Usai dari kafenya Clara, aku memutuskan langsung pulang ke rumah tanpa mampir sana sini lagi.Sekarang hari sabtu dan aku tidak punya jam komputer. Tapi, akang pergi mengisi pengajian kumpulan remaja di masjid pusat kota. Harusnya sih itu Sabtu lalu, tapi karena akang masih suasana berduka, ya jadinya Akang minta undur satu Minggu selanjutnya.Sekarang di rumah ini aku sendirian. Tidak ada siapa-siapa, karena Bunda lagi ada di dapur umum. Memasak untuk makan bersama setiap malam Minggu. Entahlah, bunda itu suka sekali bergabung dengan santriwati. Mereka katanya lucu, dan gemar cerita-cerita yang bikin sakit perut, jadi bunda seperti kebawa muda lagi kalau ngumpul sama mereka.Ya, aku biarkan saja apa maunya toh itu gak bikin bunda capek. Sama halnya dengan ayah, beliau juga lebih suka sibuk mengurus pondok. Ayh Yusuf ingat, pertama kali dia datang ke pondok ini, lalu meminta ke almarhum kiayi Umar untuk menerima pinangan pada anak lelakinya.Dan sahabatnya itu dengan lapang menerima p
"Halo assalamualaikum sayang, ada apa?"Subhanallah, suaranya bener-bener lembut dan penuh kasih sayang banget. Gak ada tuh telepon aku dengan nada yang ketus, gak pernah sama sekali."Eumm lagi sibuk ya?""Ini lagi di lokasi, nyatat pengeluaran kemarin. Ada apa, Ay?"Aku meneguk ludah dan dengan mengesampingkan gengsi, aku langsung menjawabnya."Hmm dede bayi kangen abinya. Pengen dielus, pengen cuddle di kasur. Abi bisa enggak pulang sekarang?"Terdengar helaan nafas di sana."Baiklah, saya pulang sekarang. Tunggu di kamar ya.""Yeaaayy, makasih suamiku.""Sama-sama. Ya sudah kalau begitu, saya tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam ustadz tampan!"Aku bahagia banget, dimanja sama suami itu pokoknya momen yang paling membahagiakan. Jangan iri ya, soalnya suamiku itu idaman semua orang. Haha!Bener aja, selang setengah jam setelah aku meminta akang pulang, aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Lalu setelah aku mengintip dengan membuka pintu sedikit, aku
PlakPlakSuara tamparan mendominasi ruang tamu rumah ustadz tampan itu, suasa tegang menyeruak dan tak ada satupun orang yang berani membuka suara.Siapa pelakunya?Iya, dia Reynata.Dua kali melayangkan tamparan pada pipi Luna, yang diyakini kali ini kesalahannya sudah ada dibatas wajar."Ulang sekali lagi hah? Kamu minta apa barusan? ULANG SEKALI LAGI!"Begitu tangannya hendak terangkat lagi, sang suami yang sigap di sebelahnya, langsung menjegal tangan itu.Tanpa kasar, ia hanya menahannya agar Rey tidak kembali melakukan kekerasan itu."Hikss mba.. aku tau hikss.. aku salah.. tapi aku udah gak kuat.. aku terlalu sakit melihat kalian bersama.."Reynata benar-benar dibuat tak bisa berkata-kata oleh perempuan ini. Gak kuat apa? Dia gak kuat liat kemesraan yang selalu ditunjukkan oleh Rey dan Husein lantas dengan mudahnya dia meminta Husein untuk menikahinya juga.Di mana hati nuraninya? Reynata yang selama ini sabar, menerima kehadiran dia, hidupnya, makanannya semua ditanggung oleh
