Maaf typo, karena typo adalah manusiawi. awokwwowk ****Daripada semakin rumit, kubiarkan anak-anak lainnya mengerjakan tugas yang aku kasih dan kini di ruanganku aku sedang duduk berhadapan dengan tiga anak yang sejak tadi membuat kepalaku pusing. "Langsung aja ya, saya gak mau banyak berpikir macam-macam yang mengakibatkan saya salah paham sama suami saya." Aku melipat tangan di dada, menatap tiga bocah lucknut itu dengan serius. "Ada yang bisa jelaskan, Kenapa kalian bilang semua ini disuruh oleh ustadz Husein?"Kulihat mereka kayak ketakutan gitu, saling sikut kiri kanan dan bergumam lirih yang aku tau isinya dumelan semua."Mulai dari kamu deh Heri, kenapa itu kuku pada hitam, tadi juga sandal kamu becek, banyak tanahnya. Kamu habis main lumpur?"krik krik.. hening..."Kalau gak ada yang jawab, saya panggil ustadz Husein sekarang nih-""HII JANGAN USTADZAH!!!!"Ketiganya membuat aku terlonjak kaget dan memundurkan badan di senderan sofa."Ya makanya ayok cerita, kalian disuruh
"Assalamualaikum, Ay.. honey, darling.. daddy pulang..."Teriak-teriakan aja terus sampe tu suara habis!Sepi sunyi, gak ada sahutan sama sekali. Mungkin itu pikiran Akang kali, karena aku hanya diam, mengintip di balik pintu perbatasan antara rumahku dan rumah ibu. Biarin aja, aku penasaran dia mau ngapain. Kutaruh keong emas di meja ruang depan dan aku pengen tau apa yang mau dia lakukan.Ketika melihat rumah sepi, dia pun menaruh tas kerjanya di atas kursi kemudian pandangannya berubah jadi berbinar saat liat dua keong lagi uget-uget di dalam toples kaca."Aww, keong emasnya udah ada.. MasyaAllah imuuuut bangeud... sini sini kita main yah.." Senyumnya lebar sampe gigi-gigi putihnya kelihatan berbaris rapih dan dimple yang turut menghiasi wajah tampannya.Aduh, dia itu seorang ustadz, pemilik dan pemimpin pondok pesantren. Penceramah dan guru ngaji, figur itu seketika hilang gegara main keong emas. Sekarang kenapa malah keliatan kayak bocah esde gitu sih??Udah dia keluarkan dari da
Rey mengambil langkah duluan ke kamar mandi untuk berwudhu karena Husein harus menjawab panggilan telepon dari rekan kerjanya. Setelah suci dari hadas kecil, Rey terduduk di sisi ranjang menyenderken tubuhnya di senderan ranjang menunggu sang suami selesai dengan segala urusannya.Saat ditelisik lebih jauh, sepertinya sesuatu di balik celana suaminya itu sudah mengembang dan sesak.. Rey hanya tertawa saja dan ya.. mungkin tak sabar ingin merasakannya."Diam ya, jangan ke mana-mana saya mau wudhu dulu."Husein pun masuk ke dalam kamar mandi, lalu mengambil air wudhu dan seperti biasa, ia tinggalkan bajunya di kamar mandi hingga kini keluar dalam keadaan bertelanjang dada.Husein itu meski ustadz yang sibuk, tapi dia selalu punya waktu untuk menjaga bentuk tubuhnya. Jarang tidur setelah makan dan yang pasti olah raga kecil sehingga tidak ada tuh perut buncit seperti kebanyakan bapak-bapak lainnya. Dan yang pasti, makanan yang masuk ke perutnya adalah makanan yang dipastikan halal dan ja
