"Lo gak ngarang kan Rey?""Buat apa sih gue ngarang masalah begini, kurang kerjaan aja.""Tapi gue masih gak percaya, kayak waw.. setelah ngalamin kecelakaan, kenapa tujuannya ke rumah lo?""Maksud lo apaan?""Kayak ada maksud tersembunyi. Ya kalau menurut dia lagi dalam keadaan berduka dan menenangkan diri, dia bisa aja dateng ke keluarga almarhum suaminya, atau ke kerabat ibu kandungnya. Kenapa harus ke rumah kalian yang istilahnya, kalian itu adalah keluarga jauh. bener kan?"Lah Nad, iya juga!!!"Nadine emang lebih cerdas dari Reynata, karena semua itu yang dia sampaikan tadi tidak terpikirkan sedikit pun oleh Reynata. Benar juga, dia pasti memiliki keluarga yang lebih dekat. Bukan pergi ke Al-aqso yang selama bertahun-tahun tak pernah tau keberadaannya. Aneh, sangat aneh dan Reynata benar-benar memikirkan masalah ini sampai kepalanya sedikit pusing.Reynata merasa kehadiran wanita itu sedikit demi sedikit akan mengganggunya. "Ay, sudah gak marah?"Tangan Husein yang terangkat me
Husein telah menghabiskan waktu satu jam di tempat lokasi pembangunan pesantren, dan sekarang dia sedang mengemudikan mobilnya ke sebuah kawasan apartemen.Iya, itu adalah tempat di mana Sarah tinggal dan wanita itu telah menunggu Husein di lounge yang terdapat di lantai dua gedung tujuh lantai itu.Untuk apa Husein datang kemari? Yaps, karena Sarah sedang meminta saran pada orang yang telah mendeklarasikan dirinya sebagai penanggung jawab wanita itu.Tapi kenapa? Apa Husein mengkhianati Reynata? Tentu saja tidak. Dia tidak ada niatan melukai hati istrinya itu. Tapi Husein juga tidak ada pilihan malam itu. Memang apa yang terjadi? entahlah, hanya author yang tau wkwkwkkwkwek."Assalamualaikum..""Eh Ustadz, waalaikumsalam." Wanita itu tersenyum kala Husein sudah duduk tenang di hadapannya. Sarah beranjak kemudian memesankan dua es jeruk dan dua sandwich untuk mereka sambil bicara mengenai lelaki yang dicari oleh mereka."Aku tau, dia tinggal di apartemen Citraland. Dia sudah di sana
(Pov Reynata)"Ada apa ini Mba? Kenapa Retno juga ada di sini?"Begitu kupanggil wanita itu ke ruang tamu, aku lihat dia tersentak mendapati Retno yang juga duduk di depanku. Kusuruh dia duduk di samping Retno untuk mendengar semua kejadian yang sebenarnya.Terkesan lebay kali aku ini, tapi aku harus melakukannya. Entah, pokoknya hatiku berkata aku harus menyidang mereka berdua."Duduk, jangan banyak bertanya.""Tapi kenapa aku juga?" Dia masih memaku di tempat seperti enggan datang di antara kami. Ketahuan banget kalau habis buat salah.jangan kira aku wanita bodoh yang bisa main iya-iya aja apa kata orang. Aku ini wanita yang bahkan udah pernah lari-larian di negara orang demi mencari sebuah bukti. Aku sudah mengalami banyak masalah hidup, jadi aku tidak lemah. "Duduk, dan dengarkan apa yang mau aku sampaikan!" kataku dengan tatapan tajam. Alhasil dia tidak punya pilihan lain, selain duduk di samping Retno dengan mengentakkan kakinya. supaya apa? supaya aku tau kalau dia jengkel s
"Suegeerr nya habis mandi.." Aku berdiri menghadap ke jendela dengan handuk yang masih bertengger menutupi area terlarang, dari dada sampai bawah lutut. Juga ada handuk kecil yang melingkar membungkus rambut basahku karena aku habis keramas. Entah kenapa sehari ini aku suntuk, lelah, lunglai, dan kepalaku mendidih.Butuh air dingin yang segar, yang bisa bantu bikin aku rilex dan melupakan semuanya.Apa yang aku dengar tentang Luna tadi benar-benar bikin pusing dan sedikit gak masuk di akal. Soalnya, cerita yang dia lontarkan itu terkesan dramatis seperti sebuah skenario yang dibuat-buat.Luna bilang kalau dia kurang akrab dengan ipar-iparnya, mereka memiliki hubungan tidak baik jadi Luna sungkan pergi menenangkan diri ke rumah kakak ipar almarhum suaminya. Dua kakaknya perempuan, jadi sering bersiteru dengan dirinya.Lalu, saat kutanya kenapa tidak pergi ke rumah ibu kandungnya, dia bilang ibunya sedang pergi bekerja, merantau ke luar negeri. Dan kalau kutanya dimana saudara-saudara