"Bunda hikss..sakit.. huufhh huffh.."Reynata secepatnya di bawa ke rumah sakit karena sejak tadi mengeluh sakit di bawah perutnya. Husein kalut, ia melajukan mobil dengan cepat tanpa memperhatikan batas kecepatan. Yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana keselamatan istri dan calon bayinya yang menjadi nomor satu.Husein rasanya ingin marah, ingin berteriak, ingin berontak kala melihat istrinya yang kesakitan, tapi semua itu hanya bisa ia tahan.Di dalam hatinya tak henti merapalkan doa selamat dan doa mohon ampun pada Allah. Melihat Reynata meraung-raung seperti itu, Husein tak tega.Siapa yang berani menyakiti hati istrinya, Husein akan membuat dia menerima akibatnya.Sesampainya di rumah sakit, Reynata dibawa ke ruang UGD, namun khusus kebidanan. Di sana sudah ada dokter spesialis obgyn yang siaga untuk semua pasien darurat yang berhubungan dengan kehamilan. "Ay, yang kuat ya.. tahan ya, semoga baby baik-baik saja. Saya di sini, jangan berpikiran macam-macam cukup berdoa p
"Bunda.. apa yang mau bunda bicarakan?"Mereka kini sedang duduk berdua di bangku penunggu pasien di luar ruang kebidanan. Namun agar meminimalisir terdengarnya percakapan mereka, Husein juga ibu mertuanya mengambil posisi yang agak jauh dari pintu masuk."Husein, bunda kasian melihat Reynata. Kamu tau, dia mengadu tentang wanita itu bukan hanya sekali dua kali, tapi setiap hari."Deg!! Rasanya Husein baru tau hal ini.Selama ini, Reynata selalu diam dan Husein pikir tidak terjadi apa-apa di rumah. Benar Husein tahu bahwa kerap beberapa kali melihat tingkah Luna yang menyulut emosi sang istri, salah satu contohnya ketika berbelanja di supermarket saat itu. Luna yang sengaja mengikuti Husein dan membuat Husein salah paham, ya itu jelas bikin Rey marah. Tapi Husein tau Reynata seperti tidak membesarkan masalah itu. beberapa saat kemudian, istrinya kembali bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa.Dan itu berlangsung selama beberapa hari. Terakhir Rey ngadu itu masalah cucian
"Saya tidak mau basa basi lagi. Kamu lihat ini, dan kamu perhatikan siapa dia."Husein memberikan ponselnya di depan Luna dan di sana telah menampilkan sebuah gambar wanita cantik, dengan senyuman yang menawan dilapisi baju berwarna merah.Seketika Luna mengerutkan keningnya, "kak, apakah ini mba Reynata?""Benar. Itu dia.""Tapi kenapa bisa dia dengan pakaian seksi dan tanpa jilbab begini?"Tentu saja Luna mulai menerka-nerka sebuah jawaban di dalam pikirannya, tanpa dia sadari, dia memang tidak kenal siapa perempuan yang telah dia sakiti hatinya beberapa waktu yang lalu."Kejadiannya sekitar 7 tahun lalu. Di mana Reynata dulunya adalah seorang bintang iklan yang sedang naik daun. Dia adalah wanita pekerja keras yang memiliki mimpi besar." Ingatan Husein mulai mengalir pada awal pernikahan mereka. "Suatu hari sebuah musibah terjadi menimpa keluarga Reynata dan membuat perusahaan ayahnya bangkrut. Tak ada harta yang tersisa dan bahkan itu mengancam karir istri saya. Dan untuk menyel
Selesai mengutarakan semua hal tadi pada Luna, Husein tidak ingin berlama-lama diam diri bersama yang bukan muhrimnya. Dia lantas meninggalkan Luna sendirian yang masih menangis di sofa ruang tamu rumah orang tuanya.Tentu, jauh di antara mereka, di balik pintu kamar ada seseorang lain yang turut mendengar semua percakapan mereka.Ya, dia adalah Ayah Yusuf.Semenjak Rey dilarikan ke rumah sakit dan tak lama mendengar Husein datang lalu mengetuk pintu kamar Luna, ayah Yusuf belum memejamkan mata.Begitu mendengar suara dua orang yang saling bersahutan, beliau membuka celah pintu sedikit untuk mendengar semua pembicaraan mereka.Dan begitu Husein menceritakan betapa dia mencintai Rey dengan segala perjuangan anak perempuannya, hati ayah Yusuf mencelos. Air matanya ikut turun untuk sekedar mengucapkan terima kasih pada menantu yang luar biasa hebatnya itu.Husein yang memiliki pribadi dan sikap yang baik, tentu dia tidak akan tega mengusir seseorang yang mana dia adalah keluarganya sendi
