"Ada apa Akang?" Aku gak tau fokus dia ke mana, tapi di depan kita hanya ada laki-laki yang sedang duduk bersama seorang perempuan. Aku gak kenal siapa mereka, tapi untuk beberapa detik, Akang terdiam tanpa kata-kata."Ay, kamu duduk di sana ya. Di sofa supaya nyaman. Biar saya pesan makanan.""Loh tapi akang belum lihat daftar menunya. Akang emang tau Rey mau pesen apa?""Tahu, mie kwetiau kan?""Lah iya.. hebat banget bisa nebak.." aku cekikikan liat ekspresi datar Akang."Saya hidup sama kamu udah bertahun-tahun Ay, kalau masik restoran lapangan tembak ini, pasti tujuanmu ke sana.""Oke, sama es milo ya."Akang mengangguk lalu aku duduk sambil membawa papar bag yang ternyata lumayan berat juga ya. Tapi akang tanpa mengeluh membawa semua ini sepanjang perjalanan di mall. Big thankyu deh buat kekasih yang satu itu.Dan ketika Akang kembali, tak lama juga pesanan sudah datang. Malam ini, aku benar-benar bahagia udah diizinkan kencan sama Akang. Sebagai penutup dari kemesraan kita har
(Flashback On)Aku membawa troli ke daerah daging segar karena aku kepengen banget nge grill bareng akang. Jadi aku putuskan untuk beli daging slice dan sosis juga untuk anak-anak. Jadi aku bareng si kembar milih makanan apa yang enak dibeli. Tanpa sadar aku meninggalkan Akang yang lagi khusuk milih alat-alat mobil. Aku gak pati paham sih dan biarkan aja dia sesuka hatinya. Nanti kita akan bertemu di pintu kasir.Nah apa yang bikin aku kesal adalah cerita akang sebelum ke gep sama aku lagi megang tangan si Luna.Katanya itu.... kemungkinan si Luna, dia membawa troli dan dengan nekadnya berdiri di belakang Akang lalu dia mengikuti ke mana suamiku itu pergi. Akang yang tidak sadar kalau itu bukan aku, hanya diam saja. Jilbab kami sama-sama warna hitam, bahkan secara tidak sadar baju kami juga sama, cream bermotif. Aku gak tau alasan dia kenapa pengen kembaran sama aku, yang pasti dia itu seperti lagi nyamar seperti aku.Jadi, akang yang memang kurang teliti itu membiarkan troli yang dib
"Apartemen di daerah Citra? Tidak ada lah, aku yakin!" "Tapi kemarin, sewaktu aku datang kunjungan ke teman yang istrinya melahirkan, aku melihat ustadz Husein di sana, turun dari lift.""Ya ampun Pak Reza.." Aku ketawa ngakak menanggapi ucapan Reza. "setiap kamu lihat suamiku di sebuah kawasan apartemen atau hotel, ya Mungkin dia lagi bertemu sama jamaah atau apalah, itu kegiatannya dia. bukan berarti suamiku punya unit di sana. kamu ada-ada aja sih.."Aku masih ketawa karena lucu aja, masa kalau liat akang di satu tempat dia jadi pemiliknya gitu. Berarti kalau liat akang di mall, ya dia punya mall itu? Enggak kan. "Kamu gak curiga?""Curiga apa?""Ya curiga kalau-""-kalau Husein selingkuh di belakang aku?"Reza lantas menganggukkan kepalanya dengan ragu. "Semacam itu.""Enggak, seratus persen enggak. Dia sudah janji di hadapan Allah, di hadapan 2 saksi, di hadapan almarhum bapak ibunya, di hadapan kedua orang tuaku, kalau dia akan menjagaku dan tidak akan menyakiti aku. Jadi, aku
Usai dari kafenya Clara, aku memutuskan langsung pulang ke rumah tanpa mampir sana sini lagi.Sekarang hari sabtu dan aku tidak punya jam komputer. Tapi, akang pergi mengisi pengajian kumpulan remaja di masjid pusat kota. Harusnya sih itu Sabtu lalu, tapi karena akang masih suasana berduka, ya jadinya Akang minta undur satu Minggu selanjutnya.Sekarang di rumah ini aku sendirian. Tidak ada siapa-siapa, karena Bunda lagi ada di dapur umum. Memasak untuk makan bersama setiap malam Minggu. Entahlah, bunda itu suka sekali bergabung dengan santriwati. Mereka katanya lucu, dan gemar cerita-cerita yang bikin sakit perut, jadi bunda seperti kebawa muda lagi kalau ngumpul sama mereka.Ya, aku biarkan saja apa maunya toh itu gak bikin bunda capek. Sama halnya dengan ayah, beliau juga lebih suka sibuk mengurus pondok. Ayh Yusuf ingat, pertama kali dia datang ke pondok ini, lalu meminta ke almarhum kiayi Umar untuk menerima pinangan pada anak lelakinya.Dan sahabatnya itu dengan lapang menerima p