Senengnya hatiku, turun panas demamku, kini aku bermain dengan ceria..Iklan bentar! Jangan tegang atuh!Aku senang itu karena liat dua buah hati dan suami tampanku dengan lahap makan masakan yang aku masak. Sederhana sih, cuma ayam panggang oven yang kudapat resep dari ibu. Aku semalaman bertelepon dengan beliau yang masih berlibur ke pesantren milik almarhum kiayi Manshori. Sekaligus doa bersama dalam rangka haulan almarhum.Dulu ingat banget, pertama aku datang ke sana aku memiliki kesan yang tidak baik karena terus dibanding-bandingkan dengan Ustadzah Aisyah, bahkan oleh ibu mertuaku sendiri. Btw, bagaimana keadaan ustadzah Aisyah ya sekarang? Semenjak menikah, sudah tak terdengar lagi kabarnya. semoga suatu saat dikasih kesempatan untuk bertemu lagi. Balik lagi ke kenangan saat itu!Aku disuruh cuci piring dan membuat Akang marah habis-habisan pada ibunya. Segitu khawatirnya dia pada keadaan aku sampai berani membentak ibunya. Hehe, tapi itu masa lalu. Sekarang alhamdulilah hub
"Hah... akhirnya selesai juga.." Aku menghela napas panjang berkali-kali setelah menjatuhkan tubuh dengan pelan di senderan sofa. Untung saja tidak ada kelas komputer dan setelah menghabiskan waktu tiga jam di ruang UGD, setelah orang tua Hanifah datang dan menggantikan aku di sana, jadi urusanku sudah selesai dan aku memutuskan untuk pulang.Hanifah? Syukurlah dia baik-baik saja tadi.(Flashback ON.)Menunggu dua jam setelah hasil laboratorium keluar, seorang dokter muda menghampiri tirai di mana Hanifah sedang berbaring di ruang UGD dengan lebel kuning. Reynata : Bagaimana keadaan Hanifah dokter?Ibunya Hanifah: Apa benar karena alergi dokter?Dokter: Keadaan pasien sudah lebih baik, karena apa yang dia makan hanya ada campuran dari sari udang. Bukan daging udangnya secara langsung. Dari tes darah, semua baik-baik saja dan saya hanya kasih resep anti alergi. (Flashback off)Selama di rumah sakit juga entah kenapa perutku terasa sedikit keram dan tiba-tiba saja aku mual, jadi para
"Assalamualaikum Uma.. kita puyang uma.."Si kembar yang suaranya menggelegar itu terdengar sampai ke ruang meja makan dan aku sama sekali gak beranjak dari sini setelah tadi Akang mematikan telepon aku secara sepihak hingga membuat suasana hatinya memburuk.Lebay? Iya boleh lah aku dikatakan lebay atau cengeng soalnya ini pertama kalinya Akang secuek itu sama aku. Biasanya, Akang yang telepon duluan dan nanya ke aku sampai ke akar-akarnya. Tapi tadi? Hikss bahkan langsung ditutup gitu aja.."Waalaikumsalam... hai anak-anak Uma.."Aku merentangkan tangan dan bersiap menyambut kehadiran mereka ke dalam pelukanku."Loh uma nangis?""Uma sedih ya? Ciapa yang nakay?"Oh ya Tuhan, pasti mereka liat wajahku yang merah padam ini gegara aku barusan aja nangis. Aku terlalu malas untuk cuci muka dan menghilangkan jejak air mata dan sekarang jadinya diwawancarai deh sama mereka."Enggak kok, Uma gak nangis. Uma cuma kelilipan semut tadi, makanya mata Uma perih." Yah, aku boong dikit lah, soalny
Di sinilah kita, bertiga. Setelah puas main seharian, Zulfikar dan Zulaikha masuk ke dalam kamar dan tak aku sangka mereka malah memejamkan mata. Aku gak tidurkan mereka loh, karena rupanya mereka sendiri yang awalnya cuma rebahan aja eh taunya keterusan ke alam mimpi.Setelah aku pikir-pikir, kayaknya tadi mereka emang gak pada tidur siang karena sibuk hafalan surah-surah pendek bareng Ustadz Mukti, jadi mungkin sore menjelang magrib pertahanan mereka runtuh dan akhirnya pada tepar semua.Aku yang masih pakai mukena, duduk di tepi ranjang sambil mengelus rambut Zulfikar dan tak lama kudengar pintu kamar terbuka. Lalu setelahnya Akang masuk membawa sebotol air mineral."Ini minum dulu, tadi habis magrib kita yasinan dan ini air doa. Diminum supaya Dede bayinya sehat dan soleh." Aku diam dan hanya menerima air doa pemberiannya. Bukan aku cuek, tapi aku diem sari tadi karena lagi mikir dari mana aku bisa cerita tentang Reza."Akang, kalau misalnya Akang lupakan aja dan gak membahas so
