dia masuk ke se
"Hoaammm.."Hah? Dengan sangat terkejut Reynata mencoba untuk mendudukkan dirinya dan mulai menelaah keadaan sekitar. Berapa lama ia tertidur?Sepertinya tiga jam, karena saat ini pukul satu siang dan selama itu tidak ada yang membangunkannya?Padahal Rey tau anak-anaknya sudah pulang dan kenapa bundanya juga tak membangunkan dirinya? Rey benar-benar tidak sadar sudah tidur selama itu, seperti pingsan atau mati suri saja. Padahal sebelumnya-sebelumnya Rey dapat julukan pemilik telinga tajam, tapi ini seperti baru saja tidur 30 menit, namun kenyataannya justru tiga jam.Kepalanya terasa sedikit berdenyut namun Rey paksakan jalan keluar kamar dan di sana ia melihat sang bunda sedang memberi makan dua anaknya."Bunda... kenapa gak bangunin Rey? Anak Uma udah pulang? Belajar apa tadi?" Wanita cantik itu mencium kening dua buah hatinya dan menarik kursi lalu duduk di samping ibunya. Ia mengambil garpu lalu menojos buah apel yang sudah dikupas bundanya itu."Uhmm apelnya enak.. siapa yang
"Apa yang ustadz Husein sembunyikan? Apa jangan-jangan ustadz pemilik dari sebuah kawasan apartemen? Hahaha wajah ustadz memerah tadi."Reza tak berhentinya tertawa saat menyaksikan wajah Husein yang sempat menegang tadi. Pikirnya, kenapa Husein harus takut kalau dia kepergok ada di sebuah kawasan apartemen, sedang seorang manusia itu punya sejuta kegiatan di satu tempat dan gak musti sedang mengerjakan hal-hal yang negatif kan?Lagian kalau tidak ada apa-apa kenapa harus takut menjelaskan?"Apa kamu sedang mengajak saya bercanda?""Hah, aduh maaf ustadz, saya tidak bermaksud begitu. Saya bukan mengajak bercanda, hanya saja saya seperti melihat ustadz dan tak jauh di sana ada seorang perempuan. Tapi yah itu sudah pasti bukan anda kan? Karena yang saya lihat perempuan itu bukan Reynata."Tanpa dipungkiri, Husein dua kali lebih tegang dari sebelumnya.TEETTTTTTTEEETTTTTT"Ahh sudah bunyi bel..Kalau begitu, saya pergi dulu ya ustadz. Selamat pagi, dan assalamualaikum.""Wa-waalaikumsala
"Yeaayy sampai.." sorak dua anak kembar itu di kursi belakang. Walau sudah pakai sabuk pengaman tapi tetap saja karena postur tubuhnya yang mungil, mereka masih dapat bergerak bebas dan itu membuat Husein tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Abi ayoklah.. anter zula sampe depan kelas.." rengek Zulaikha sambil menarik-narik lengan abinya."Memangnya kenapa gitu harus diantar sampai di depan kelas?""Supaya temen-temen Zula tau kalau abi zula adalah ustadz yang sangaaaat tampan.."Duh, turunan siapa sih genit banget? Mungkin seperti itulah batin Husein melihat tingkah random putrinya."Iya, biar temen-temen Zulfi juga tau kalau zulfi itu ganteng sepelti abinya.." sahut Zulfikar tak kalah heboh dan itu membuat Husein tak berdaya, mau tak mau Husein mengiyakan keinginan dua anaknya."Oke oke Abi anter sampai ke kelas ya.."Sebetulnya baik Reynata maupun Husein memang akan selalu mengantar anak-anaknya sampai ke kelas, tapi entah kenapa hari ini Husein ingin sekali menggoda anaknya deng
"Nah anak uma yang soleh solehah, hari ini diantar sama Abi ya, soalnya Uma mau ngajar kakak-kakak. Mau??""Mau uma.. kalau Abi yang antar pulangnya kita makan esklim.. hoye.."Reynata melirik suaminya yang sedang sarapan kemudian sedikit mendengus. Pasalnya kemarin anak-anak baru saja sembuh dari batuk dan apa kata mereka? Husein membelikan eskrim lagi? Bentar suaminya itu ya.. gak kasian apa liat Reynata tidak tidur gara-gara hidung dua anaknya yang mampet dan berakhir rewel. Harusnya Husein sadar dan ya itu.. suaminya malah mengeyel."Ohh kalian ingat tiga hari yang lalu kenapa? Batuk pilek.. Akang, anak-anak jangan dulu dikasih eskrim ya.. kalau mau beli salad buah aja. Rey kasian liat mereka kemarin gak bisa nafas pilek, ngerti enggak?"Mendengar suara sang istri yang menggema di ruang keluarga, buru-buru Husein menyelesaikan agenda sarapannya setelah itu berjalan menemui sang istri."Ini apa toh? pagi-pagi kok sudah teriak-teriak? Saya dengar, cukup sekali saja." kata Husein sam
Ini entah Husein sedang diselamatkan, atau Allah yang memang ingin menghukum Husein, tapi kali ini Husein memiliki sebuah alasan lain hingga tidak jadi jujur lagi dan lagi."Halo, selamat malam.."Husein juga tidak tau jika orang ini, akan meneleponnya larut malam. Oh ayoklah, ini pukul setengah dua belas malam."Assalamualaikum, selamat malam juga.""Ah waalaikumsalam. maaf ya Pak, saya hubungi larut malam seperti ini. Saya cuma mau mengabari jika pesanan anda sudah selesai. Tapi saya harus ke bandara dan terbang ke NTT, karena ibu saya meninggal dunia jadi saya tidak yakin masih ada di Bandung atau tidak. Tadinya saya mau lari begitu saja, tapi saya ingat pesanan anda yang minta buru-buru. Jadi, bisakah kita bertemu sekarang?"Saat itulah Husein keceplosan untuk bilang alhamdulilah, dia punya cara dan alasan untuk menjawab keberadaan dia malam ini."Baiklah kalau begitu, saya bisa. Saya ada di dekat Bandung center medikal, anda di mana, biar saya jemput ke sana.""Oh tidak jauh, ada