"Halo assalamualaikum sayang, ada apa?"Subhanallah, suaranya bener-bener lembut dan penuh kasih sayang banget. Gak ada tuh telepon aku dengan nada yang ketus, gak pernah sama sekali."Eumm lagi sibuk ya?""Ini lagi di lokasi, nyatat pengeluaran kemarin. Ada apa, Ay?"Aku meneguk ludah dan dengan mengesampingkan gengsi, aku langsung menjawabnya."Hmm dede bayi kangen abinya. Pengen dielus, pengen cuddle di kasur. Abi bisa enggak pulang sekarang?"Terdengar helaan nafas di sana."Baiklah, saya pulang sekarang. Tunggu di kamar ya.""Yeaaayy, makasih suamiku.""Sama-sama. Ya sudah kalau begitu, saya tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam ustadz tampan!"Aku bahagia banget, dimanja sama suami itu pokoknya momen yang paling membahagiakan. Jangan iri ya, soalnya suamiku itu idaman semua orang. Haha!Bener aja, selang setengah jam setelah aku meminta akang pulang, aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Lalu setelah aku mengintip dengan membuka pintu sedikit, aku
PlakPlakSuara tamparan mendominasi ruang tamu rumah ustadz tampan itu, suasa tegang menyeruak dan tak ada satupun orang yang berani membuka suara.Siapa pelakunya?Iya, dia Reynata.Dua kali melayangkan tamparan pada pipi Luna, yang diyakini kali ini kesalahannya sudah ada dibatas wajar."Ulang sekali lagi hah? Kamu minta apa barusan? ULANG SEKALI LAGI!"Begitu tangannya hendak terangkat lagi, sang suami yang sigap di sebelahnya, langsung menjegal tangan itu.Tanpa kasar, ia hanya menahannya agar Rey tidak kembali melakukan kekerasan itu."Hikss mba.. aku tau hikss.. aku salah.. tapi aku udah gak kuat.. aku terlalu sakit melihat kalian bersama.."Reynata benar-benar dibuat tak bisa berkata-kata oleh perempuan ini. Gak kuat apa? Dia gak kuat liat kemesraan yang selalu ditunjukkan oleh Rey dan Husein lantas dengan mudahnya dia meminta Husein untuk menikahinya juga.Di mana hati nuraninya? Reynata yang selama ini sabar, menerima kehadiran dia, hidupnya, makanannya semua ditanggung oleh
"Bunda hikss..sakit.. huufhh huffh.."Reynata secepatnya di bawa ke rumah sakit karena sejak tadi mengeluh sakit di bawah perutnya. Husein kalut, ia melajukan mobil dengan cepat tanpa memperhatikan batas kecepatan. Yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana keselamatan istri dan calon bayinya yang menjadi nomor satu.Husein rasanya ingin marah, ingin berteriak, ingin berontak kala melihat istrinya yang kesakitan, tapi semua itu hanya bisa ia tahan.Di dalam hatinya tak henti merapalkan doa selamat dan doa mohon ampun pada Allah. Melihat Reynata meraung-raung seperti itu, Husein tak tega.Siapa yang berani menyakiti hati istrinya, Husein akan membuat dia menerima akibatnya.Sesampainya di rumah sakit, Reynata dibawa ke ruang UGD, namun khusus kebidanan. Di sana sudah ada dokter spesialis obgyn yang siaga untuk semua pasien darurat yang berhubungan dengan kehamilan. "Ay, yang kuat ya.. tahan ya, semoga baby baik-baik saja. Saya di sini, jangan berpikiran macam-macam cukup berdoa p
"Bunda.. apa yang mau bunda bicarakan?"Mereka kini sedang duduk berdua di bangku penunggu pasien di luar ruang kebidanan. Namun agar meminimalisir terdengarnya percakapan mereka, Husein juga ibu mertuanya mengambil posisi yang agak jauh dari pintu masuk."Husein, bunda kasian melihat Reynata. Kamu tau, dia mengadu tentang wanita itu bukan hanya sekali dua kali, tapi setiap hari."Deg!! Rasanya Husein baru tau hal ini.Selama ini, Reynata selalu diam dan Husein pikir tidak terjadi apa-apa di rumah. Benar Husein tahu bahwa kerap beberapa kali melihat tingkah Luna yang menyulut emosi sang istri, salah satu contohnya ketika berbelanja di supermarket saat itu. Luna yang sengaja mengikuti Husein dan membuat Husein salah paham, ya itu jelas bikin Rey marah. Tapi Husein tau Reynata seperti tidak membesarkan masalah itu. beberapa saat kemudian, istrinya kembali bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa.Dan itu berlangsung selama beberapa hari. Terakhir Rey ngadu itu masalah cucian