(POV author dulu.)"Shobahal khoir bidadariku.."Merasa terganggu dengan belaian di wajah yang memaksa dirinya untuk membuka mata, Reynata sang ibu hamil menggemaskan itu hanya memberikan reaksi menggeliat saja. Masih terlalu pagi bagibya untuk menyatakan diri pada dunia bahwa dia siap untuk menjalani hari.Bukan tidak bangun dan sholat subuh ya, pikir Rey karena ini hari minggu, Rey ingin berleha-leha sebentar. Apalagi setelah tadi subuh morning sicknes, Rey ingin beristirahat sebentar.Iya, memasuki bulan keempat, kini secara bergantian Reynata lah yang mual-mual dan mengidam. Merdeka untuk Husein, tapi sedikit ada rasa kasihan juga, mengingat Husein tau sekali rasanya mual itu seperti apa. Pasti istrinya sangat tersiksa."Ay, katanya mau ke restorannya Mba Clara, bangun yuk, nanti telat loh!" Belaian itu berubah menjadi kecupan ringan yang pastinya hanya didapatkan dari suaminya. Seluruh wajahnya selalu menjadi sasaran jika dia tidak segera membuka mata berhasel coklat miliknya yan
Dengan sangat perlahan Husein mendekati Rey yang tidur memunggunginya. dia memeluk tubuh kecil itu dari belakang sembari mencium kepala belakang Rey dengan sangat lama. Tak lupa sebelah tangannya juga mengelus perut bunci berusia lima bulan itu."Ana uhibbuka fillahi, Rey.. Demi Allah saya sangat mencintai kamu.. walaupun kamu milik Allah, tapi saya tidak mau Allah mengambilmu.."Tentu tak akan ada jawaban, karena Rey terlelap dalam tidurnya. Husein tahu mungkin saja istrinya itu kelelahan, sehingga sejak sore tadi menjadi lebih sensitif. Dan pikirnya, Masih banyak waktu untuk berbicara mengenai masalah mereka yang Husein tidak tahu karena apa, tetapi sepertinya Ini masalah serius. Dia akan menyelesaikannya besok pagi saat keduanya sudah merasakan tubuh yang segar.Tapi..Sayangnya ketika bangun tidur saat terdengar murrotal sebelum adzan subuh itu, Husein tidak menemukan Reynata. Pikir Husein, mungkin Rey ke dapur sedang memasak seperti hari-hari biasanya, jadi Husein hanya beranjak
Terdengar seperti kata-kata penuh ketegasan, dan seolah enggan mengatakan hal lebih dari itu. Jelas memang terjadi sesuatu pada istrinya, dan sukses membuat Husein tidak tenang."Rey, tatap saya dulu!"Reynata menoleh sejenak, menuruti perintah Husein tanpa mengatakan apapun."Jika kamu tidak keberatan, setelah makan malam, saya ingin berbicara denganmu."Meski sempat terdiam sebentar, Reynata kemudian hanya mengangguk dan mengatakan. "Ya!" dengan singkat. Baiklah, Husein tak akan menunda apapun lagi, dia mengambil tas yang dia simpan di sofa tadi lalu meninggalkan ruangan tersebut, dengan lemah masuk ke kamar mereka sembari sesekali melihat Reynata yang fokus menscrol ponsel dari arah belakang. Tubuh yang begitu lelah tak dirasanya lagi, justru Husein merasa sangat khawatir dan tak mau ini semakin berlarut-larut. Reynata, tidak pernah bersikap dingin padanya, selama ini sosok Reynata selalu mampu membuat Husein berdebar sepanjang saat. ***Waktu berlalu begitu cepat. Setelah bicara