Husein memarkirkan mobilnya dengan sempurna di halaman rumah sakit, dekat pintu masuk UGD.Yaps, Reynata memang masih ada di sana karena ia tak harus rawat inap, namun hanya menghabiskan satu kantong cairan infus yang bisa habis satu-dua jam.Reynata masih tertahan di ruang kebidanan, bersama sang bunda. Begitu melihat jam tangan, sekarang sudah pukul 23.40. Lelah? Tentu saja.Seharian ini Husein tidak ada istirahat. Pagi-pagi mengisi kelas, dan setelah Dzuhur dia harus ke lokasi pembangunan karena ada barang datang dan setelah ashar, mengisi tausiyah singkat di sebuah masjid.Setelah magrib, menyimak anak-anak mengaji Alquran dan barulah selepas sholat isya, Husein berniat untuk tidur lebih awal. Namun keinginannya harus terhenti karena ulah perempuan yang berakhir membawa Reynata ke rumah sakit.Sungguh kepala Husein saat ini sangat berat dan ingin rasanya ia tidur sejenak. Namun, melihat istrinya yang tidur dengan kurang nyaman apalagi sesekali meringis menahan sakit, membuat Hus
Dengan sangat perlahan Husein mendekati Rey yang tidur memunggunginya. dia memeluk tubuh kecil itu dari belakang sembari mencium kepala belakang Rey dengan sangat lama. Tak lupa sebelah tangannya juga mengelus perut bunci berusia lima bulan itu."Ana uhibbuka fillahi, Rey.. Demi Allah saya sangat mencintai kamu.. walaupun kamu milik Allah, tapi saya tidak mau Allah mengambilmu.."Tentu tak akan ada jawaban, karena Rey terlelap dalam tidurnya. Husein tahu mungkin saja istrinya itu kelelahan, sehingga sejak sore tadi menjadi lebih sensitif. Dan pikirnya, Masih banyak waktu untuk berbicara mengenai masalah mereka yang Husein tidak tahu karena apa, tetapi sepertinya Ini masalah serius. Dia akan menyelesaikannya besok pagi saat keduanya sudah merasakan tubuh yang segar.Tapi..Sayangnya ketika bangun tidur saat terdengar murrotal sebelum adzan subuh itu, Husein tidak menemukan Reynata. Pikir Husein, mungkin Rey ke dapur sedang memasak seperti hari-hari biasanya, jadi Husein hanya beranjak
Terdengar seperti kata-kata penuh ketegasan, dan seolah enggan mengatakan hal lebih dari itu. Jelas memang terjadi sesuatu pada istrinya, dan sukses membuat Husein tidak tenang."Rey, tatap saya dulu!"Reynata menoleh sejenak, menuruti perintah Husein tanpa mengatakan apapun."Jika kamu tidak keberatan, setelah makan malam, saya ingin berbicara denganmu."Meski sempat terdiam sebentar, Reynata kemudian hanya mengangguk dan mengatakan. "Ya!" dengan singkat. Baiklah, Husein tak akan menunda apapun lagi, dia mengambil tas yang dia simpan di sofa tadi lalu meninggalkan ruangan tersebut, dengan lemah masuk ke kamar mereka sembari sesekali melihat Reynata yang fokus menscrol ponsel dari arah belakang. Tubuh yang begitu lelah tak dirasanya lagi, justru Husein merasa sangat khawatir dan tak mau ini semakin berlarut-larut. Reynata, tidak pernah bersikap dingin padanya, selama ini sosok Reynata selalu mampu membuat Husein berdebar sepanjang saat. ***Waktu berlalu begitu cepat. Setelah bicara