"Bun, Rey sama Akang jalan dulu ya, titip anak-anak."Aku pamit dulu pada bunda sambil nungguin Akang yang lagi nuntaskan hajatnya di kamar mandi. Jangan berpikiran jorok, maksudnya akang lagi buang air kecil dulu, jadi nyuruh aku duluan. Dan saat ini, aku lagi di dapur sama bunda."Mau makan di luar atau di rumah?""Kayaknya di luar deh, Rey lagi pengen mesra-mesraan sama akang. Sekalian hibur dirinya. Akang masih suka bengong gitu, mikirin ibu."Bunda mengangguk tanda setuju. "Bersenang-senang sana, hibur suami kamu. Jangan khawatirkan anak-anak, nanti biar sama bunda.""Baiklah, Bun. Tapi tunggu dulu, bunda harus hati-hati sama Luna. Jangan sampai membiarkan anak-anak hanya berdua sama dia.""Loh kenapa? Ada apa dengan Luna?"Bundaku memang belum tau cerita perseteruan antara Retno dan Luna. Aku belum sempat bilang, karena mengingat itu bikin aku darah tinggi lagi. Baru aja aku seger, jangan dibuat sumpek lagi."Nanti Rey ceritain ya." Aku berhenti cerita karena melihat akang kelua
"Ada apa Akang?" Aku gak tau fokus dia ke mana, tapi di depan kita hanya ada laki-laki yang sedang duduk bersama seorang perempuan. Aku gak kenal siapa mereka, tapi untuk beberapa detik, Akang terdiam tanpa kata-kata."Ay, kamu duduk di sana ya. Di sofa supaya nyaman. Biar saya pesan makanan.""Loh tapi akang belum lihat daftar menunya. Akang emang tau Rey mau pesen apa?""Tahu, mie kwetiau kan?""Lah iya.. hebat banget bisa nebak.." aku cekikikan liat ekspresi datar Akang."Saya hidup sama kamu udah bertahun-tahun Ay, kalau masik restoran lapangan tembak ini, pasti tujuanmu ke sana.""Oke, sama es milo ya."Akang mengangguk lalu aku duduk sambil membawa papar bag yang ternyata lumayan berat juga ya. Tapi akang tanpa mengeluh membawa semua ini sepanjang perjalanan di mall. Big thankyu deh buat kekasih yang satu itu.Dan ketika Akang kembali, tak lama juga pesanan sudah datang. Malam ini, aku benar-benar bahagia udah diizinkan kencan sama Akang. Sebagai penutup dari kemesraan kita har
(Flashback On)Aku membawa troli ke daerah daging segar karena aku kepengen banget nge grill bareng akang. Jadi aku putuskan untuk beli daging slice dan sosis juga untuk anak-anak. Jadi aku bareng si kembar milih makanan apa yang enak dibeli. Tanpa sadar aku meninggalkan Akang yang lagi khusuk milih alat-alat mobil. Aku gak pati paham sih dan biarkan aja dia sesuka hatinya. Nanti kita akan bertemu di pintu kasir.Nah apa yang bikin aku kesal adalah cerita akang sebelum ke gep sama aku lagi megang tangan si Luna.Katanya itu.... kemungkinan si Luna, dia membawa troli dan dengan nekadnya berdiri di belakang Akang lalu dia mengikuti ke mana suamiku itu pergi. Akang yang tidak sadar kalau itu bukan aku, hanya diam saja. Jilbab kami sama-sama warna hitam, bahkan secara tidak sadar baju kami juga sama, cream bermotif. Aku gak tau alasan dia kenapa pengen kembaran sama aku, yang pasti dia itu seperti lagi nyamar seperti aku.Jadi, akang yang memang kurang teliti itu membiarkan troli yang dib
"Apartemen di daerah Citra? Tidak ada lah, aku yakin!" "Tapi kemarin, sewaktu aku datang kunjungan ke teman yang istrinya melahirkan, aku melihat ustadz Husein di sana, turun dari lift.""Ya ampun Pak Reza.." Aku ketawa ngakak menanggapi ucapan Reza. "setiap kamu lihat suamiku di sebuah kawasan apartemen atau hotel, ya Mungkin dia lagi bertemu sama jamaah atau apalah, itu kegiatannya dia. bukan berarti suamiku punya unit di sana. kamu ada-ada aja sih.."Aku masih ketawa karena lucu aja, masa kalau liat akang di satu tempat dia jadi pemiliknya gitu. Berarti kalau liat akang di mall, ya dia punya mall itu? Enggak kan. "Kamu gak curiga?""Curiga apa?""Ya curiga kalau-""-kalau Husein selingkuh di belakang aku?"Reza lantas menganggukkan kepalanya dengan ragu. "Semacam itu.""Enggak, seratus persen enggak. Dia sudah janji di hadapan Allah, di hadapan 2 saksi, di hadapan almarhum bapak ibunya, di hadapan kedua orang tuaku, kalau dia akan menjagaku dan tidak akan menyakiti aku. Jadi, aku