Ketika Husein pulang ke rumah pada pukul setengah enam sore, ia mendapati istriinya sedang duduk menonton televisi. Wanita cantik itu terlihat segar karena sepertinya baru mandi, terlihat dari sisi kiri kanan bajunya yang masih kelihatan basah. Padahal tadi baru beberapa menit yang lalu Husein berkali-kali menghubungi Reynata untuk sekedar menanyakan mau pesan apa, atau mau makanan apa. Namun karena tak kunjung mendapatkan balasan Husein mengira Rey sedang sibuk.Dan apa yang dia lihat saat ini berbalik dengan pikirannya tadi. Justru ponsel yang tadi dihubungi Husein itu terlihat bertengger santai di atas meja tak jauh dari posisi duduk istrinya. Jelas Husein merasa heran karena Reynata tidak menyambut kehadiran dia seperti biasanya. "Assalamualaikum, Ay.." sapa Husein saat mencoba duduk di samping Istrinya."Waalaikumsalam." Hanya ucapan itu, tanpa menoleh tanpa embel-embel senyum dan teriakan kangen seperti biasanya. Duduknya pun tidak berpindah posisi bahkan televisi yang Rey to
"Loh itu kan mobil Akang?" Reynata jelas melihat siluet yang dia kenal, sedang duduk di dalam mobilnya, saat ia harus berhenti di lampu merah. Memang bagaimana bisa Reynata, tidak tahu?Dialah lelaki yang tidur bersamanya selama lima tahun. Tapi ke mana arah perginya? Bukankah seharusnya dia ada di lokasi pembangunan? Itu bukan arah pondok pesantren As-Salam yang baru dan ketika lampu sudah hijau mobil Husein lurus melewati Reynata. Tanpa pikir panjang lagi, Rey menggunakan lajur kanan untuk putar balik dan Ya! Dia mengikuti ke mana arah perginya mobil sang suami."Baiklah, ini sudah saatnya aku tahu ke mana perginya Akang yang bersembunyi di balik kata sibuk beberapa hari ini. Ada apa dengan kertas UGD dan segalanya, aku menjadi lebih penasaran." decit perempuan itu saat matanya tak henti untuk mengikuti ke mana arah laju mobilnya Husein.Dengan berat hati, Rey mengakui bahwa saat ini, dia sedang mencurigai suaminya. Lalu dia paksa terus mengikutinya hingga tak lama, dia masuk ke se
"Hoaammm.."Hah? Dengan sangat terkejut Reynata mencoba untuk mendudukkan dirinya dan mulai menelaah keadaan sekitar. Berapa lama ia tertidur?Sepertinya tiga jam, karena saat ini pukul satu siang dan selama itu tidak ada yang membangunkannya?Padahal Rey tau anak-anaknya sudah pulang dan kenapa bundanya juga tak membangunkan dirinya? Rey benar-benar tidak sadar sudah tidur selama itu, seperti pingsan atau mati suri saja. Padahal sebelumnya-sebelumnya Rey dapat julukan pemilik telinga tajam, tapi ini seperti baru saja tidur 30 menit, namun kenyataannya justru tiga jam.Kepalanya terasa sedikit berdenyut namun Rey paksakan jalan keluar kamar dan di sana ia melihat sang bunda sedang memberi makan dua anaknya."Bunda... kenapa gak bangunin Rey? Anak Uma udah pulang? Belajar apa tadi?" Wanita cantik itu mencium kening dua buah hatinya dan menarik kursi lalu duduk di samping ibunya. Ia mengambil garpu lalu menojos buah apel yang sudah dikupas bundanya itu."Uhmm apelnya enak.. siapa yang
"Apa yang ustadz Husein sembunyikan? Apa jangan-jangan ustadz pemilik dari sebuah kawasan apartemen? Hahaha wajah ustadz memerah tadi."Reza tak berhentinya tertawa saat menyaksikan wajah Husein yang sempat menegang tadi. Pikirnya, kenapa Husein harus takut kalau dia kepergok ada di sebuah kawasan apartemen, sedang seorang manusia itu punya sejuta kegiatan di satu tempat dan gak musti sedang mengerjakan hal-hal yang negatif kan?Lagian kalau tidak ada apa-apa kenapa harus takut menjelaskan?"Apa kamu sedang mengajak saya bercanda?""Hah, aduh maaf ustadz, saya tidak bermaksud begitu. Saya bukan mengajak bercanda, hanya saja saya seperti melihat ustadz dan tak jauh di sana ada seorang perempuan. Tapi yah itu sudah pasti bukan anda kan? Karena yang saya lihat perempuan itu bukan Reynata."Tanpa dipungkiri, Husein dua kali lebih tegang dari sebelumnya.TEETTTTTTTEEETTTTTT"Ahh sudah bunyi bel..Kalau begitu, saya pergi dulu ya ustadz. Selamat pagi, dan assalamualaikum.""Wa-waalaikumsala