Ketika Husein pulang ke rumah pada pukul setengah enam sore, ia mendapati istriinya sedang duduk menonton televisi. Wanita cantik itu terlihat segar karena sepertinya baru mandi, terlihat dari sisi kiri kanan bajunya yang masih kelihatan basah. Padahal tadi baru beberapa menit yang lalu Husein berkali-kali menghubungi Reynata untuk sekedar menanyakan mau pesan apa, atau mau makanan apa. Namun karena tak kunjung mendapatkan balasan Husein mengira Rey sedang sibuk.Dan apa yang dia lihat saat ini berbalik dengan pikirannya tadi. Justru ponsel yang tadi dihubungi Husein itu terlihat bertengger santai di atas meja tak jauh dari posisi duduk istrinya. Jelas Husein merasa heran karena Reynata tidak menyambut kehadiran dia seperti biasanya. "Assalamualaikum, Ay.." sapa Husein saat mencoba duduk di samping Istrinya."Waalaikumsalam." Hanya ucapan itu, tanpa menoleh tanpa embel-embel senyum dan teriakan kangen seperti biasanya. Duduknya pun tidak berpindah posisi bahkan televisi yang Rey to
"Loh itu kan mobil Akang?" Reynata jelas melihat siluet yang dia kenal, sedang duduk di dalam mobilnya, saat ia harus berhenti di lampu merah. Memang bagaimana bisa Reynata, tidak tahu?Dialah lelaki yang tidur bersamanya selama lima tahun. Tapi ke mana arah perginya? Bukankah seharusnya dia ada di lokasi pembangunan? Itu bukan arah pondok pesantren As-Salam yang baru dan ketika lampu sudah hijau mobil Husein lurus melewati Reynata. Tanpa pikir panjang lagi, Rey menggunakan lajur kanan untuk putar balik dan Ya! Dia mengikuti ke mana arah perginya mobil sang suami."Baiklah, ini sudah saatnya aku tahu ke mana perginya Akang yang bersembunyi di balik kata sibuk beberapa hari ini. Ada apa dengan kertas UGD dan segalanya, aku menjadi lebih penasaran." decit perempuan itu saat matanya tak henti untuk mengikuti ke mana arah laju mobilnya Husein.Dengan berat hati, Rey mengakui bahwa saat ini, dia sedang mencurigai suaminya. Lalu dia paksa terus mengikutinya hingga tak lama, dia masuk ke se
"Hoaammm.."Hah? Dengan sangat terkejut Reynata mencoba untuk mendudukkan dirinya dan mulai menelaah keadaan sekitar. Berapa lama ia tertidur?Sepertinya tiga jam, karena saat ini pukul satu siang dan selama itu tidak ada yang membangunkannya?Padahal Rey tau anak-anaknya sudah pulang dan kenapa bundanya juga tak membangunkan dirinya? Rey benar-benar tidak sadar sudah tidur selama itu, seperti pingsan atau mati suri saja. Padahal sebelumnya-sebelumnya Rey dapat julukan pemilik telinga tajam, tapi ini seperti baru saja tidur 30 menit, namun kenyataannya justru tiga jam.Kepalanya terasa sedikit berdenyut namun Rey paksakan jalan keluar kamar dan di sana ia melihat sang bunda sedang memberi makan dua anaknya."Bunda... kenapa gak bangunin Rey? Anak Uma udah pulang? Belajar apa tadi?" Wanita cantik itu mencium kening dua buah hatinya dan menarik kursi lalu duduk di samping ibunya. Ia mengambil garpu lalu menojos buah apel yang sudah dikupas bundanya itu."Uhmm apelnya enak.. siapa yang
"Apa yang ustadz Husein sembunyikan? Apa jangan-jangan ustadz pemilik dari sebuah kawasan apartemen? Hahaha wajah ustadz memerah tadi."Reza tak berhentinya tertawa saat menyaksikan wajah Husein yang sempat menegang tadi. Pikirnya, kenapa Husein harus takut kalau dia kepergok ada di sebuah kawasan apartemen, sedang seorang manusia itu punya sejuta kegiatan di satu tempat dan gak musti sedang mengerjakan hal-hal yang negatif kan?Lagian kalau tidak ada apa-apa kenapa harus takut menjelaskan?"Apa kamu sedang mengajak saya bercanda?""Hah, aduh maaf ustadz, saya tidak bermaksud begitu. Saya bukan mengajak bercanda, hanya saja saya seperti melihat ustadz dan tak jauh di sana ada seorang perempuan. Tapi yah itu sudah pasti bukan anda kan? Karena yang saya lihat perempuan itu bukan Reynata."Tanpa dipungkiri, Husein dua kali lebih tegang dari sebelumnya.TEETTTTTTTEEETTTTTT"Ahh sudah bunyi bel..Kalau begitu, saya pergi dulu ya ustadz. Selamat pagi, dan assalamualaikum.""Wa-waalaikumsala
"Yeaayy sampai.." sorak dua anak kembar itu di kursi belakang. Walau sudah pakai sabuk pengaman tapi tetap saja karena postur tubuhnya yang mungil, mereka masih dapat bergerak bebas dan itu membuat Husein tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Abi ayoklah.. anter zula sampe depan kelas.." rengek Zulaikha sambil menarik-narik lengan abinya."Memangnya kenapa gitu harus diantar sampai di depan kelas?""Supaya temen-temen Zula tau kalau abi zula adalah ustadz yang sangaaaat tampan.."Duh, turunan siapa sih genit banget? Mungkin seperti itulah batin Husein melihat tingkah random putrinya."Iya, biar temen-temen Zulfi juga tau kalau zulfi itu ganteng sepelti abinya.." sahut Zulfikar tak kalah heboh dan itu membuat Husein tak berdaya, mau tak mau Husein mengiyakan keinginan dua anaknya."Oke oke Abi anter sampai ke kelas ya.."Sebetulnya baik Reynata maupun Husein memang akan selalu mengantar anak-anaknya sampai ke kelas, tapi entah kenapa hari ini Husein ingin sekali menggoda anaknya deng
"Nah anak uma yang soleh solehah, hari ini diantar sama Abi ya, soalnya Uma mau ngajar kakak-kakak. Mau??""Mau uma.. kalau Abi yang antar pulangnya kita makan esklim.. hoye.."Reynata melirik suaminya yang sedang sarapan kemudian sedikit mendengus. Pasalnya kemarin anak-anak baru saja sembuh dari batuk dan apa kata mereka? Husein membelikan eskrim lagi? Bentar suaminya itu ya.. gak kasian apa liat Reynata tidak tidur gara-gara hidung dua anaknya yang mampet dan berakhir rewel. Harusnya Husein sadar dan ya itu.. suaminya malah mengeyel."Ohh kalian ingat tiga hari yang lalu kenapa? Batuk pilek.. Akang, anak-anak jangan dulu dikasih eskrim ya.. kalau mau beli salad buah aja. Rey kasian liat mereka kemarin gak bisa nafas pilek, ngerti enggak?"Mendengar suara sang istri yang menggema di ruang keluarga, buru-buru Husein menyelesaikan agenda sarapannya setelah itu berjalan menemui sang istri."Ini apa toh? pagi-pagi kok sudah teriak-teriak? Saya dengar, cukup sekali saja." kata Husein sam
Ini entah Husein sedang diselamatkan, atau Allah yang memang ingin menghukum Husein, tapi kali ini Husein memiliki sebuah alasan lain hingga tidak jadi jujur lagi dan lagi."Halo, selamat malam.."Husein juga tidak tau jika orang ini, akan meneleponnya larut malam. Oh ayoklah, ini pukul setengah dua belas malam."Assalamualaikum, selamat malam juga.""Ah waalaikumsalam. maaf ya Pak, saya hubungi larut malam seperti ini. Saya cuma mau mengabari jika pesanan anda sudah selesai. Tapi saya harus ke bandara dan terbang ke NTT, karena ibu saya meninggal dunia jadi saya tidak yakin masih ada di Bandung atau tidak. Tadinya saya mau lari begitu saja, tapi saya ingat pesanan anda yang minta buru-buru. Jadi, bisakah kita bertemu sekarang?"Saat itulah Husein keceplosan untuk bilang alhamdulilah, dia punya cara dan alasan untuk menjawab keberadaan dia malam ini."Baiklah kalau begitu, saya bisa. Saya ada di dekat Bandung center medikal, anda di mana, biar saya jemput ke sana.""Oh tidak jauh, ada