"Yeaayy sampai.." sorak dua anak kembar itu di kursi belakang. Walau sudah pakai sabuk pengaman tapi tetap saja karena postur tubuhnya yang mungil, mereka masih dapat bergerak bebas dan itu membuat Husein tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Abi ayoklah.. anter zula sampe depan kelas.." rengek Zulaikha sambil menarik-narik lengan abinya."Memangnya kenapa gitu harus diantar sampai di depan kelas?""Supaya temen-temen Zula tau kalau abi zula adalah ustadz yang sangaaaat tampan.."Duh, turunan siapa sih genit banget? Mungkin seperti itulah batin Husein melihat tingkah random putrinya."Iya, biar temen-temen Zulfi juga tau kalau zulfi itu ganteng sepelti abinya.." sahut Zulfikar tak kalah heboh dan itu membuat Husein tak berdaya, mau tak mau Husein mengiyakan keinginan dua anaknya."Oke oke Abi anter sampai ke kelas ya.."Sebetulnya baik Reynata maupun Husein memang akan selalu mengantar anak-anaknya sampai ke kelas, tapi entah kenapa hari ini Husein ingin sekali menggoda anaknya deng
"Nah anak uma yang soleh solehah, hari ini diantar sama Abi ya, soalnya Uma mau ngajar kakak-kakak. Mau??""Mau uma.. kalau Abi yang antar pulangnya kita makan esklim.. hoye.."Reynata melirik suaminya yang sedang sarapan kemudian sedikit mendengus. Pasalnya kemarin anak-anak baru saja sembuh dari batuk dan apa kata mereka? Husein membelikan eskrim lagi? Bentar suaminya itu ya.. gak kasian apa liat Reynata tidak tidur gara-gara hidung dua anaknya yang mampet dan berakhir rewel. Harusnya Husein sadar dan ya itu.. suaminya malah mengeyel."Ohh kalian ingat tiga hari yang lalu kenapa? Batuk pilek.. Akang, anak-anak jangan dulu dikasih eskrim ya.. kalau mau beli salad buah aja. Rey kasian liat mereka kemarin gak bisa nafas pilek, ngerti enggak?"Mendengar suara sang istri yang menggema di ruang keluarga, buru-buru Husein menyelesaikan agenda sarapannya setelah itu berjalan menemui sang istri."Ini apa toh? pagi-pagi kok sudah teriak-teriak? Saya dengar, cukup sekali saja." kata Husein sam
Ini entah Husein sedang diselamatkan, atau Allah yang memang ingin menghukum Husein, tapi kali ini Husein memiliki sebuah alasan lain hingga tidak jadi jujur lagi dan lagi."Halo, selamat malam.."Husein juga tidak tau jika orang ini, akan meneleponnya larut malam. Oh ayoklah, ini pukul setengah dua belas malam."Assalamualaikum, selamat malam juga.""Ah waalaikumsalam. maaf ya Pak, saya hubungi larut malam seperti ini. Saya cuma mau mengabari jika pesanan anda sudah selesai. Tapi saya harus ke bandara dan terbang ke NTT, karena ibu saya meninggal dunia jadi saya tidak yakin masih ada di Bandung atau tidak. Tadinya saya mau lari begitu saja, tapi saya ingat pesanan anda yang minta buru-buru. Jadi, bisakah kita bertemu sekarang?"Saat itulah Husein keceplosan untuk bilang alhamdulilah, dia punya cara dan alasan untuk menjawab keberadaan dia malam ini."Baiklah kalau begitu, saya bisa. Saya ada di dekat Bandung center medikal, anda di mana, biar saya jemput ke sana.""Oh tidak jauh, ada